buku, resensi

REVIEW People Like Us

 people like us

Adalah hak semua orang untuk bebas menyukai sesuatu. (hlm. 217)

Jika kau bisa berhenti membenci seseorang, kau juga bisa berhenti membenci seseorang. (hlm. 220)

Adalah Amelia Collins, gadis remaja berumur lima belas tahun. Tubuhnya berbalut kulit pucat, wajahnya terbingkai  rambut pirang alami yang menjuntai lurus hingga punggung, gigi depannya mencuat seperti kelinci. Kau bisa membayangkan betapa normalnya gadis ini.

Amy tidak pernah bersinar di sekolahnya. Dia bukan murid terpintar atau tergiat, bukan juga yang terbodoh atau termalas. Jaringan pertemanannya pun tidak terlalu luas. Namun dia meyakinkan orang-orang untuk mengingatnya sebagai Amelia Collins hanya dengan dua hal.

Pertama, menulis. Amy, sejauh yang diperhatikan teman-temannya, sangat suka menulis. Biasanya Amy menulis fiksi; cerita-cerita tentang remaja dan romansa yang kadang terinspirasi oleh teman-teman dekatnya maupun dari sepintas kisah yang diceritakan kakaknya, meski hingga sekarang Amy belum pernah pacaran.

Kedua, orang-orang semakin mengenalnya karena sebuah ketidaksengajaan. Amy pernah memberitahu teman-teman perempuannya nama anak lelaki yang dia suka. Beberapa temannya itu memberitahu teman yang lain. Teman yang lain memberitahu semua orang. Dan begitu siklusnya hingga sampai ke telinga anak lelaki yang sedang dibicarakan.

Hal yang harusnya menjadi rahasia pribadi, kemudian menjadi pengetahuan umum satu angkatan. Itu hanya dimulai dengan, “Jangan bilang siapa-siapa, ya. Amy menyukai Ben.”

Ben tahu Amelia Collins sejak awal musim gugur tahun lalu, sejak rahasia gadis itu meledak menjadi hal yang wajib diketahui nyaris satu angkatan mereka. Amelia Collins, entah mengapa mengapa, menyukai (dan menguntit) Benjamin Miller. Ben sendiri tidak punya ide bagaimana gadis itu bisa mengenalnya.

Ben lebih suka punya hidup yang tidak diganggu siapa pun, bahkan orangtuanya. Dia ingin hidupnya hanya di deskripsikan melalui dua sifat saja; damai dan tidak rumit. Dan mendadak gadis itu mengganggu ketenangan dunianya.

Ketika Ben dihadapkan pada dua pasang mata yang menaruh harapan penuh padanya, dia memutar bola mata dan melengos. “Aku tahu,” katanya, “tapi aku tidak pernah bicara padanya, atau berkomunikasi dengannya, atau…”

Tubuh Ben terlalu kurus untuk orang sejangkung dia. Orangnya sangat to-the-point, kaku dan agak kasar. Satu lagi, dia lebih cinta pada buku dan sepak bola dibanding manusia. Namun Amy sudah jatuh cinta pada anak lelaki itu. Dan cinta adalah cinta. Mungkin  memang tidak butuh alasan.

Ketika kau menyukai seseorang sangat, sangat menyukainya. Namun orang itu sangat jauh, tak bisa kau sentuh, hingga hampir semua emosi yang melilit di tubuhmu kau tujukan hanya untuknya. Lalu, suatu hari, orang itu datang, dia berada di dekatmu hanya untuk beberapa saat sebelum pergi jauh lagi dan kau hanya punya sedikit waktu untuk bersamanya. Jadi, untuk beberapa orang yang berada di dalam kondisi itu, alih-alih mencurahkan semua kerinduannya pada orang yang disayanginya itu, dia bertahan untuk tetap diam. Dia tak mau menunjukkan banyak emosi, tidak sedikit pun, karena jika dia mengeluarkan emosinya, dia tidak akan bisa menguasai dirinya lagi. Jika dia tidak menguasai dirinya, dia tahu, dia takkan bisa bertahan saat orang yang disayanginya akan pergi lagi, seperti itulah Amelia Collins.

Kadang, Ben menyalahkan Amy karena gadis itu menyukainya, padahal yang ingin Ben salahkan hanyalah dirinya sendiri, padahal yang ingin Ben salahkan hanyalah dirinya sendiri –kenapa manusia ingin dicintai, tapi malah menghindari orang yang mencintai mereka? Kadang, Ben merasa tidak pantas disukai Amy.

“Kanker dan cinta punya kesamaan, tidakkah kau sadar? Jika mereka terlalu kuat, kau tak bisa menghancurkan mereka, tapi mereka bisa menghancurkanmu.” (hlm. 257)

“Jangan menang. Jika kau menang, yang kalah bukan hanya dia; tapi kau juga. Jika kau menang, kau akan musnah. Jika kau kalah, kau akan musnah juga.” (hlm. 271)

“Aku lebih menyukai hidupku sekarang. Mungkin jika semuanya tidak serumit ini, aku takkan mengenalmu. Tapi jika aku bisa memilih, aku akan memilih untuk bisa mengenalmu sejak dulu –jauh sebelum penyakit ini datang.” (hlm. 288)

Beberapa sindiran halus dalam novel ini:

  1. Kadang, manusia yang sedang dalam masa pubertas lebih menakutkan daripada monster paling menyeramkan yang bersembunyi di kolong tidurmu. (hlm. 13)
  2. Jangan terpaku pada hal yang membuatmu terinspirasi. Bisa-bisa kau terkesan menjiplak cerita itu dan orang-orang menganggapmu plagiator. (hlm. 119)
  3. Apa gunanya jadi remaja kalau tidak emosional? (hlm. 177)

Banyak banget kalimat favorit yang bertebaran dalam novel ini:

