resensi

REVIEW Snow Country

Hubungan sesaat tidak ada indahnya. Hubungan semacam itu tak akan berlangsung lama. (hlm. 22)

“Jika kau pergi, aku akan menjalani hidupku baik-baik.” (hlm. 181)

“Aku mau hidup sebersih dan serapi mungkin… Kau bisa mengerti perasaanku?” (hlm. 110)

Mendengar kabar angin tentang seorang geisha dari seorang tukang pijit pemandian air panas adalah hal yang terlalu biasa dan tidak mengejutkan sama sekali; Komako menjadigeisha demi menolong tunangannya, itu adalah sebentuk melodrama yang terlalu biasa dan Shimamura merasa tak bisa menerimanya. Mungkin karena itu bertentangan dengan asas kesusilaan yang ada dalam benaknya.

Jika benar Komako tunangan lelaki itu, dan Yoko adalah kekasih barunya, dan lelaki itu sebentar lagi mati –ungkapan ‘sia-sia saja’ muncul lagi di benak Shimamura. Upaya Komako untuk setia selamanya, bahkan sampai ia harus menjual diri menjadi geisha demi membayar biaya dokter –apalagi kalau bukan upaya yang sia-sia?

 

“Kaukutuk aku seperti apa pun, tetap sulit bagiku untuk menyampaikan secara gamblang apa yang kumaksudkan.” (hlm. 110)

 

Itulah kali pertama Shimamura mendengar ‘satu lelaki’ dalam kehidupan Komako. Ia mengatakan bahwa ia sudah mengenal lelaki itu sejak umurnya enam belas tahun. Shimamura paham sekarang mengapa Komako bersikap tak acuh –itulah sikap yang ia herankan sejak pertama kali bertemu perempuan itu.

Ia tidak pernah menyukai lelaki itu, dan ia tidak pernah merasa dekat dengannya, barangkali karena hubungan itu dimulai ketika ia kembali ke kotapelabuhan segera setelah kematian tuan yang melunasi utang-utangnya.

“Sebenarnya, aku punya dua kesempatan untuk meninggalkannya. Ketika aku menjadi geisha di sini, dan ketika aku pindah rumah setelah guru musik meninggal. Tetapi, aku tidak pernah punya tekad untuk melakukannya. Aku tak punya tekad yang benar-benar kuat.” (hlm. 114)

 

Di daerah bersalju yang selalu dingin itu, Shimamura bertemu Komako, seorang geisha yang pipinya sewarna angsa yang baru dibului. Tanpa iasadari, Shimamura tahu Komako tengah jatuh cinta padanya, begitu pula sebaliknya.

Keduanya berusaha menemukan pembenaran atas cinta mereka, hingga akhirnya menyerah dan menyadari kalau cinta mereka telah gagal sejak kali pertama mereka bertemu.

Dari sepuluh buku dari #KadoUntukBlogger @GagasMedia, saya hanya memilih Snow Country ini sebagai satu-satunya novel terjemahan yang dibaca. Mengapa? Pertama, bersetting jepang. Kedua, salah satu kisah klasik. Kisah klasik biasanya isi ceritanya bakal #JLEBB. Ketiga, pengarangnya sudah tidak diragukan lagi kepiawaiannya dalam menulis sebuah cerita.

Kisah sederhana yang berlatar belakang Jepang di era jaman dulu. Kalau diperhatikan, setiap membaca komik/manga ataupun novel klasik Jepang, perempuan selalu diintimidasi. Kayak Indonesia sebelum adanya Kartini, masih terbelengu hidupnya. Begitu pula dengan Komako di novel ini. Ending yang mengejutkan! :’)

Yasunari Kawabata adalah seorang novelis Jepang yang prosa liriknya membuat ia memenangi Penghargaan Nobel dalam Sastra. Dia lahir di Osaka, 14 Juni 1899 dan meninggal di Kamakura, 16 April 1972. Karya-karyanya hingga kini masih dibaca dan dibicarakan oleh dunia internasional.

Daerah Salju (Snow Country, Yukiguni, 1935-1937, 1947) adalah salah satu novelnya yang paling terkenal. Novel ini menjadikan Kawabata sebagai salah satu pengarang terkemuka Jepang dan menjadi sebuah karya sastra klasik yang dibicarakan sepanjang massa.

Keterangan Buku:

Judul                : Snow Country

Penulis              : Yasunari Kawabata

Penerjemah      : A.S.Laksana

Editor               : Gita Romadhona

Proofreder        : Resita Wahyu Febiratri,Annisa Kurnia

Penata letak      : Wahyu Suwarni

Desain cover    : Jeffri Fernando

Penerbit            : GagasMedia

Terbit               : 2009

Tebal                : 190 hlm.

ISBN               : 979-780-368-6

Cover asli:

Cover versi lain:

 

New Authors Reading Challenge 2013

http://renslittlecorner.blogspot.com/2013/01/new-authors-reading-challenge-2013.html

https://luckty.wordpress.com/2013/02/12/new-authors/

11 thoughts on “REVIEW Snow Country”

  1. Keliatannya ini bacaan berat ya, soalnya.. keliatannya sih nyastra banget mhehehe tapi bolehlah aku masukin ke wish list, tertarik juga sama embel2 “pemenang nobel sastra” :3

Leave a comment