catatan kehidupan, pengetahuan

Serba-serbi Blogger Buku

blogger 3Setelah nulis postingan Serba-serbi Buntelan, Serba-serbi Review Buku, dan Serba-serbi Giveaway & Blogtour, belum afdol rasanya kalo belum nulis postingan Serba-serbi Blogger Buku. Dari dulu udah niat (niat banget malah), hanya waktu yang nggak memungkinkan. Efek seringnya listrik padam di Lampung, jadi musti nulis postingan review & giveaway terjadwal yang diutamakan 😀 #SalahkanPLN

Sebenarnya awal buat blog ini nggak kepikiran buat mengeksiskan diri dengan sebutan sebagai Blogger Buku. Dulu niat buat blog ini murni untuk menuangkan hasil apa yang telah dibaca dan ditonton. Hal ini merujuk kepada skripsi yang membahas buku dan film. Berat ya skripsinya, makanya ampe dua tahun ngerjain skripsi, berasa ampe jamuran di kampus x))

Tapi sayangnya setelah lulus kuliah, hampir nggak ada kesempatan nonton di bioskop, beda dengan zaman kuliah dimana jarak antara bioskop dan kosan hanya selemparan kolor yang artinya bisa kapan aja nonton film ter-update. Ketika pulang kampung dan kerja, konsekuensinya adalah jauh dari bioskop yang hanya ada di Ibukota Bandar Lampung, musti jutaan kolor menuju ke bioskop #IniKenapaMalahBawaBawaKolor x))

Blog ini pun nggak langsung memproklamirkan diri menjadi blog khusus buku. Cuma dengan seiringnya waktu memang ditujukan untuk postingan buku dan perpustakaan. Buat postingan review pun sebenarnya lebih fokus ke notes Facebook dan Multiply (yang sekarang udah punah). Jadi, postingan review di blog (hanya) semacam back up data agar nggak hilang.

Kalau ditelusuri, perkenalan pertama dengan Peri Buku, Mbak Ditta (Penerbit Bentang) berawal dari Multiply karena dulu saya demen banget posting segala sesuatu tentang Laskar Pelangi (sebelum booming) via Multiply. Nah, untuk Peri Buku lainnya, saya banyak berkenalan via Facebook. Rata-rata mereka mengenal saya karena sering tag review buku ke Facebook penerbitnya. Dulu mana kepikiran bisa kebanjiran buntelan buku. Kalo review kita di komen ama penerbit atau penulisnya langsung aja zaman 2007-an (waktu itu Facebook belum begitu booming), rasanya bahagia luar dalam. Ada rasa diapresiasi, tapi malu juga karena ngerasa tulisan masil ababil banget, bahkan terkadang cenderung spoiler x)) #Dikepruk

Mungkin ini namanya personal branding. Tanpa disadari, sejak saat itu mulai dikirimin buntelan dari penerbit. Dan buku-buku yang dikasih rata-rata buku terjemahan. Oya, penulis luar malah lebih mengapresiasi review kita loh. Dulu zaman awal-awal punya twitter sekitar tahun 2009, mana kepikiran mention penulisnya pas kita share review bukunya. Ternyata, malah ada beberapa penulis luar meng-RT link review kita, bahkan ada beberapa yang sampai sekarang masih di follow. Uwuw..baik banget yaa… 😉

Nah, baru mulai tahun 2012-an buntelan mulai rutin dan makin deras. Nggak hanya dari penerbit, tapi juga penulis. Bahkan sejak 2013, banyak sekali penulis yang menawarkan kerjasama untuk mengadakan giveaway maupun blogtour yang alhamdulillah nggak putus-putus sampai sekarang. Ya, giveaway maupun blogtour menjadi salah satu promosi menarik yang dijalani di dunia penerbitan saat ini. Lebih efektif dan efisien. Blogtour bisa diikuti seluruh pembaca yang tidak hanya di kota, tapi juga di pelosok macam saya yang rumahnya jauh di ujung perbatasan kabupaten. Beda dengan bedah buku yang hanya terpusat di kota-kota besar dan memakan biaya yang tidak sedikit. Dan terkadang, bedah buku bagi penerbit hanya memprioritaskan kepada penulis-penulis yang memiliki nama besar. Kalau saya masih kuliah, mau deh buat skripsi dengan judul ‘Pengaruh Giveaway dan Blogtour Sebagai Salah Satu Promosi Sebuah Buku’ 😉