  1. Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk mengubah hidup orang lain menjadi sedikit lebih baik. (hlm. 41)
  2. Ketika kau tidak bisa mengingat seseorang – seseorang yang menganggapmu sangat pengting, apa yang seharusnya kau rasakan?  Apa yang akan kau lakukan? (hlm. 50)
  3. Aku akan mati. Kau juga akan mati. Kita semua akan mati. Hanya saja, kita tidak perlu bertaruh untuk tahu siapa yang akan mati lebih cepat. (hlm. 58)
  4. Semua orang punya harapan. (hlm. 91)
  5. Dan apakah kau tahu kalau cinta membuat semua orang jadi seperti dirinya sendiri? (hlm. 114)
  6. Kita seharusnya melakukan sesuatu bukan karena imbalan yang akan kita dapatkan setelah itu, melainkan karena kita memang benar-benar ingin melakukannya. (hlm. 130)
  7. Tidak enak rasanya bertengkar dengan orang yang paling dekat denganmu? (hlm. 177)
  8. Meski kita membenci  sekolah, tapi kita lebih benci lagi jika sudah lulus dari sana dan tak bisa kembali. (hlm. 199)
  9. Orang-orang hanya akan mengingat  kesalahanmu atau hal buruk yang terjadi padamu dan menghitungnya dengan jari, sementara kebaikan yang kau perbuat akan dilupakan karena tak cukup banyak jari yang tersisa untuk menghitungnya. (hlm. 231)
  10. Kadang kau harus keluar dari zona nyamanmu dan bertarung. (hlm. 247)
  11. Apakah menyukai seseorang butuh alasan? (hlm. 250)
  12. Hanya karena kau punya banyak sekali kekurangan, bukan berarti kau tak layak dicintai. (hlm. 251)
  13.  Kadang kau tidak butuh petualangan di hutan yang mendebarkan atau perjalanan menuju belahan dunia lain untuk merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Kadang kau hanya perlu satu orang dan rasanya kau sudah bisa menggapai seluruh dunia dengannya. (hlm. 259)
  14. Hanya karena ada orang-orang kejam di dunia, bukan berarti dunia yang kita tinggali ini adalah tempat yang kejam. (hlm. 274)
  15. Kadang, melepaskan itu sama gampangnya seperti tertidur. Sama gampangnya seperti mati. (hlm. 275)
  16. Kadang kau harus bisa memaafkan seseorang, meskipun orang itu tak tahu bahwa dia bersalah padamu. (hlm. 281)
  17. Perasaan takkan cukup untuk membuat segalanya lebih baik. (hlm. 301)
  18. Hanya karena kau mencintai seseorang, bukan berarti kau tidak bisa melukai hatinya. (hlm. 306)
  19. Keluarga adalah cinta, cinta adalah pengampunan. (hlm. 306)
  20. Butuh banyak keberanian untuk mencoba berbahagia. (hlm. 311)

Ada beberapa kata unik yang terdengar asing di telinga, ternyata masuk dalam KBBI:

  1. Berserobok (hlm. 25) = bertemu (dari dua arah yang berlainan); berjumpa;
  2. Tepekur (hlm. 55)
  3. Merepeti (hlm. 81)
  4. Nakas(hlm. 93) = meja kecil dengan satu atau dua laci yang diletakkan di bagian samping kepala sebuah tempat tidur

Novel ini merupakan karya debut Yosephine Monica yang merupakan pemenang 100 Days of Romance yang diadakan oleh Penerbit Haru’s Writing Competition 2013. Penulisnya masih duduk di bangku sekolah, ya ampun masih unyu, umurnya beda sepuluh tahun sama saya, seumuran kayak murid-murid di sekolah 😀

Awalnya, pas tahu tokoh utamanya sakit (sakit kanker pula) jadi berpikir jika nanti jalan ceritanya bakal sinetron banget. Ternyata saya salah. Kita akan menemukan sisi lain dari sebuah novel yang berakhir pilu ini. Banyak pelajaran yang kita petik dari para tokoh-tokohnya.

Banyak pelajaran hidup yang kita petik dari kisah Amy dan Ben ini:

  1. Ketika kita sakit, bukan berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa. Lakukan apa yang belum kita capai. Wujudkan mimpi kita. Sekalipun rasa sakit mendera, kita harus mengupayakan hal-hal yang kita inginkan. Itulah yang dilakukan oleh Amy.
  2. Ketika seseorang mengalami sakit, bukan rasa kasihan yang dibutuhkan seseorang. Tapi dianggap seolah-olah sama dengan yang sehat sebenarnya adalah hal yang paling penting. Lana, Zack dan Julian membutikannya atas penyakit yang dialami oleh Amy.
  3. Perceraian terkadang menimbulkan luka yang mendalam, terutama bagi anak yang selalu menjadi korban. Itulah yang dialami Ben. Perceraian orangtuanya sedikit banyak mempengaruhi kepribadiannya dalam membentuk sosoknya saat tumbuh meremaja.
  4. Kebaikan, sekecil apa pun akan selalu diingat. Lana yang selalu ingat akan kebaikan Amy, berupaya keras membantu mewujudkan impian Amy. Lana berprinsip; “Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk mengubah hidup orang lain menjadi sedikit lebih baik. Tapi sekarang, kesempatan ini ada di tangan kita. Jadi, kenapa kita tidak mencobanya dulu?”
  5. Keluarga adalah segalanya. Hal itu bisa kita lihat dari sisi kehidupan Ben maupun Amy. Bagaimanapun keadaan keluarga kita, keluarga tetaplah keluarga.

Keterangan Buku:

Judul                                     : People Like Us

Penulis                                 : Yosephine Monica

Penyunting                         : Tia Widiana

Proofreader                       : Dini Novita Sari

Desain cover                      : Angelina Setiani

Penerbit                              : Haru

Terbit                                    : Juni 2014

Tebal                                     : 330 hlm.

