Kadang sebuah luka lama bisa tergeser oleh luka baru. (hlm. 4)
Adalah Kaliluna yang datang ke Salamanca. Pergi dari Indonesia. Pergi dari luka. Pergi dari trauma. Pergi dari masa lalu. Pergi dari segalanya. Dan mencoba memulai hidup baru di lingkungan baru dengan orang-orang baru. Dan itu tidak mudah.
“Berhentilah menyakiti dirimu sendiri. Kamu pikir dunia tidak akan peduli saat kamu terpuruk. Mungkin memang benar. Tapi kamu juga harus melihat jika ada orang-orang yang peduli denganmu. Jangan tolak mereka.” (hlm. 178)
“Apa salahnya menjadi peduli? Oh jangan-jangan kamu ingin membuat semua orang di dekatmu merasa bersalah atas apa yang menimpamu? Kamu ingin membuat mereka menderita? Kamu tidak rela hanya kamu seorang yang menderita di dunia ini? (hlm. 179)
Melupakan masa lalu dengan trauma yang menorehkan luka mendalam memang tidak mudah. Begitulah hari-hari yang dilalui Kaliluna. Hingga berubah saat Ibai masuk ke kehidupannya.
Seperempat buku ini bernuansa kelam. Awalnya sampai nggak kuat bacanya dan diselingi membaca buku yang lain. Buku ini memang lain dari buku-buku terbitan Moka Media sebelumnya yang saya baca. Barulah di bagian ketiga (DRAWING), melewati halaman 89 baru terasa warnanya. Apalagi dengan tingkah pola Ibai yang mulai mewarnai kehidupan Kaliluna. Bagaimana dia mengajak Kaliluna pergi ke beberapa tempat. Dan juga untuk mencicipi aneka rasa permen yang membuat kehidupan Kaliluna berwarna-warni.
Banyak banget kalimat favorit dalam buku ini:
- Membaca puisi bagus untuk jiwamu. (hlm. 13)
- Setiap orang memiliki jalannya masing-masing. (hlm. 39)
- Kadang seseorang harus memilih salah satu, meskipun itu akan menghancurkan pilihan satunya. (hlm. 61)
- Bertahanlah dengan apapun yang bisa kamu bijak. (hlm. 67)
- Kadang kamu harus melepaskan pegangan untuk bisa melihat tempat baru. (hlm. 149)
- Bukan tempat yang membuatmu tenang tapi dirimu sendiri. Bukan tempat yang mengontrol hidupmu namun dirimu sendiri. (hlm. 150)
- Keindahan selalu menentramkan. (hlm. 159)
- Kamu berusaha membuang jauh semua bintang-bintangmu tetapi kamu tidak menyadari bahwa selalu ada yang tertinggal di dalam hatimu. (hlm. 184)
- Ada yang bilang biarlah rindu menjadi rindu. (hlm. 184)
- Hidup memang tidak semanis permen. (hlm. 186)
- Memulai sesuatu memang berat. Percayalah setelah kamu memulai kamu akan sadar bahwa ini tidak seberat yang kamu bayangkan. (hlm. 196)
Beberapa sindiran halus dalam buku ini:
- Jangan percaya pada laki-laki yang menyukai puisi. Sebab laki-laki seperti itu biasanya kantongnya kosong. (hlm. 13)
- Kenapa laki-laki tidak pernah bisa jadi sensitif? (hlm. 180)
- Kasih ibu kandung lebih nyata. (hlm. 197)
- Sebab puisi tidak membuatmu terkena diabetes. (hlm. 267)
Beberapa kalimat filosofi yang berhubungan dengan panah:
- “Saat kamu menarik senar busur menjauh dari busurmu sebenarnya semua yang ada dalam dirimu baik yang berlawanan ataupun yang searah justru berkumpul di satu tempat. Kamu tahu dimana? Di batinmu. Mereka berkumpul untuk menentukan takdirmu.” (hlm. 90)
- “Memanah bisa berarti dua hal: kamu bisa bermeditasi saat memanah atau kamu bisa membunuh seseorang dengan panahmu.” (hlm. 178)
Banyak poin lebih dari buku ini:
- Berani mengambil tema kelam.
- Nuansa Spanyol sangat terasa. Jarang-jarang loh penulis Indonesia bisa mendeskripsikan setting luar negeri seperti ini. Settingnya gak sekedar tempelan belaka. Banyak tempat yang dijabarkan. Banyak juga istilah Spanyol dan beberapa kuliner khas negara tersebut yang menjadi kelebihan buku ini.
- Biasanya olahraga yang kita temui dalam sebuah novel adalah basket, bulutangkis, dan juga sepakbola. Ini panahan, sebuah olahraga yang jarang kita jumpai dalam sebuah novel. Kita akan menemukan istilah dalam cabang olahraga panahan seperti standing, nocking, drawing, holding dan losing pada halaman 151. Ada juga selipan filosofi hidup lewat perumpamaan panahan.
- Meski tokoh utamanya adalah Kaliluna, buku ini menampilkan dua sisi tokoh; Kaliluna dan Ibai.
- Langsung jatuh cinta ama tokoh Ibai. Melihat bagaimana perjuangannya membuat hidup Kaliluna berwarna.
- Banyak juga selipan puisi Pablo Neruda. Mulai dari pembuka dan bertebaran di beberapa halaman.
- Suka ama filosofi-filosofi yang ada. seperti hidup yang diumpamakan semak conyza dan pepinillo del diablo. Ih, kece banget banget ini filosofi hidup dari dua tanaman ini! 😉
Ini dia penampakan semak conyza:
Sedangkan ini penampakan pepinillo del diablo:
Abis baca ini langsung suka ama gaya penulisan Mbak Ruwi yang anti mainstream ini. Jadi penasaran ama buku-buku karyanya yang lain nih! 😉
Keterangan Buku:
Judul buku : Kaliluna: Luka di Salamanca
Penulis : Ruwi Meita
Penyunting : Dyah Utami
Proof reader : Sasa
Lay out : Erina Puspitasari
Desainer sampul & ilustrator: Fahmi Fauzi
Penerbit : Moka Media
Terbit : 2014
Tebal : 270 hlm.
ISBN : 979-795-854-X
Novel ini cocok dibaca sambil mendengarkan lagunya Taylor Swift yang berjudul If This was a Movie:
Indonesia Romance Reading Challenge 2014
https://luckty.wordpress.com/2014/01/01/indonesian-romance-reading-challenge-2014/
Young Adult Reading Challenge 2014
https://luckty.wordpress.com/2014/01/07/young-adult-reading-challenge-2014/
New Authors Reading Challenge 2014
https://luckty.wordpress.com/2014/01/02/new-authors-reading-challenge-2014/
3 thoughts on “REVIEW Kaliluna: Luka di Salamanca”