“Mungkin sekarang aku masih cinta sama kamu, tapi bagaimana cintaku bisa bertahan kalau kamu bahkan nggak pernah ada buatku? Kata orang, cinta bisa hilang karena terbiasa nggak ada.” (hlm. 183)
Kalau cinta yang kita punya sudah nggak membawa kebahagiaan, buat apa dipertahankan? (hlm. 188)
Buat apa kita menikah kalau bertemu saja susah begini? Buat apa kita menikah kalau tetap merasa sendirian dan kesepian? (hlm. 21)
Adalah Audi yang baru satu tahun menikah dengan Rafa yang dikenalnya belum lama. Audi memutuskan menerima lamaran Rafa karena merasa segalanya sudah siap. Baik secara lahir maupun batin. Di saat semuanya baik-baik saja, mantan dari masa lalunya datang. Dialah Yoga, sosok yang sempurna. Hati Audi terombang-ambing. Belum lagi masalah pekerjaannya, yang juga berhubungan dengan si mantan.
“Aku kurang pengertian apa, Raf? Kamu selalu pulang malam sampai aku harus tidur sendirian, makan sendirian, nggak bisa ngobrol sama suamiku sendiri. Apa aku protes? Apa aku marah? Susah ya untuk menghargai itu semua?’
“Kapan dewasanya sih kamu? Dikit-dikit nangis.” (hlm. 35)
“It’s not about the money, Raf. Ini masalah aktualisasi diri. Aku nggak pernah membayangkan diriku jadi ibu rumah tangga.”
“Audi, apa salahnya sih jadi ibu rumah tangga? Ibuku seorang ibu rumahtangga dan bagiku she’s a great woman. Aku jadi seperti ini juga karena didikan ibuku.
“Terus aku mau ngapain di apartemen seharian? Nungguin kamu pulang kantor tiap hari?” (hlm. 141)
Rumah tangga yang mulanya baik-baik saja, mulai dipenuhi percikan-percikan masalah. Sebenarnya hal-hal yang dialami Audi dalam membangun rumah tangga adalah hal lumrah yang akan ditemui saat menikah. Hal-hal sepele selalu dibesar-besarkan. Saya nggak begitu suka tipe perempuan seperti Audi yang manja, egois dan terlalu ‘Drama Queen’ banget. Tapi, orang-orang seperti ini tidak hanya kita temui di sinetron-sinetron saja, di kehidupan nyata pun ada, banyak malah :p
Buat apa aku kerja kalau aku nggak boleh menikmati hasil jernih payahku sendiri? Beli pakaian bagus itu investasi. Mungkin pakaian bagus memang nggak kayak emas yang kemungkinan besar bisa dijual lebih mahal setelah kamu simpan di lemari selama lima tahun. Tapi percayalah, pakaian bagus bisa membuat kepercayaan diri meningkat berkali-kali lipat. Dan saat percaya diri sudah meningkat, dampaknya akan besar untuk kehidupan kamu. (hlm. 10)
Saya malah kasihan ama Rafa yang sudah kerja keras banting tulang kerja dari pagi sampai malam, malam tiap hari selalu disuguhi istri dengan raut manyun. Ditambah keluhan-keluhan sepele yang tiada ujungnya. Susah juga ya punya tipe istri macam ini?!? Pengen kepruk deh… x)
Mungkin Rafa pikir kewajiban dia sebagai seorang suami memang hanya mencari uang segunung. Dia sepertinya lupa kalau dia juga punya keharusan untuk menjaga Audi, memberinya perhatian, dan membuatnya merasa berharga. Itu yang ada dalam pikiran Rafa.
Tapi dibalik semua itu, sesungguhnya Audi adalah perempuan yang cerdas meski pada akhirnya harus mengorbankan masa depannya yang sudah di depan mata. Yang namanya pernikahan itu menyatukan dua insan manusia. Harus meredam ego satu sama lain. Tidak semua keinginan kita sesuai dengan keinginan pasangan.
“Lo harus belajar menghadapi masalah dengan dewasa!” (hlm. 45)
“Sekeras apa pun kamunyiksa aku, kenyataan itu nggak akan berubah.” (hlm. 123)
Apa hak mereka menyuruhku untuk segera punya anak? Memangnya mereka mau kasih makan dan membayar semua biaya pendidikan anakku nanti? (hlm. 24)
Beberapa kalimat favorit:
1. Mengobrol dengan seseorang yangenerginya masih penuh dan pikirannya masih fresh sesungguhnya sangatmenyenangkan. (hlm. 55)
2. Marriage is like roller coaster. Ada up ada downs. (hlm. 175)
Baca novel ini langsung sekali habis. Tema perempuan dengan sisi pernikahan selalu menarik untuk dibaca. Setelah membaca kisah Audi dan Rafa ini, kita bisa menarik pesan bahwa pernikahan itu ibarat rollercoaster. Selalu ada kejutan yang tidak pernah di duga sebelumnya. Mencoba dan bertahan atau justru kapok dan menyerah? Seperti itulah yang namanya pernikahan.
Bukankah manusia nggak pernah ada puasnya? Aku harus belajar untuk bahagia dengan apa yang aku punya. Itu kan artinya bersyukur? (hlm. 200)
Keterangan Buku:
Judul : The Marriage Roller Coaster
Penulis : Nurilla Iryani
Editor : Herlina P. Dewi
Desain cover : Teguh Santosa
Layout isi : DeeJee
Proofreader : Tikah Kumala
Penerbit : Stiletto Book
Terbit : Desember 2013
Tebal : 206 hlm.