ISBN                                      : 978-602-7742-35-2

people like us 1

Indonesian Romance Reading Challenge 2014

https://luckty.wordpress.com/2014/01/01/indonesian-romance-reading-challenge-2014/

Young Adult Reading Challenge 2014

https://luckty.wordpress.com/2014/01/07/young-adult-reading-challenge-2014/

New Authors Reading Challenge 2014

https://luckty.wordpress.com/2014/01/02/new-authors-reading-challenge-2014/

75 thoughts on “REVIEW People Like Us”

  1. Wah! Reviewnya bagus ka.Saya terharu akan ceritanya walau hanya dengan membaca review disini.Setelah membaca review ini,jadi ‘sedikit’ jelas jalan ceritanya seperti apa.Tapi akan lebih jelas lagi ‘jikalau’ saya bisa membaca novelnya 😀 *maklum,saya belum punya novelnya* #curcol
    Oke deh,thanks kaka atas reviewnya 😉

  2. Nama : Farah Fahma
    Twitter : @FarrMaSi
    Kota : Slawi, Jawa Tengah

    Aku ingin membahagian semua orang terutama orang-orang terdekatku. meskipuun aku tidak tahu bagaimana caranya membahagiakan semua orang, aku akan berusaha semampuku untuk bisa mewujudkan itu. satu lagi, aku ingin meminta maaf kepada semua orang. karena aku pasti mempunyai banyak salah pada semuanya yang disengaja maupun tidak.Ya, semua tahu, manusia tak luput dari kesalahan. aku ingin sebelum ajal menjemput, aku ingin mewujudkan kedua hal itu. meskipun terlihat sepele, namun jika dikerjakan itu akan sulit. dan aku ingin itu bisa melakukannya.

  3. Penasaran pengen baca/ Lebih mengharukan mana dengan gadis yang mengidap HIV di It Happened to Nancy – Anonim

  4. Mungkin cerita yang tokoh utama nya memiliki penyakit parah itu memang sudah pasaran , tapi saat aku membaca Quotes nya aku rasa emang bener novel ini beda dari yang lain , aku kepengen sekali membaca lebih nya

  5. Menurutku Di Buku ini Penulis banyak menyampaikan pesan ” moral melalui Tokoh Amy dan Ben . Dan yg membuat penasaran adalah Bagaimana cara penulis mengajak pembaca agar tetap membaca sampai di akhir cerita padahal kan kita tau akhir kisa ini pasti berakhir dengan kematian Amy.

  6. Pas intip-intip blog tour kemaren, udah naksir banget pengin baca buku ini. Kisahnya nggak asing, walau endingnya (dari yang aku tebak) beda jauh. Hahahahaha….

    *masukin ke list want-to-read*

  7. Membaca review ini mengingatkan aku pada masa SDku, saat kelas 1 tanpa sengaja bilang, ” ketua kelas kita cakep ya” dan…. sama seperti amy, dari mulut ke mult menyebar. Namanya, TOmmy, dan selama kita 1 kelas, dia jarang mau bicara denganku. Itu membuat aku sedih, padahal 6 tahun kami sekelas, senyum pun Tommy gak mau… Ya Tuhan, novel ini aku banget. Dan selalu penasaran dengan enndingnya. Suka dengan kesederhanaan Lucty meresensi, kutipan, sindiran, pelajaran dari bacaan yang diresensi, simpel tapi ngena. Jangan pernah berhenti meresensi ya…

  8. Reviewnya keren banget! Bikin tambah penasaran dari setiap kutipan-kutipan novelnya itu, tambah penasaran lagi sama akhir kisah cinta Amy sama Ben, kayaknya bakal luar biasa deh 😀 cinta yang hadir disaat waktu hidup kita terbatas karena tadi ada kutipan tentang kanker.
    Pokoknya, pengen banget dapetin novel ini 😀 Semoga saya beruntung 😀

  9. Duh..baca review ini terharu. Dari Blog pertama sampai sekarang pengen deh baca buku ini. Penasaran sama kisah Amy dan Ben, dan hm..kira2 penulisnya umurnya berapa ya? Kata ka Luckty sih masih unyu? Hiihi 😀

  10. Review yang beda dari biasanya. Kayaknya mbak luckty terpengaruh sama gaya penulisan sang author yaa.. dan inget, dia masih sekolah lhoo.. Waduuuh, anak sekarang tambah berbakat aja yaa.. meskipun gaya penulisannya masih ala ala luar negeri. Semoga ke depannya ada orang yang gaya penulisannya Indonesia banget dan berkualitas. Dan ketika sampai ke luar negeri banyak orang yang tau ciri goresan Indonesia 🙂

  11. reviewnya keren ka. gimana ya bilangnya? tapi ini beneran keren, bikin aku pengen baca banget semua kisah Amy dan ben. bahasanya lancar dan sukses bikin pembaca bergumam “Ah masa sih kisahnya begini?” ya gitu deh ka 😀
    terimakasih ka reviewnyaa

  12. Si Amy tuh kayaknya aku banget pas SMA. Nerd.. hhhh..
    Yang selalu aku suka dari review Mbak Luckty tuh, Mbak selalu menyertakan quote-quote keren dari buku yang lagi di review. Aku sukaaaa .. yang aku nggak suka, reviewnya selalu menggantung dan itu bikin aku penasaran setengah mampus. Dan nggak jarang, aku jadi beli buku yang di review Mbak gegara penasaran gila..

    Anis Antika
    @AntikaAnis
    Surabaya

  13. Wow, reviewnya mbak keren dech. Kalimat-kalimatnya indah semua ” Keluarga tetaplah keluarga” itu yg paling kukagumi.
    Kaget banget aku kalau penulisnya masih duduk di bangku sekolah. Kelas berapa ya penulisnya kok katanya unyu? hihi…
    Hobinya si Amy kayak aku, suka nulis ( jujur aja yahh) YAK tertarik banget sama novelnya. Aku sudah sering denger tokoh-tokoh dalam cerita yg selalu mengidap penyakit apaan gitu dechh. Tapi kalau dilihat dari kutipan2nya kok beda dari yg lain. Terus terang ya mbak, aku pingin banget jadi penulis. Doain yahh
    Semoga menang….semoga menang…. ><

  14. Arfina Tiara Dewi
    @ipinkaramel
    Serang, Banten

    Sick-lit! mba Luckty keren bikin review-nya sampe ada pelajaran yang bisa dipetik, nyelipin sindiran halus dan kata-kata asing. Patut di coba!