Oya, ngomong-ngomong soal skripsi, ada beberapa kali mahasiswa yang mewawancarai berkat blog ini; ada yang lulus S1 membahas Reading Challenge, ada juga yang lulus S1 karena membahas Pengaruh Pustakawan menjadi Blogger Buku, Pengaruh Minat Baca Lewat Resensi Buku dan sebagainya. Jadi ikutan terharu, blog yang abal-abal ini banyak manfaatnya :’) #ElapIngus

Kenapa saya bilang abal-abal? Pertama, saya gaptek. Jadi ya tampilannya ala kadarnya, hanya pakai template yang udah ada, gratisan pula. Nggak migrasi jadi website? Lha wong saya ngelola website buat perpustakaan sekolah sudah setahun tapi sampe sekarang masih berantakan, mas-mas yang ngajarin udah nggak mau nolongin lagi :’) #LapIngusLagi

Kedua, bahasa yang saya gunakan (bahkan sampai sekarang ini) masih ala kadarnya. Ya, memang saya tidak menulis postingan review seperti resensi di media massa yang ada beberapa aturan yang harus dipenuhi. Saya nulis review ala saya aja, bahkan tak jarang ada selipan curcolnya yang berhubungan dengan isi buku, wkwkwk… x)) Pernah saya tulis jika tujuan saya menulis review dengan bahasa yang lebih lugas dan santai karena review yang saya tulis itu ditujukan ke murid-murid unyu di sekolah agar mereka tertarik untuk membaca bukunya. Dan ini efektif banget, begitu saya publish reviewnya di notes Facebook, mereka berlomba untuk menjadi pembaca berikutnya. Nggak jarang ada yang ngambek karena keduluan temannya. Tuh, kata siapa minat baca rendah? Yang ada sarananya yang kurang, minat mah tinggi, apalagi novel dan fiksi lainnya. Murid unyu kalo liat novel baru pasti rebutan, novel baru ibarat kayak cowok cakep, kalo nggak cepat bakal diambil teman #eaaa x))

Ketiga, saya nggak ikutan komunitas per-blogger-an bermacam-macam, hanya Blogger Buku Indonesia. Itu pun saya termasuk pasif, hanya sekedar jadi anggota semata, nggak ikut grup WA (karena emang nggak punya WA), dan belum pernah ketemu langsung ama blogger buku lainnya. Kurang abal-abal apalagi ini!?!? X)) #dikepruk #BloggerMacamApaIni

Sekarang ini, setelah tergerus sosmed, dunia perbloggeran (kembali) booming sejak tahun 2014. Banyak tawaran job review. Blogger pun bermacam-macam; travel blogger, food blogger, beauty blogger, fashion blogger dan masih banyak macamnya. Memang sih, untuk di Indonesia, menjadi book bogger nggak sebooming jenis blogger lainnya. Tapi jangan salah, member Blogger Buku Indonesia udah lebih dari 200, itu pun makin kesini makin banyak peminatnya. Kalau dilihat, awal-awal member Blogger Buku Indonesia, rata-rata memang pecinta buku sejati dan memiliki dedikasi tinggi untuk buku. Bukan sekedar nyari hobi buntelan semata. Mereka memang pecinta sekaligus pembaca buku sejati, cek deh para member awal Blogger Buku Indonesia 😉

Ada banyak sekali manfaat menjadi blogger buku. Salah satunya adalah blog kita bakal dilirik penulis atau penerbit untuk diajak kerjasama, setidaknya dapat kiriman buntelan buku. Tapi bukan itu poin utamanya. Menjadi blogger buku harus punya niat bahwa apa yang ditulisnya akan bermanfaat bagi pembaca blognya, bisa menjadi sumber rujukan bagi pembaca buku yang mampir ke blognya, dan bisa berbagi pengetahuan seputaran dunia buku nggak hanya sekedar postingan review buku semata.

Beberapa kali ada kalimat sindiran seperti ini; postingan review yang dapet dari buntelan, nulisnya jujur nggak sih? Atau cuma nulis manis-manisnya aja? Menjadi blogger buku memang murah dibandingkan dengan blogger lain yang bayarannya mahal bahkan fantastis. Blogger buku dikasih satu buku aja udah bahagia banget (ini kalau saya), tapi bukan berarti murahan. Maksudnya adalah kalau kira-kira buku yang ditawarkan buka selera kita ya nggak usah diambil, atau bisa merekomendasikan ke blogger buku lainnya yang menyukai genre itu. Jadi boleh aja menerima tawaran review, giveaway maupun blogtour, tapi ya jangan maruk. Kalau bukan selera kita, kenapa diambil kalau ujung-ujungnya ngeluh berat bacanya, apalagi nulis reviewnya.

