buku, resensi

REVIEW Insya Allah You’ll Find Your Way

“Terkadang cinta memang seperti rumput liar di perkebunan. Tumbuhnya tidak dikehendaki. Ia pun terkadang merusak tanaman yang kita pelihara. Begitulah hidup. Jika nggak ada rumput liar itu, kita nggak akan tahu segigih apa para petani mempertahankannya.” (hlm. 130)

Bram melamar menjadi guru di Insan Kamil. Siswa-siswanya yang terkenal badung, suka tawuran serta berlabel anak buangan dari sekolah lain menjadi pertimbangannya. Mengenai penyampaian materi seni –pelajaran yang akan diajarnya- akan menjadi tantangan baginya. Bisa jadi siswa-siswi itu justru tidak menganggapnya sama sekali, bisa jadi bahkan melawannya, setelah tahu bahwa guru kesenian mereka yang baru ‘hanyalah’ seorang anak muda sepertinya.

Tidaklah mudah menjadi seorang guru. Guru baru seperti Bram bahkan tidak dipandang walau sebelah mata. Padahal, orang-orang berprofesi guru hanya segelintir saja yang hidup berkecukupan. Sebagian besar dari mereka yang teguh dan setia berjuluk pahlawan tanpa tanda jas itu justru memilih taraf hidup sangat sederhana dan terkesan menjalani hidup dengan apa adanya.

Pak Tris adalah figur guru sederhana yang benar-benar mendidik dengan sepenuh hati; satu dari sekian banyak guru yang dari tangan merekalah terbentuk dan terbina para generasi penerus bangsa ini. Senantiasa terngiang doa-doa dan harapannya, terbayang ketulusan mereka dalam menebar ilmu dan membina anak-anak didiknya.

Kegigihan, semangat dan perjuangan guru-guru Bram di masa lalu membuat semangatnya terlecut. Biar bagaimanapun buruknya kondisi yang harus diterima dan dijalani di sekolah ia mengajar ini, Bram sadar bahwa mungkin inilah kesempatannya untuk maju terus menggeluti bidang ini. Kesempatan yang bisa saja tak datang dua kali. Ke depannya, Bram berharap harus seperti Pak Tris yang mampu memberi semangat dan menumbuhkan motivasi dalam diri anak-anak didiknya. Harus bisa.

“Yang dapat memotivasi adalah dirimu sendiri. Sebagai guru, tidak bisa berbuat banyak selain mengajar dan memberi dukungan. Selebihnya, kamulah yang harus membangkitkan motivasi dalam dirimu.” (hlm. 7)

“Tantangan menjadi guru itu bukan pada kehebatan dia menguasai teori yang akan diajarkan, melainkan bagaimana memahami sikap siswa dan cara menghadapinya.” (hlm. 37)

Menjadi guru memang tidaklah mudah seperti bayangan yang kita lihat. Apalagi menjadi guru di usia muda. Saya bisa melihat betapa beratnya perjuangan guru di usia muda adalah dimulai dari tantangan pertama yaitu minimal diakui oleh anak didiknya. Ini susah banget loh bagaimana cara mendapatkan perhatian mereka. Galak salah, lembek pun salah. Bahkan tak jarang, guru-guru mudah kerap dikerjai oleh anak didiknya. Makanya, ketika ada guru-guru PPL di sekolah, pasti diantaranya bakal pernah ada yang deg-degan tiap ngajar sampai akhirnya mengundurkan diri, penampilannya dikomentarin dari ujung kepala sampai ujung kaki, tidak dianggap dan yang lebih parah adalah sampai dibuat menangis. Ada, ada banget yang kayak gini. Menjadi guru memang harus punya mental sekuat baja 😀

Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:

  1. Kejarlah apa yang bisa kamu kejar untuk masa depanmu. (hlm. 17)
  2. Segigih apa pun kita mampu menghadapi hal yang bisa membuat luput dari cinta Allah. (hlm. 130)
  3. Dunia ini hanya permainan dan senda gurau. (hlm. 233)
  4.  Memang terkadang Allah punya rencana lain di balik semua rencana yang sudah kita lakukan. (hlm. 271)

Beberapa selipan sindiran halus dalam buku ini:

  1. Cinta hadir di waktu yang tidak tepat. (hlm. 191)
  2. Karena pada akhirnya, kebenaran tetap kebenaran. (hlm. 197)

Beberapa hal yang agak mengganjal:

  1. Di halaman 151 disebutkan jika Elis akan memperbaiki notebook, tapi di halaman 248 disebutkan jika Elis benerin komputer. Ini yang benar notebook atau komputer?
  2. Disebutkan sekolah Insan Kamil adalah SMU. Udah beberapa tahun ini nggak ada lagi sekolah berlabel SMU, adanya SMA/SMK loh 😀
  3. Bram kan mengajar sebagai guru seni. Apa iya, guru seni masuk kelas yang sama setiap hari? Setahu saya, porsi mata pelajaran kesenian cuma sedikit. Seminggu biasanya hanya satu kali pertemuan. Masuk akal kalau mengajar setiap hari kelas yang sama jika pelajarannya itu matematika atau bahasa Indonesia yang memang porsi jam belajarnya lebih lama dibandingkan mata pelajaran yang lain.
  4. Sebegitu mudahnyakah Bram melamar dan langsung lulus mengajar menjadi guru, apalagi dia mengajar pelajaran yang bukan bidangnya saat kuliah?
  5. Ketidakkonsistenan dalam penyebutan kata; ane, saya, aku. Jadi terkesan rancu.