  15. banyak pesan moral yang dapat di tangkap dari novel ini. Selalu suka cerita yang mainstream tapi di sampaikan dengan cara yang berbeda. Penulisnya hebat, masih duduk di bangku sekolah udah berhasil menelurkan karya yang hebat *ngiri, pengen juga 😀

  16. Reviewnya seru kak, bikin para pembaca jadi tertarik pengen baca buku ini, kayak promo buku gitu… Reviewnya juga lengkaap dan asik, aku seneng bacanya, walau agak panjang.. aku suka banget sama kata- kata ini “Butuh banyak keberanian untuk mencoba berbahagia” Duh… aku setuju banget sama itu, dan itu aku banget, penulisnya bikin buat aku ya (?) haha ngarep..

    Itu aaja, salut sama reviewnya!

  17. Reviewnya keren, terkesan banget. Wah cukup menarik kisahnya, jadi pengen buru buru beli ditoko buku nih, semoga aja udah ada 😀 suka bangat sama blognya kak luckty 🙂 serius dah! Susunan kata2nya bikin aku suka sungguh menarik ><

  18. Demi apapun juga ka reviewnya asik banget asli bikin penasaraaaaan. kesemsem ama covernya,simple,warnanya aku suka. Dan kayaknya,alur ceritanya juga enak plus ini tentang cerita cinta anak remaja yg sering dialami remaja jaman sekarang *termasuk aku :p* jadi bakal gampang ngerti jalan ceritanya. satu lagi cerita tentang tokoh utamanya sakit kanker *ini lagi ngetren apa ya?* pasti nangis lagi kalau baca. tapi aku seneng ama si Amy ini. semoga dia ga nyerah buat suka ama Ben ya :’) entah udah berapa orang yg komen kayak gini di review ini tapi: dear ka luckty,penerbit haru dan Yosephine Monica, Amelia Collins itu…. AKU BANGEEEEET 😀
    terima kasih banyak banyak banyaaaak banget buat reviewnya yang lagi-lagi,asik & sukses bikin penasaran ka luckty 🙂

  19. Dari judulnya “People Like Us” saja, saya sudah sepakat. Setiap orang pasti memiliki sesuatu yang menjadi pemikat atau daya tarik bagi orang lain. Tentu saja tidak semua orang akan suka, tapi akan ada orang yang suka dan kemudian keduanya menjadi teman, bersahabat, atau mungkin mencintai.

    Tak hanya dalam hal yang baik, dalam hal buruk pun itu terjadi. Seseorang yang memiliki sifat jahat pasti pada umumnya akan dibenci. Namun ada saja satu atau dua orang yang kemudian menjadi teman atau kawan karena kebetulan memiliki sifat, hobi, atau tujuan yang sama.

    Kadang, Ben menyalahkan Amy karena gadis itu menyukainya, padahal yang ingin Ben salahkan hanyalah dirinya sendiri, padahal yang ingin Ben salahkan hanyalah dirinya sendiri –kenapa manusia ingin dicintai, tapi malah menghindari orang yang mencintai mereka? Kadang, Ben merasa tidak pantas disukai Amy.

    Sepertinya kondisi yang dialami Ben juga sering terjadi di dalam kehidupan nyata. Ketika seseorang merasa dirinya memiliki kekurangan apalagi penyakit berat yang kemungkinan untuk sembuhnya kecil, dirinya akan merasa tidak pantas untuk dicintai. Khawatir dirinya akan melukai orang yang mencintainya.

    Kadang, manusia yang sedang dalam masa pubertas lebih menakutkan daripada monster paling menyeramkan yang bersembunyi di kolong tidurmu. (hlm. 13)

    soal puber kadang memang jadi masalah. bukan hanya puber di masa remaja, puber kedua pun bisa menjadi masalah 😀

    Jangan terpaku pada hal yang membuatmu terinspirasi. Bisa-bisa kau terkesan menjiplak cerita itu dan orang-orang menganggapmu plagiator. (hlm. 119)

    yang baik memang mengikuti prinsip ATM. Ambil. Tiru. Modifikasi. biar nggak jadi plagiator.

    Apa gunanya jadi remaja kalau tidak emosional? (hlm. 177)

    😀
    jadi inget lagu dangdutnya Bang Haji Rhoma Irama yang judulnya “Darah Muda”. Masa remaja atau masa muda, emosinya berapi-api.

    Soal pelajaran hidup dari kisah Amy seperti sakit yang tidak menghalangi seseorang untuk berbuat sesuatu, orang yang sakit bukan untuk dikasihani, percerraian yang akan berdampak pada perkembangan anak, saya sepakat semuanya 😀

    dari review yang lengkap ini, meski belum baca, saya menyimpulkan jika novelnya bagus dan layak sekali untuk dibaca 😀

  20. Jadi begini… Baca reviewnya Mbak Luckty jadi inget zaman naksir-naksiran sama cowok waktu masih muda dulu. Masa remaja emang penuh warna. Saya mulai pacaran kurang lebih seumuran Ben dan Amy. Hahahahaha

    Saya belom membaca People Like Us. Saya jadi tahu rupanya novel ini bergenre sick-litn yaitu cerita di mana tokoh utamanya menderita suatu penyakit dan kemudian meninggal dunia (di beberapa cerita lain hanya menderita sakit namun tidak meninggal). Seperti biasa, saya suka review Mbak yang menghadirkan kalimat-kalimat favorit.