Kalau untuk tawaran dari penulis, sudah baca buku-buku sebelumnya dan suka, kalau saya pasti langsung menerima. Meski penulis baru, kalau kira-kira sinopsisnya menarik ya juga langsung terima. Beda halnya disodori buku bukan genre yang saya suka, misalnya tentang kecantikan atau tutorial ala-ala gitu, lha wong saya aja nggak pernah dandan, gimana mau review buku tentang dandan. Contoh lagi, saya belum menikah, jadi akan mikir-mikir kalau dikasih buntelan tentang buku non fiksi tema menikah. Beda halnya novel bertema menikah malah justru paling menarik bagi saya untuk saat ini, bisa jadi referensi atau rujukan seputaran dunia pernikahan. Jadi, sampai sejauh ini belum ada buku yang direview berating rendah.

Kalau masih baru jadi blogger buku, ya jangan khawatir. Kita semua masih tahap belajar. Begitu juga dengan saya, masih jauh dari kata sempurna. Tapi dengan terus menulis, nanti lama-lama akan terlihat perbedaannya. Tulisan saya di awal buat blog tentu berbeda dengan tulisan saya sekarang. Perumpamaannya seperti ini, apa bedanya Agnes Monica dengan artis lainnya? Agnes Monica terjun ke dunia artis nggak sekedar cari duit maupun popularitas, tapi totalitas dalam berkarya dan disiplin dengan dunia yang digelutinya sedari kecil. Dia nggak pernah berhenti berlatih menyanyi dan menari, hingga tembus internasional. Itulah yang namanya entertainment sejati. Beda dengan artis lainnya yang muncul melejit secara instan tapi tenggelam kemudian. Begitu juga dengan menjadi blogger buku, akan terlihat perbedaannya blogger buku sejati dengan blogger buku karena hal lain. Yang konsisten akan terlihat. Kunci menjadi blogger sejati adalah konsisten dan rajin mengelola blog.

Menjadi blogger buku, ada yang full blogger ada yang side job. Sama halnya dengan saya, pekerjaan utama adalah pustakawan sekolah, jadi kalau pagi sampai sore ya lebih fokus ke kerjaan di sekolah. Jarang banget baca buku di sekolah, soalnya waktunya habis untuk melayani murid-murid unyu, apalagi pengolahan buku. Begitu juga dengan nulis reviewnya, selalu di rumah. Lebih fokus. Kalau di sekolah, lagi ngebarcode buku aja kadang pake diselingi ngedengerin murid yang curhat… x))

Meski merupakan side job, bukan berarti kesannya sampingan banget. Saya terbiasa membawa buku kemana-mana, tapi bukan berarti saya akan ‘sok-sok-an’ ala kutu buku membaca di mana aja. Saya akan membaca di saat ada waktu pas sendirian, misal pas antri bayar pajak yang nunggunya lama banget, baca di kapal pas penyeberangan antara Merak-Bakauheni, dan lain-lain. Saya nggak pernah baca pas di keramaian, meski suka buku tapi saya juga suka ngobrol, dan kadang lupa waktu x))

Itulah yang bikin heran murid-murid di sekolah, kapan saya baca buku. Meski tiap hari pegang buku (dientri, dibarcode, disampul, ds) , tapi jarang sekali terlihat membaca. Tahu-tahu nanti udah ada reviewnya di notes Facebook. Belum lagi kalau ada yang nanya sebuah buku itu kira-kira menarik atau nggak, mereka heran saya udah baca duluan, padahal nggak semua buku sudah dibaca, hanya buku yang kira-kira menarik aja sih yang dibaca… x))

Ya, saya membaca buku di rumah, itu pun malam hari. Pulang udah sore, beres-beres rumah bentar, tahu-tahu udah malem. Begitu juga dengan menulis reviewnya juga di malam hari. Bahkan beberapa saya tumpuk dulu. Baca mah gampang selesai, nulis reviewnya nunggu mood 😀

Oya, apakah menjadi Blogger Buku perlu punya banyak waktu luang untuk membaca dan menuliskan reviewnya? Banyak juga loh yang menjadi Blogger Buku memiliki profesi utama. Ada yang editor, penerjemah, penulis lepas, perawat, banyak juga yang dokter loh, yang pustakawan malah jarang, hehehe… Yang kerja kantoran juga banyak. Yang full ibu rumah tangga juga bukan berarti nganggur loh, justru mereka yang paling banyak tantangannya bagaimana membagi waktu antara keluarga dan nge-blog maupun membaca. Salut banget ama yang udah berkeluarga tapi masih konsisten baca plus menulis reviewnya. Yang paling banyak waktu luang adalah mahasiswa atau pelajar. Etapi kalau mahasiswa dengan segudang aktivitas ya padat juga jadwal di kampusnya. Semuanya tergantung dari pribadi masing-masing.

