resensi

REVIEW A Piece of Love in Korea

“Bagaimana aku tidak berubah jika pencuri hatiku sekarang sudah menjadi milik orang lain?” (hlm. 59)

Kalau memang jodoh, biar kata lari ke ujung dunia sekalipun, pasti bakal ketemu juga. (hlm. 32)

Rental komik dan majalah, sekaligus VCD/DVD, yang diberi nama Open Book (OB) ini adalah sebuah tempat dengan kerapian dan kebersihan yang luar biasa. Ruangan 8 x 8 meter itu dibagi menjadi dua area, dengan satu meja tunggu lengkap dengan sebuah computer, tepat ditengah-tengahnya. Sebelah kiri meja tunggu adalah deretan novel, komik, dan majalah. Tak tanggung-tanggung, sudah ada  hampir 500 judul yang telah menjadi koleksinya. Lemari penyimpanannya setinggi hampir dua meter, sepanjang dinding area buku. Ditambah dua baris rak satu meter bolak-balik, dengan empat kolong memanjang. Semuanya berisi komik. Khusus untuk novel dan majalah, agar memudahkan pencarian dan perawatan, ditempatkan di sebuah lemari kaca di samping meja tunggu.

Untuk koleksi VCD dan DVDnya sendiri, baru ada sekitar 300judul, termasuk film-film seri. Juga drama Jepang dan Korea. Nah, yang disebut paling akhir ini, yang belum lama ini paling banyak requestnya. Jam terbang dan antrean berbagai judul film Korea hampir selalu memenuhi ‘list’ keluar –sebutan untuk daftar koleksi OB yang dipinjam pelanggan.

Sebagai tukang jaga rental yang baik, otomatis Jun harus menyaksikan seluruh film koleksi OB agar bisa mereviewnya. Dengan demikian, jika ada pelanggan yang bertanya tentang koleksi yang ada, Jun bisa menjawabnya dengan lancar. Dan rupanya ini pekerjaan yang cukup disukainya, selain menggambar.

“Kerja juga belum mapan. Masih mikir bantuin bayar sekolah buat dua cuprit yang juga sama-sama belum lulus sekolah. Mikir beli-beli buat ponakan yang banyak. Mana orderan juga banyak, piaraan banyak, utang banyak….” (hlm.18)

Merasa sebagai satu-satunya pria di rumahnya, Jun telah bekerja keras menambah penghasilan, untuk diberikan kepada ibunya semenjak ia mulai masuk SMP. Itulah mengapa ia tumbuh menjadi sosok introvert, yang sangat mencintai kerja keras, keringat dan uang.

Ia sangat menyayangi keempat saudarinya, begitu pula sebaliknya. Maka, dengan alasan kasih sayang inilah, yang kemudian mendorong para saudaranya itu untuk mengintimidasi Jun agar cepat menikah.

“Mbak tahu, kamu tuh tipe lemot yang nggak bisa mikir buat rencana kawin. Makanya, kalau nggak didorong, ya, nggak bakalan kawin-kawin!” (hlm. 22)

Hingga tibalah Jun pada suatu kejadian yang mengubah hidupnya. Mengikuti kuis tebak-tebakan di sebuah tabloid. Pertanyaannya seputar gosip artis Korea sama beberapa pertanyaan tentang kebudayaan Korea. Dia menjadi pemenang!!!

“Daripada pusing mikirin target nikah, mending ikutan kuis iseng-iseng berhadiah.” (hlm. 35)

Entah kenapa dari awal saya kurang menemukan rasa Korea yang menjadi embel-embel judul buku ini. Masak iya di Korea ketemunya orang Indonesia melulu? Kalo kebetulan ketemu satu dua orang sih masih masuk akal, ini kok bertubi-tubi? Berapa banyakorang Indonesia yang bermukim atau berkeliaran di sana? (‘-’ ) (._. ) ( ._.) ( ‘-’)

Yang lebih anehnya lagi adalah sosok Jun yang katanya anak desa. Kenapa bahasanya ‘elu-gue’. Padahal Jun bukan tipe cowok alay, cenderung ihwan malah. Soalnya dia gak mau pacaran. Trus, ada gitu cowok yang demen banget berbau Korea? Kalo Jepang sih, saya menemukan banyak murid cowok yang demen segala berbau Jepang atau yang biasa disebut otaku. Kalo Korea?!? Kayaknya gak nemu deh… ƪ(▿‾┐) ƪ(‾▿‾)ʃ (┌‾▿)ʃ

Beberapa kalimat yang berhubungan dengan Korea:

  1. Sungnyemun, atau juga Gerbang Selatan ini, dulunya dibangun sebagai pintu utama untuk memasuki kota Seoul, dan merupakan bangunan kayu tertua di kota ini. (hlm. 69)
  2. Berdiri di wilayah seluas 410.000 meter persegi, Istana Gyeongbuk adalah simbol keagungan kerajaan dan rakyat Korea. Setelah pembunuhan Maharani Myeongseong oleh mata-mata di tahun 1895, Raja Gojong meninggalkan istana ini bersama anggota keluarganya yang lain, dan tidak pernah kembali. (hlm. 167)