ISBN : 978-602-7572-22-5
Indonesian Romance Reading Challenge 2014
https://luckty.wordpress.com/2014/01/01/indonesian-romance-reading-challenge-2014/
New Authors Reading Challenge 2014
https://luckty.wordpress.com/2014/01/02/new-authors-reading-challenge-2014/
Kalau mau ikut campur berdasarkan isi novel ini sih mungkin kurang bisa kali ya .. belum berumah tangga soalnya .________. . Tapi kalau novel ini di dramain alias sinetron pasti bakal banyak adengan close up sambil marah – marah .. hehe . Tapi sesuai judul novelnya Marriage Roller Coaster , semoga sih happy ending kayak Roller coaster walaupun turun naik bikin teriak tapi kalau semua hal itu sudah di lalui pasti bakal lega dan menyenangkan
aku pun belum menikah… x)
udah di bukuin ?
iyaa…sudah dibukukan… 😉
Sampulnya sweet bangeeeet >…<
covernya unyu bingit 😉
Sebenarnya kisahnya klise ya, hadir lagi para ‘penawan hati’ di masa lalu. Jg kebanyakan wanita yg udah nikah disuruh tinggal di rumah aja, iiih …
“It’s not about the money, Raf. Ini masalah aktualisasi diri. Aku nggak pernah membayangkan diriku jadi ibu rumah tangga.” Sama dong dg pemikiran saya :p
Jadi Audi tipe yg rewel yaaa, jadi kasihan sama Rafa. Tahu gitu si Rafa sama saya saja :p Di sini kita jadi bisa belajar bagaimana cara jadi istri yang anti bawel, kelak. Biar suami kita gak panas kupingnya kayak Rafa. Juga bs lbh memantapkan hati, kalau udah dilamar yaaa pandang masa depan aja jangan nengok lagi ke masa lalu >..<
setujuuuu… 😉
Hehehe, berhubung saya belum menikah jadi menyimak saja apa yang terjadi di buku ini. Iya sih, pernikahan memang seperti roller coaste ada fase bahagia ataupun sedih, masa di atas atau masa di bawah.
samaan belum nikah jugaa… x)
True bangeeet…
Tapi buku ini ending-nya sweet, kan?
Takutnya malah pembaca takut nikah setelah melahap buku ini. 🙂
Sebagai seorang wanita yang sudah berkeluarga, aku rekomendasikan pada semua orang untuk menikah, *yaelah, ini sih bukan cuma karena recommend-ku aja*
Karena menikah adalah sunnah, dan itu artinya adalah tambahan pahala, juga anugerah.
Terbitan Stiletto, kan? Kereeeen…
iya, Stiletto selalu khusus menyuguhkan buku-buku bergenre perempuan banget… :))
Tadinya mau dimasukkin wishlist, tapi kalau terima buku kan biasa sama Mamah, takutnya dikira buku dewasa, jadi disesuaikan juga sih sama umur 😀
tenang Syifa, ini aman kok dibaca segala umur, gak ada adegan ‘dewasa’ kok x)
Wah dari judulnya saja sudah dapat ditebak, novel ini tentang pernikahan yang jalannya seperti roller coaster! Yang naik turun dan penuh guncangan. Hmm dari review ini sepertinya Audi adalah pribadi yang sedikit menyebalkan :p wkwk. Karena tidak seharusnya istri membangkang pada suami. Dan memang dalam hubungan rumah tangga harus ada saling pengertian. Hmm sepertinya saya kurang tertarik dengan novel ini hehe *peace
Sebenarnya gak pembangkang juga sih, cuma tipe-tipe manja, not my type, gyahahaha… x)
Salah satu terbitan stilleto juga nih. Dan ikutan kuisnya juga, nggak beruntung lagi dan ngeliat nama luckty jadi pemenang, langsung meluncur cari review-nya di blog Luckty, hehehe…
Setuju banget dengan tulisan Luckty : yang namanya pernikahan itu menyatukan dua insan manusia. Harus meredam ego satu sama lain. Tidak semua keinginan kita sesuai dengan keinginan pasangan…. 🙂
semoga kelak bisa kesampaian baca buku ini juga yaaa… 😉
Saya sering mikir bagaimana kehidupan nanti setelah berumah tangga ya? sekarang aja kadang-kadang jarang ketemu orang tua, gimana udah nikah..
belum lagi masih sering kebayang mantan
ternyata nikah itu perlu difikirkan lebih matang lagi yah.
jadi penasaran sama buku ini deh
gyahahahaha…pemikiran kita sama.. x)
mau genap 8 tahun rumah tangga….masih ada saatnya seperti naik roaller coaster kok…dari beda pendapat sampai kejutan manis, rasanya nano-nano . tapi ya pikiran lelaki memang seperti itu, mikirnya cari uang banyak buat menyenangkan keluarga padahal kita yang di rumah butuh juga perhatian, tapi emang sich faktor ekonomi berpengaruh pada keharmonisan rumah tangga ;p
kisah rumah tangga yang enggak terus2an manis, bekal buat para lajang 😀
tapi ceritanya agak beda dari cerita yang telah di tulis penulisnya di blog
Kalau cinta yang kita punya sudah nggak membawa kebahagiaan, buat apa dipertahankan?
duhhh, quote ini ngeharusin banget buat move on ya? >.<
waah boleh nih dibaca walau masih lajang hehehee
Wah tokoh utama ceweknya, si Audi itu menye-menye yah.. hehe.. Namanya married pasti ada up and down, nggak mugkin flat aja. Justru itu bumbu pernikahan kan (tapi jangan keseringan juga sih berantem). Dari review ini saya tarik kesimpulan bahwa pernikahan itu selain komitmen juga harus kompromi. Tidak bisa hanya egois tapi harus bisa mengerti pasangan dan berbagi suka maupun duka. Semoga kita semua bisa mengalami kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah.. Amin yra..