Jadi, jangan pernah takut mencoba menjadi Blogger Buku. Dengan banyak belajar dan menulis, kita semakin terlatih. Kuncinya tadi; konsisten 😉

Dan jangan lupa menjadi Blogger Buku tidak hanya berburu buntelan semata, tapi menyemarakkan dunia literasi lewat apa yang kita tulis. Untuk mendapatkan buntelan pun tidak perlu modus sana-sani, kadang gerah juga lihatnya akhir-akhir ini. Tidak perlu menawarkan diri, kalau review kita menarik pasti akan dilirik. Blogger Buku sejatinya punya turut andil dalam menumbuhkan minat baca. Berawal dari membaca postingan review yang kita baca, pembaca blog menjadi tertarik untuk membeli buku yang diulas! 😉

Buat yang tertarik menjadi Blogger Buku atau penasaran dengan seputaran dunia Blogger Buku, bisa tinggalkan pertanyaan di kolom komentar di bawah ini yaa.. 😉

blogger 4

30 thoughts on “Serba-serbi Blogger Buku”

  1. Awal lihat blog Kakak emang karena ikut GA. Tp lama2 tertarik dg cerita2 kakak yg nggk jauh2 dri buku. Aku jd termotivasi, dan pengen jadi pustakawan meski aku kuliahnya skrng di pendidikan 😀 jd dri cerita2 kakak aku mulai blajar ngurus perpustakaan, meski cuma perpustakaan pribadi. dan dri blog kakak jg aku lngsung bikin blog baru lg yg membahas tntng buku. 😀 aku mau tanya dikit nih kak. Pernah nggk kakak ngerasa takut pas ngereview buku, maksudnya takut trlalu berlebihan gitu? Soalnya kadang pas ngereview aku ngerasa begitu.

    1. Wah, semangat terus bangun perpustakaannya. Aku kalo ngereview sesuai takaran aja, kalo kritik pake etika dan sopan, bagus pun nggak perlu manis-manis. Pada dasarnya buku yang memilih kita. Kalo kita suka banget ama sebuah buku, tanpa perlu disuruh pun pasti kita muji buku tersebut. Sama kayak mencicipi sebuah makanan, pasti langsung refleks bila suka atau nggak ama makanan yang kita gigit itu 😀

  2. awwww…. aku suka banget sama postingan Kak Luckty kali ini. Maklum, aku kan masih newbie nih di dunia blog buku jadi memang masih perlu banyak belajar dari para sesepuh.

    Awalnya memang aku hanya seseorang yang hobi baca buku tanpa merasa perlu menulis review, trus lama2 mulai narsis deh motoin buku2 yang sedang dan telah kubaca sehingga postingan di media sosialku mulai dijejali foto2 buku >.> ini problemku banget, Kak Luckty ^o^ Ternyata dirimu juga nda selalu langsung mereview ya stlh kelar membaca sebuah buku.

    Mungkin karena kebiasaan, aku memang selesai baca buku suka langsung lanjut baca buku selanjutnya, kadang tanpa jeda. Ini yang kadang bikin utang reviewku numpuk ~.~” Meskipun aku memang selalu menandai halaman2 penting dari buku yang kubaca dan kerap bikin draft kasarnya di sembarang kertas yang kuselipkan di dalam buku tsb.

    Sekalinya ada waktu buat manteng depan lappie, eh… aku sering tergoda blogwalking (kaya gini) atau asik baca media sosial para blogger buku lainnya. Terlalu banyak godaannya ~.~”

    Oh iya, satu hal lagi, berhubung saat ini anak sulungku juga lagi getol2nya baca buku, jadi aku juga mereview beberapa buku anak yang sudah dibaca bersama sehingga kelak ketika dia dewasa nanti dia bisa punya semacam “jurnal baca anak” miliknya sendiri. And this is so much fun!

    Anyway, aku juga suka baca2 postingan Kak Luckty mengenai hal2 terkait perpustakaan. Hal ini menambah wawasanku yang awam mengenai sistem perpustakaan dan mimpiku sih nanti juga bisa punya perpustakaan pribadi yang rapi. Hehehe.

    Thanks for sharing, Kak Luckty

    1. Keren banget Mbak Kitty bisa menularkan semangat membacanya ke anak. Selalu salut ama yang berkeluarga tapi masih semangat dan meluangkan waktunya untuk membaca. Tetap semangat terus ya, Mbak.. 😉

  3. Wah, bermanfaat banget postingannya kali ini, mbak Luckty..
    Gimana sih cara memulai kalo mau jadi blogger buku? Trus kiat-kiatnya apa aja biar mood bikin review buku?