Dari penjabaran tempat-tempat di Korea itu, rasanya terkesan tempelan. Hanya semacam petunjuk seperti di brosur-brosur perjalanan. Padahal, Deasylawati P, penulisnya sangat produktif dalam dunia menulis. Ada puluhan buku yang sudah pernah ditulisnya, diantaranya; Salman Sang Detektif Cilik (Indiva, 2010), Ore Wa Ren!(Indiva, 2010), Nabi Muhammad Teladanku (Indiva, 2010), The Prince of Korea(Indiva, 2010), dan masih banyak lagi. Jadi penasaran dengan bukunya yang lain, apakah lebih menarik dari buku ini?!? (✽ˆ⌣ˆ✽)

Hidup memang sebuah perjuangan. (hlm. 6)

 

Uang bukan segalanya. Tapi tanpa uang, segalanya nggak bakal ada. (hlm.30)

Keterangan Buku:

Judul                            : A Piece of Love in Korea

Penulis                          : Deasylawati P.

Penyunting bahasa        : Puteri Arfan Al-Ahmady

Setting                          : Lilik Kurniawan

Desain sampul              : Andhi Rasydan

Penerbit                        : Afra Publishing

Terbit                           : Maret 2012

Tebal                            : 288 hlm.

ISBN                           : 978-602-8277-59-4

2013 Indonesian Romance Reading Challenge

https://luckty.wordpress.com/2013/01/04/2013-indonesian-romance-reading-challenge/#comment-959

http://lustandcoffee.wordpress.com/2013-indonesian-romance-reading-challenge/

New Authors Reading Challenge 2013

http://renslittlecorner.blogspot.com/2013/01/new-authors-reading-challenge-2013.html

https://luckty.wordpress.com/2013/02/12/new-authors/

21 thoughts on “REVIEW A Piece of Love in Korea”

  1. “Daripada pusing mikirin target nikah, mending ikutan kuis iseng-iseng berhadiah.” (hlm. 35) <== gokil banget . hahaha.

  2. wah,aku kira dari judul ada kekorea-koreannya ternyata setelah membaca reviewnya mbak luckty memaang hanya terkesan tempelan karna kurang terasa 🙂

    walau begitu review yang dibuat ini nggak ada kesan jadi menjatuhkan buku ini, good job!! mbak 😀

    Terus mereview dengan baik untuk mbak luckty (^^)9 semangat ’45 hehe ikutan #GiveawayPustakawin Hope me luck 🙂 ini review ke => *14

  3. hallo kak, saya pengunjung baru di blog ini. Saya suka baca-baca review novel disini untuk panduan sebelum saya membeli novel supaya tidak menyesal setelah beli novelnya 🙂
    btw, boleh tanya kak, apa ada ada review novel2 karangan penulis korea dalam bahasa Inggris? Soalnya sampai sekarang saya masih jarang menemukan novel karangan penulis asli korea yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Terima kasih 🙂

    1. wah, udah banyak loh buku-buku Korea yang diterjemahkan ke Indonesia. Terutama Penerbit Haru, lumayan banyak buku-buku Korea yang ciamik 😉

  4. Kalo kata review nya kakak ga ada koreanya .. atau ga ada korelasinya sm korea ! jadi mikir dua kali bahkan 3 kali buat beli buku ini -___-

  5. Hingar bingar Korea yang melanda Indonesia memang kerap dimanfaatkan oleh para penulis dalam berkarya. Okelah kalau si penulis bisa meramu karya bercitarasa Korea. Tapi kalau dia hanya ingin mengawinkan Korea-Indonesia yang setengah-setengah malah keliatannya mubazir banget. Udah nulis, bisa nembus penerbit, diterbitkan, eh karyanya nanggung banget.

    Berdasar pengalamanku mengkonsumsi novel Korea (made in Indonesia), aku menjumpai Korea hanya ditampilkan amat-sangat di permukaan. Taruhlah, di bagian setting lokasi doang. Itu pun kadang nggak mendalam banget. Atau terbatas pada penamaan tokoh-tokohnya. Yang lain-lainnya kembali ke asal-muasal novel itu dibuat.

  6. Nggak tertarik baca…

    -_-

    Tapi bolehlah kukasih satu jempol buat Deasylawati P. yang udah berhasil nerbitin karyanya ini.

    Semoga karya selanjutnya bisa lebih baik ya…

  7. Wah review yg mantap mbak. Mengkritik secara halus hhehe
    Ngomong-ngomong tentang cowo yang suka korea, hmm ada kok, yaa tapi 1 diantara 1000 wkwkwk.

  8. ihh settingnya di negeri ginseng. hmm jadi penasaran sama ceritanya. kebanyakan kalau settingnya di korea itu selalu bikin mewek. >.< #mikirkeras

  9. Kalau memang jodoh, biar kata lari ke ujung dunia sekalipun, pasti bakal ketemu juga.. *J0DOH PASTI BERTEMU 😀

    biasanya kalo korea story aku suka mewek, apa yang ini juga bakal bikin mewek?

Leave a reply to Ratri Cancel reply