  21. Sumpah novel ini Keren banget :’)
    Baca Reviewnya bikin nyesek banget
    Segitunya amy suka sama ben walaupun udah dikatain pengutik :’D
    Keren pokoknya ^^

  22. saya penasaran nih XD umur penulis People Like Us itu berapa? dan penerbit Haru pernah nanyain ga ke penulisnya, itu ide cerita darimana? pernah ngalamin atau nggak? 😀
    karena dari beberapa review di blog, ceritanya dalem banget. saya jadi mikir ‘gimana bisa seorang pelajar yang masih remaja menuturkan perasaannya dengan kalimat runtun yang baik? saya sendiri masih ga bisa nata perasaan apalagi untuk ngungkapin’ karena kalo ditanya tentang perasaan saya bakal jawab ‘ya gitu deh’ jelasin sesuatu itu susah, apalagi menjelaskan sesuatu yang rumit dengan cara yang indah. yajadi makin penasaran ama bukunya =_=
    dan makasi ni kak uda dikasi kata-kata favoritnya. ada yang saya suka yang belum di sebutin blog lain yang saya baca yaitu:
    Orang-orang hanya akan mengingat kesalahanmu atau hal buruk yang terjadi padamu dan menghitungnya dengan jari, sementara kebaikan yang kau perbuat akan dilupakan karena tak cukup banyak jari yang tersisa untuk menghitungnya. (hlm. 231)
    nah si penulis bisa bikin sesuatu yang berarti negatif, malah berujung positif. karena itu saya penasaran sekali ama penulisnya. mungkinkah dia suka berfikir dan menelaah mengenai kehidupan disekitarnya? sepertinya dia suka berfikir ringan dan gak di berat-beratin. karena biasanya saya hanya menemukan kutipan “orang ga pernah inget kebaikan seseorang, yang diingat pasti hanyalah keburukannya” dan saya hanya akan mengangguk sekuat tenaga karena setuju 😀
    Si penulis ini bisa memberikan saya jawaban dari pertanyaan yang blm pernah muncul di otak saya. bahwa, orang menyebutkan kesalahan bukan karena dia melupakan kebaikan, tapi karena kebaikan tidak pernah bisa dihitung apalagi dihapal satu-satu. bikin saya ngangguk lebih keras bahkan 😀

  23. Pertama baca reviewnya. ‘jleeeb’ karakter Amelia Collins jadi serasa cerminan diri ya. Tapi punya kisah berbeda.

    dari review yang diuraikan..ceritanya terlihat menarik masih berkisah tentang romansa cinta dengan bumbu pilu dan kesedihan.lebih berwarna dalam literatur kepenulisan yang tak selalu berakhir happy ending. 🙂

  24. Wah, udah lama nggak main ke blog mbak luckty 😀 Sepertinya banyak yang berubah :’) hihihi
    Aku penasaran sama ending dari novel ini. Soalnya, aku tidak bisa membaca sama sekali apakah tokoh Amy “dimatikan” dengan penyakitnya atau justru bisa diselamatkan oleh kekuatan cinta Ben *aww

  25. Duhh,, reviewnya aja udah ngena meresap sampe ke hati dan empedu. gimana kalau baca novel aslinya?
    Aku penasaran gimana kisah gadis sebiasa ‘Amy’ menghadapi kerasnya hidup dan :””)

  26. /kemudian teringat pada seseorang/
    Review-nya bikin nyesek ya?! #lho
    hahaha~

    Review nya manis, menceritakan dengan baik seperti apa novel “People Like Us”. Jadi meskipun saya belum baca novel ini, sedikit banyak saya bisa tahu kemana arah ceritanya. Saya jadi penasaran bagaimana perasaan Ben pada Amy yang sesungguhnya 🙂

    Terimakasih untuk review nya…

  27. Reviewnya bagus banget, lengkap, sampai ada daftar kata-kata unik dan quotes favorit =)“Kanker dan cinta punya kesamaan, tidakkah kau sadar? Jika mereka terlalu kuat, kau tak bisa menghancurkan mereka, tapi mereka bisa menghancurkanmu.” Ya, sepertinya harus easygoing dalam hidup karena jika kita lentur seperti karet (fleksibel) dalam hidup akan lebih survive dibanding jika kita keras seperti besi. Aku jadi ingin baca novel People Like Us ini karena reviewnya menarik. Aku juga belum pernah baca genre sicklit =) Trims

  28. dari baca reviewnya saja terlihat novel itu sangat bagus untuk seorang penulis yang baru debut (y) jadi penasaran dengan kisah Ami dan Ben selanjutnya. ngebaca reviewnya di atas ngerasa nyesek & tercengang sendiri,sumpah keren deh aku salut 😀

  29. Reviewnya keren sekali, mbak… Kisah yang dialami oleh Amy, dengan penyakitnya yang luar biasa namun dia tetap bisa bangkit. Apalagi perjalanan kisah cintanya yang begitu memilukan ditambah sikap Ben yang tidak menyukai sikap Amy. Kisah ini berbeda dari yg lain,hal ini dilihat dari quotesnya… Hmm, jadi berharap benaran bisa membaca novel yang satu ini. *awwwww

  30. Aduh makin penasaran aja sama novelnini setelah baca beberapa review nya :”3
    Review kakak lengkap banget sama quotes-quotes nya dan pelajaran yang bisa dipetik juga. Makin penasaran sama novel ini karena baru tau juga Ben ternyata korban dari perceraian orangtuanya makanya dia sifatnya begitu. Penasaran banget sama apa yang Amy lakukan di waktu terakhir hidupnya. Aku butuh novel yang kayak gini nih buat lebih menghargai hidup karena telah diberikan kesempurnaan namun aku suka mengeluh, Amy saja masih bisa semangat mewujudkan hal yang menjadi mimpinya, masa aku nggak bisa? :”3

  31. Walaupun hanya membaca reviewnya saja Anita sudah menangis *mellow mode on

    Kutipan yang paling menyentuh menurut Anita adalah “Kanker dan cinta punya kesamaan, tidakkah kau sadar? Jika mereka terlalu kuat, kau tak bisa menghancurkan mereka, tapi mereka bisa menghancurkanmu”. Dan kutipan itu langsung membuat Anita menitikan air mata. *Hiks~ Hiks *lap ingus

    Anita jadi penasaran siapa dan bagaimana Ben. Mengapa Amy menyukainya? Apakah Anita juga akan menyukai Ben sama seperti Amy?