  4. Wahhh menarik sekali tulisannya, Kak.
    Aku pribadi emang suka baca buku dari SMP dulu. Dulu bacaannya semacam ghostbump, komik, novel Lima Sekawan dan karya Enid Blyton lainnya. Semakin ke sini kenal cerita romance, teenlit, dsb. Pengen nyoba nulis review biar seenggaknya sebagai apresiasi juga untuk penulis bukuny, tapi aku gak bisa ngerangkai kata-kata. Haha. Aku mending ‘bercerita’ dgn lisan daripada tulisan.
    Tertarik tentang bool blogger, tapi aku aja gak mudeng pake blog itu gimana. Maklum, gaptek. Wkwk. Dan gak punya komputer atau laptop, jadi mau belajar pun susah. Huhu.
    Btw, aku suka baca tulisan Kak Luckty di blog ini. Bahasanya santai, ngalir, gak formal, jadi enak dibaca plus mudah dimengerti. #MujiDikit. Wkwk

    1. Sampe sekarang pun aku masih gaptek kok, dan masih harus banyak belajar. Yang penting mencoba terus dan nggak pernah putus asa untuk belajar lebih baik. Ayo, semangat membaca dan semangat menjadi blogger buku yaaa… 😉

  5. tulisan yang bagus mbak! saya juga blogger buku. cuma nggak masuk BBI, maklum sebagai blog penerbitan kecil-kecilan juga ada beberapa syarat yang nggak sreg sama kami hehehe.
    mbak saya mau tanya untuk blog tour tuh kayak gimana sih pelaksanaannya?
    terus ada nggak yang blogger buku yang bergerak di pemasaran ebook?

    1. Dulu kayaknya ada blogger buku yang aktif di bidang ebook, tapi nggak tahu sekarang masih aktif ato gak 😀

  6. Thanks ya Mbak Luckty. Mbak tuh salah satu inspirator aku dlm blog buku hihi. Alhamdulillah sampe sekarang niat untuk mereview semua buku yg kubaca masih berjalan. Moga langgeng deh 😀

  7. Aku punya blog buku, tapi gak tau juga bisa disebut sebagai blogger buku atau gak. Jarang update begitu. =))

    Eh tapi, untuk ukuran blog yang jarang update, dalam tiga hari aku bisa update dua kali. Hore! Btw, silakan kalau mau mampir ke blog buku aku ya ~~> rangerkimi.wordpress.com . Terima kasih. 🙂

  8. Salut banget sama kakak…
    Zaman sekolah sekolah dulu aku suka baca,, kebanyakan buku fiksi, itupun hanya pilih-pilih.. 😊

    Sekarang setelah berkeluarga dan punya baby, jadi jarang banget bacanya…
    Pengen sih mulai baca lagi…sudah punya beberapa buku parenting yg di beli tapi belom ada yg hatam.

    1. Katanya kalo udah berkeluarga lebih condong baca buku-buku tentang parenting, mungkin nanti aku juga 😉

      Semangat membaca juga ya, Mbak 😉

    1. Mulai dari invetaris buku-buku dulu, diisi yang kolom bibliografi. Tiap buku diisi datanya yang meliputi: judul, penulis, tahun terbit, kota terbit, ISBN, dll. 😉

  9. Halo, mbak Luckty. Ini pertama kalinya saya berkunjung ke sini dan saya beruntung, dapat membaca kisah perjalanan Mbak menjadi seorang Blogger Buku. Terus terang, saya salut dengan kegigihan dan ketekunan Mbak. Memang benar kata orang, bahwa kesuksesan akan datang menghampiri orang yg tidak menyerah dalam berusaha =)

  10. Saya juga lagi belajar ngereview buku nih kak. Awalnya dapet giveway buku, penulis meminta di review kalau tidak memberatkan. Tiba2 batin saya terhenyak, udah dapet buku gratisnya kenapa engga? Dan ternyata dgn mereview kita bisa punya arsip kenangan membaca kita akan keasyikan membaca buku trsebut. Sekarang baru mulai, enggak tau kenapa jadi ketagihan 😁

    1. Nah, bener banget, salah satu manfaat mereview buku adalah sebagai arsip kenangan, karena memori kita sebagai manusia ada batasnya 😉

  11. wahh, serunyaa yah mba luckty jadi blogger buku
    Haii mba ini aku temennya adiknya mba aam 😀
    Yang satu komunitas di Tapis blogger juga sama mba lukcty

    Mbaa mau dong kapan-kapan maen kerumah mba luckty ^^

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s