Novel ini memang terinspirasi dari kisah nyata penulisnya, tapi hal-hal yang kesannya sepele seperti di atas tadi bisa membingungkan pembaca.

Entah kenapa saya tidak begitu menyukai sosok perempuan yang bernama Elis. Kok kesannya agresif gitu. Dikit-dikit ke kosan Bram. Anter martabak lah, minta anter ke pasar lah, dan ada aja alasan yang kesannya dia yang selalu inisiatif menghampiri Bram ke kosan.

Meski begitu, lewat buku ini banyak pesan moral yang kita dapatkan:

  1. Jika kita mau berusaha, insya allah selalu ada jalan terbaik yang akan Allah berikan kepada kita.
  2. Kita tidak pernah tahu berapa lama umur kita di dunia, selagi sehat harus banyak yang kita lakukan dan bermanfaat bagi orang lain.
  3. Tidak pernah rugi dengan yang namanya menolong. Karena suatu saat kita bakal ditolong juga saat membutuhkan.
  4. Jangan pernah mengorbankan perasaan sendiri demi perasaan orang lain. Karena itu belum tentu baik bagi kita, dan belum tentu juga baik bagi orang lain.
  5. Apa yang kita tanam adalah apa yang kita tuai di kemudian hari.

Keterangan Buku:

Judul                                     : Insya Allah You’ll Find Your Way

Penulis                                 : Hengki Kumayandi                                                                                                                Penyunting                         : Novanka Raja & Manshur El-Mubarok

Penyelaras akhir               : @Senotepe

Penata letak                       : Tim Kino Media

Pendesain sampul           : Adam S Muhsinin

Penerbit                              : Wahyu Qolbu

Terbit                                    : 2014

Tebal                                     : 352 hlm.

ISBN                                      : 979-795-907-9

12 thoughts on “REVIEW Insya Allah You’ll Find Your Way”

  1. Aku nyanyi tau kak pas baca judulnya hehe.

    Suka banget kutipan ini:
    “Tantangan menjadi guru itu bukan pada kehebatan dia menguasai teori yang akan diajarkan, melainkan bagaimana memahami sikap siswa dan cara menghadapinya.” (hlm. 37)

  2. Pas baca judulnya aku jadi keinget lirik lagunya Maher Zain :v

    Kakak nemu2 buku berkualitas gini dimana sih kak? Aku baca review2 kak Luckty ternyata bacaan buku kakak bagus2, nggak biasa, trs juga banyak moral yg dapet diambil

  3. “Disebutkan sekolah Insan Kamil adalah SMU. Udah beberapa tahun ini nggak ada lagi sekolah berlabel SMU, adanya SMA/SMK loh”
    Hahaha mungkin penulisnya bener2 nulis tentang dirinya di masa lalu. Mungkin pada jamannya memang masih SMU namanya 😀

  4. Judul bukunya sama kayak lagu ya, hehehe

    Emang ada guru muda mau masuk ngajar pertama kadang suka dikerjain sampe ada yang nangis? Bener loh ini aku baru denger, jadi kayak di ospek lagi ya. Kalo ada yang seperti itu menurutku murid-muridnya sungguh terlalu, sekolah selama ini jadi kayak ga ada hasilnya, cara menghargai dan bersikap sopan santunnya ilang X_X

  5. Berbicara tentang pengorbanan guru? Waahh gak ada habisnya ya, apalagi baru-baru ini ada berita guru yang dituntut wali murid hanya gara-gara mencubit murid supaya murid menjadi lebih baik.
    Guru adalah salah satu pekerjaan mulia, beliau mengajarkan apa yang belum kita bisa. Walau hanya satu huruf dan satu angka, tapi itu adalah ilmu yang sangat luar biasa. Tanpa kita mengenal satu huruf tersebut, tentu kita tidak akan pernah bisa membaca.
    Tentang guru ini, Kyai di Gontor berujar, “materi itu memang penting, tapi metode lebih penting dari materi. Metode itu penting, tapi guru lebih penting dari metode. Guru itu penting, namun yang lebih penting lagi adalah jiwa guru tersebut”.
    Selain guru mahir dalam perencanaan metode dalam pembelajaran, guru harus mempunyai karakter yang baik, karena mereka adalah panutan para muridnya. Setiap tutur kata dan perilakunya hendaknya yang mendidik muridnya agar menjadi pribadi yang cerdas, berilmu, dan berakhlakul karimah.

Leave a reply to luckty Cancel reply