  32. Numpang komen nih mbak, salam kenal.
    Saya sudah membaca review mbak dan menurut saya poin-poin pada review mbak sudah cukup baik dan lengkap. Saya, meskipun belum membaca buku ini secara langsung, bisa mendapatkan sekilas gambaran tentang cerita di dalamnya. Saya sendiri agak menyesalkan pemilihan penyakit ‘kanker’ yang sudah terlalu mainstream buat saya. Menurut saya ada banyak penyakit lain yang bisa dijadikan alasan dalam menulis novel, entah itu Lupus, Leukemia, Hemofilia dll. Heheh, maaf jadi komen penyakit 😉
    Well, saya suka cara penulisan mbak dalam review ini, ngalir dan nggak ribet. So far, good job dan semoga nantinya bisa menelurkan buku juga :’)

  33. Mendadak tertarik sama novel ini begitu lihat review-nya di blog tour. Sepertinya cakep dan bakal bikin nyusutin air mata. :’)

  34. waaaaooww!!!!
    walaupun temanya seperti kebanyakan film/sinetron tp sepertinya kutipan2 itu yg bikin beda. dari review sedikit ini aja jadi pengen baca detailnya ^^ haru memang TOP deh. selalu nerbitin karya yg LUAR BIASA super duper kereeeen 😀
    semoga menang GA-nya kakk 🙂

  35. Bener ga sabar ini novel nyampe ditangan. Kisah hidup Amy-Ben benar-benar bikin aku tertarik buat baca. Kayaknya sad ending ya? Alurnya juga pakai yang campuran, bahasa penulisnya juga dewasa, apalagi topik yang diangkat seru plus bikin degdegan. Reviewnya bikin penasaran, kak^^

  36. Awalnya, sekarang aku nggak begitu tertarik dengan novel dengan tokoh remaja, tapi setelah baca review dari Mbak Luckty dan melihat kutipan dalam novel ini, ternyata pendapat aku itu mulai goyah. Jadi pengen banget baca novel ini, apalagi setelah diomongin “bakal sinetron banget. Ternyata saya salah.” berarti penulis ini hebat bisa mengubah mindset pembaca. Jadi nggak sabar pengen baca.

  37. Salaam.
    Tuhan tak pernah sia-sia dalam menciptakan segala sesuatu. Setiap hal yang terjadi dalam lembar hidup kita, selalu menorehkan pesan baik bagi penerimanya.
    Tak terkecuali sakit, juga cinta. Dua hal yang saling terhubung dan saling mendukung. Bersama sakit Tuhan melebur dosa kita bukan? Itulah cinta-Nya. Cinta Tuhan kepada hamba-Nya 🙂
    Sebelum Tuhan mentakdirkan waktu berakhir, selagi nafas masih berhembus, saya rasa setiap jiwa tetap memiliki kesempatan. Apapun itu. Tak terkecuali cinta 🙂

    Yap. dari review ini saya rasa People Like Us bukan sekedar karangan belia saja. Pengarang boleh belia, tapi karya tetap dunia 🙂 InsyaAllah, sangat menarik untuk menjadi sahabat dikala bersantai. Selamat membaca 🙂

  38. Baca reviewn-ya kak Luckty, aku jadi semakin enggak sabar nunggu novel People Like Us ku sampai di rumah. Tegarnya Amy membuat aku juga merasa ikutan tegar. Dia aja yang dalam kondisi seperti itu masih memliki semangat hidup yang luar biasa. Aku juga harus seperti itu!!

    Aku juga kagum banget sama authornya. Walaupun usianya masih belia, tapi, tata bahasa yang dia gunakan itu keren banget >.<

    Setiap kalimat author yang kak Luckty tuliskan di atas, benar-benar menyentuh hati bagi yang membacanya. Enggak salah deh dia jadi pemenangnya ^_^

  39. Wahh dilihat dari review kk aku udah tertarik, bagus. Menurutku cerita ini biasanya dialami oleh orang2 yang mengalami masa2 ketertarikan pada seseorang. Sering melihatnya dari kejauhan, memendamnya, dan karena tdk sanggup memendamnya akhirnya pun bercerita pada salah satu temannya yg tanpa sengaja tersebar ke teman2 lainnya.

    Oiia kalimat favoritnya aku setuju banget ka. Kalimat yg membuat aku sedikit berpikir dan menyadarinya hehe 😀 Bagus banget aku suka.

    Dan ternyata tokoh utamanya sakit. Tapi disamping rasa sakitnya Amy masih punya semangat untuk menjalani hidupnya, tidak terpuruk terhadap sakit yang Amy derita.

    Dari reviewnya aja udah dapet pelajaran, semoga buku ini dapat memberikan pelajaran hidup yang bermakna bagi banyak orang.

    Sekian, Terima Kasih 🙂

  40. Putri Prama Ananta (@PutriPramaa / Probolinggo)

    Mbak, lihat gambar novel di bagian atas itu bikin nelen ludah sendiri. Pengeeeeen *abaikan*
    Dari cara Mbak review novel ini, kayanya novel ini menguras air mata deh. Kata-kata di novel ini bikin gimana gitu, bikin aku pengen cepet-cepet baca sekaligus punya.
    Dan, dari semua review yang kubaca tentang novel ini, aku baru tahu kalau novel ini ada hubungannya dengan kanker. Yeah, berpenyakit-penyakit, aku suka novel genre begini karena menurutku itu menentukan keberhasilan si penulis untuk membuat nangis pembacanya–maksudnya membuat pembacanya larut dalam cerita.
    Novel ini benar-benar menginsipirasi–itu yang saya tangkap setelah membaca review Mbak Luckty.
    Yang terakhir, aku suka cara Mbak Luckty mereview.^^

  41. good review kak, banyak quote2 yang bikin “wah” atau “terharu”. sick-lit lagi nih, pengen baca yang setipe tfios ini. ide ceritanya walaupun agak klise tapi karena banyak pesan moral dan inspirasi buku ini emang pantes banget dimasukin wishlist. aah aku juga penasaran yang nulis masih muda banget, udah bisa menghasilkan karya yang bagus kayak gitu, two thumbs up buat penulisnya 🙂 aku jadi ngerasa minder di umur segini belum bisa ngapa-ngapain._.

  42. Review-nya bagus! Enggak bertele-tele. Terus juga ada beberapa quote yang bikin tambah penasaran dengan cerita Amy dan Ben. Semoga aku juga bisa berkarya kaya penulisnya yaaa hehe 😉

  43. Wah, jadi tentang sick-lit nih…
    Entah kenapa aku suka banget baca cerita tentang masalah penyakit. Apalagi di sana ada nuansa percintaannya. Itu novel favorit aku banget!
    Dan dari review kakak, aku bisa nemuin banyak banget quote. Dan selera kakak memang tepat! Quotes yang kakak ngena banget!
    Aku jadi makin penasaran sama penulis yang ternyata seumuran sama aku. Dan kerennya lagi, ini novel menang lomba. Woww… keren banget! Aku jadi ke pengen tahu cerita utuhnya gimana? Terus juga bahasa yang dia gunakan itu gimana?
    Pastinya karena menang lomba, ceritanya pasti juga sangat-sangat keren. Semoga nanti aku bisa baca buku ini 🙂
    Bdw sekali lagi, review yang sangat menarik. Tiap aku kunjung ke blog kaka, pasti ada aja novel yang masukin wishlist-ku dan salah satunya novel ini 😀 Terima kasih kak 😀 😀

  44. @biondyalfian

    berakhir pilu yah :’)
    ya, sick-lit sih ya.
    Penasaran banget sama buku ini. Kutipan yang Mbak Luckty taruh juga bagus2. Jadi tambah pengin baca >.<

  45. Terima kasih kak review nya 🙂 bagus. Benar kata kakak, saya kira awalnya juga sinetron banget novelnya, tentang cinta dan kanker. Tapi setelah membaca beberapa cuplikan kalimat novel yang dikutip dalam review ini jadi tertarik, penuh pesan moral. Tetapi sedikit bingung karena ada beberapa kata yang ditulis dua kali, misal mereke mereka atau dalam kalimat ini “Kadang, Ben menyalahkan Amy karena gadis itu menyukainya, padahal yang ingin Ben salahkan hanyalah dirinya sendiri, padahal yang ingin Ben salahkan hanyalah dirinya sendiri –kenapa manusia ingin dicintai, tapi malah menghindari orang yang mencintai mereka? Kadang, Ben merasa tidak pantas disukai Amy.”
    Suka sama kalimat ini
    Ketika kita sakit, bukan berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa. Lakukan apa yang belum kita capai. Wujudkan mimpi kita. Sekalipun rasa sakit mendera, kita harus mengupayakan hal-hal yang kita inginkan. Itulah yang dilakukan oleh Amy.

  46. udah cukup banyak memang buku/film bertemakan tokoh yang sedang berjuang dengan penyakit serius, tapi membaca review buku di atas, saya mengharapkan alur yang berbeda dan kesan yang mendalam nantinya.
    saya suka dengan kutipan yang ini : “Perceraian terkadang menimbulkan luka yang mendalam, terutama bagi anak yang selalu menjadi korban. Itulah yang dialami Ben. Perceraian orangtuanya sedikit banyak mempengaruhi kepribadiannya dalam membentuk sosoknya saat tumbuh meremaja.” karena saya sendiri merasakannya.
    selain itu saya suka dengan pernyataan, tidak semua orang diberi kesempatan mengubah orang lain menjadi lebih baik, jadi sepatutnya manfaatkan kesempatan itu.

  47. aku juga berpikiran yg sama stelah baca review sebelumnya. tokoh utama yg punya penyakit. apa bakal banyak adegan yg sedih2 kaya sinetron atau gimana? emmm… bikin penasaran

  48. Hai kak, review kakak selalu aja mengundang penasaran plus detail namun nggak spoiler. Suka! 🙂

    Sedih deh lihat Amy, tapi Intan tau diuntit juga bukan hal menyenangkan. Jadi menurut Intan, sebenarnya wajar-wajar saja kalau Ben cenderung marah dan memilih menghidari Amy. Eh, tapi Amy cantik nggak sih kak? Kalo si Amy ini cantik jelita, keknya ada yang nggak beres deh sama Ben. Mhhihiii

    Ah, kalo Intan jadi Amy. Intan nggak bakal tuh nyebarin ke siapa pun kalo lagi jatuh hati. Buat Intan, itu nggak penting. Yang penting itu, si Ben yang harus dikasih tau, bukan yang lain.

    Terus, kalo Intan jadi Ben, Intan nggak bakal “sejijik” itu kok sama Amy. Bukankah cinta itu wajar? Maka sewajar itu pulalah Intan akan membiarkan Amy mencinta.

    Sayangnya, Intan bukan Amy, Intan bukan pula Ben. Daaann, Intan nggak tau gimana akhir cerita mereka. Tau sih endingnya sedih, tapi siapa yang bakal “pergi” sama sekali belum bisa nebak. Apakah Amy? Atau malah Ben yang sehat walafiat. Toh, dalam kehidupan nyata, yang sakit malah berumur panjang, pun sebaliknya.

    Oh iyaa, di setiap review kak Luckty, selalu suka sama tebaran kalimat-kalimat favoritnya ^^

  49. Hai kak ^^
    very excited waktu pertama kali baca review ini. jalan ceritanya mudah dipahami dan sesuai selera remaja banget nih, Kak! 😀
    dengan bertebaran banyaknya kata mutiara dalam review ini, jadi nambah pensaran ending cerita tersebut. duhhh. pokoknya super duper kerennnnn! sukaaa (y) 😉

  50. cerita dalam novel People Like Us ini memang sangat menyentuh hati. Aku sebenarnya kurang suka dengan genre sick-lit karena gak tega membaca perjuangan si tokoh utama. Belum lagi masalah percintaan seperti yang dialami oleh Amy. 😥

  51. Kadang, manusia yang sedang dalam masa pubertas lebih menakutkan daripada monster paling menyeramkan yang bersembunyi di kolong tidurmu.

    Setuju banget dengan kalimat ini.

    Kalau dari review ini, sepertinya novel ini teenlit banget, tapi agak bikin muter-muter dengan perasaan.

  52. Review nya bagus, dengan membaca review ini semakin membuat saya semakin penasaran untuk bisa membaca novel people like us secara langsung 🙂

  53. Banyak quotes-nya >.<
    Ah, entah kenapa baca review ini jadi terpikir soal gimana bikin cerita yang terkesan biasa aja, tapi ternyata luar biasa kaya People Like Us.

  54. Sejujurnya aku baru mampir kesini setelah ada blog tour :p
    Dan aku begitu terkejut karena ternyata review disinilah yang paling LENGKAP dan menyertakan BANYAK quote. Aku suka banget quote. Jadi aku sering nyari2 review novel atau fil untuk baca quotenya. Dan disini, aku PUAS banget sama Quotenya ^^

  55. Baca reviewnya Kak Luckty jadi makin penasaran, gimana novel lengkapnya, heuheu :3 Amy itu kayak aku, kalau lagi suka sama anak aku juga cerita ke temen-temenku yang aku percaya. Tapi sejauh ini rahasia ku nggak ketahuan sama cowok yang aku sukai. Ah, temen-temennya si Amy ember bocor deh. Kalau aku jadi Amy pasti malu banget kalau sampai cowok yang aku sukai tau kalo aku suka dia 😦 Hehehe. Dari reviewnya, novel ini sepertinya memberikan banyak pelajaran.

  56. Saya ngga begitu tertarik sama genre sick-lit, jujur aja. Tapi kayanya novel yang satu ini emang beda. Bikin penasaran tuh.

  57. Serius ini buku ditulis oleh penulis yang masih unyu-unyu? Entah review-nya yang memang menarik, atau bukunya yang memang menantang untuk segera diburu. Tapi yang jelas, tanpa membaca keseluruhan review ini pun saya sudah mendapatkan ‘mood’ untuk membaca bukunya. Review-nya terlalu panjang, Kak Luckty. Cukup kutipannya sedikit saja tapi yang paling menarik dan ‘ngena’ menurut kakak. anyway, review-nya oke banget dan saya jadi pengen dapet novelnya 🙂

  58. Wow, nice review kak. Review kakak beda daripada yang lain karna disampaikan point2 yang penting dan penekanan pada hal2 yang mengesankan dan menarik dari novel People Like Us. Jadi, pembaca termasuk aku jadi tertarik banget buat baca ini novel. Apalagi novel ini sepertinya juga sarat akan makna kehidupan. Ditambah gaya review kakak yang beda, dan itu bagus. Istimewa^^ Mungkin lain kali tolong ditambah kelebihan dan kekurangan dari novelnya juga ya kak, biar tambah lengkap. Tapi, review kakak udah keren kok. Jadi, tambah penasaran sama People Like Us.

  59. kalo ngasih tau siapa orang yg kita suka emg bahaya bgt ya… kasih tau ke satu orang, malah bisa jadi rahasia umum satu angkatan :’D

    tapi Amy keren deh… dia mengusahakan cintanya meskipun pada awalnya keliatannya susah tp dia tetap berusaha dan salut bgt dgn Lana, Lana yg selalu ingat kebaikan Amy dan berusaha utk mencoba membalas kebaikan Amy dgn membuat akhir hidupnya jd lebih berarti :’)

    @yurizkyyy
    sepertinya setelah baca novel ini, kita akan dapat banyak pelajaran hidup yg berharga ya kak. mewujudkan impian dalam keadaan apapun, meskipun terkadang impian itu terlihat sederhana. mungkin novel ini sad ending, tp aku blm tau kisah akhirnya akan seperti apa.. wah, byak buku keren terbitan Haru yg kudu dibaca nih :’)

    good review as usual, kak Luckty 🙂

  60. Aduh, ini bikin penasaran banget ><, pengen tau kisahnya. Itu si Ben tuh kayak gimana lagi :3 … Kayaknya novelnya keren banget deh ^_^, aku jadi minder kalo mau nulis -_- haha,

  61. Cuman baca kata kanker aja nangis akunya :'(. Kalau baca review novel pasti ujung-ujungnya jadi penasaran. Ugh disini cuma meratapi nggak bisa baca novelnya. Pokoknya T.O.P buat kak Yosephine Monica untuk novelnya. T.O.P juga deh buat kak Luckty buat reviewnya yang berhasil buat aku jadi penasaran pengen baca 🙂

  62. Dari review ini, udah kelihatan banget kalo buku ini keren banget U.U Dan ini bener banget, “Meski kita membenci sekolah, tapi kita lebih benci lagi jika sudah lulus dari sana dan tak bisa kembali. (hlm. 199)” Berhubung saya baru aja lulus SMA, ini terasa lebih nyesek. Pengin kembali mengulang waktu, tapi udah nggak bisa dan nggak mungkin.

Leave a reply to Lani Vitri Cancel reply