Jika penulis akan merasa ‘mati’ saat menghadapi writer’s block, pembaca pun akan merasa ‘mati’ saat menghadapi yang namanya reading slump x))
BACA: Book Hangover
Sebenarnya apa itu reading slump? Kalo diterjemahkan ke bahasa Indonesia, semacam kehilangan daya membaca, tapi agak rancu juga ya. Jadi, lebih enakan tetap dengan istilah bahasa Inggris aja ya, soalnya kayak gak pas kalo di bahasa Indonesia-in 😀
Reading slump bisa disebabkan banyak hal. Beberapa diantaranya adalah yang pertama banyaknya kegiatan yang kita lakukan. Untuk yang sudah bekerja, tentu rasanya akan berbeda dengan saat masih sekolah ataupun kuliah. Begitu pun dengan yang sudah berkeluarga, tentu lebih banyak waktu yang terpecah untuk mengurus ini dan itu. Terkurasnya waktu, tenaga dan pikiran tentunya akan mempengaruhi kehidupan seseorang untuk membaca buku, semacam berkurangnya me time dengan buku. Kedua, banyaknya buku yang dimiliki alias ditimbun. Semakin banyak buku yang kita timbun, sebenarnya akan semakin besar membuat seseorang stres karena sibuk memikirkan bagaimana menghabiskan timbunan buku yang dimilikinya. Kemudian yang ketiga, pengaruh gadget. Nggak bisa kita pungkiri bahwa memiliki banyak akun sosmed, tanpa disadari berapa banyak waktu kita yang tersedot saat membuka sosmed. Belum lagi kepo dengan berita-berita terkini, mulai dari ketagihan cek akun-akun gosip sampai nyimak berita politik dua kubu yang tak kunjung usai x)) Dan keempat, tidak ada buku yang menarik kita untuk semangat membacanya. Banyaknya buku yang beredar, bukan berarti bakal banyak buku bagus dan sesuai dengan selera kita. Tren buku pun terkadang nggak sebanding lurus dengan selera bacaan kita.
Setahun terakhir, tanpa disadari saya juga mengalaminya. Apalagi tahun lalu, banyak sekali kesibukan di dunia nyata yang benar-benar menguras tenaga. Bahkan di tahun ini, salah satu resolusi saya adalah tidak tidur larut malam. Ya, sejak zaman sekolah dulu, saya terbiasa tidur menjelang jam dua belas malam. Mungkin ini menjadi salah satu faktor kenapa saya jadi susah gemuk karena sering begadang. Bisa dipastikan jika tiap harinya, saya hanya tidur kurang lebih sekitar lima jam. Dari pagi sampai sore jelas waktunya habis di tempat bekerja, dan baru menjelang malam saat weekend dihabiskan untuk membaca, menulis review dan online. Selain itu, tentu nggak bagus buat kesehatan karena kurang tidur. Jadi, salah satu perubahan positifnya adalah tahun ini saya naik lumayan jauh, berat badan dari 38 ke 42. Kudu naik 3-5 kilo lagi nih baru ideal 😀
Jika terhitung sejak tahun 2016 saya memutuskan untuk tidak mengikuti Reading Challenge apa pun, tahun ini saya mengurangi untuk berpartisipasi dalam event semacam blogtour ataupun giveaway. Bukan apa-apa, saya ingin mencoba hal-hal baru di luar bidang yang ditekuni selama ini. Menjadi pustakawan dan blogger buku, berarti nggak jauh-jauh dari buku. Sebenarnya selain hobi baca buku, saya juga hobi nonton film/drama, kuliner dan juga traveling. Sepertinya akan sayang sekali jika saya melewatkan hobi lainnya itu. Jadi, sejak tahun 2016, blog non buku saya aktifkan kembali, dan sedikit demi sedikit terisi dengan seputar review drama/film, kuliner, dan juga traveling. Bukan berarti meninggalkan dunia buku, tapi ingin mencoba hal-hal di luar comfort zone.
BACA: Serba-serbi Book Hoarder
Jadi, jika kamu merasa mengalami reading slump, jangan pernah merasa stres dan merasa sendiri. Diluaran sana juga banyak yang mengalaminya dan bernasib sama. Berikut beberapa hal yang saya lakukan saat mengalami reading slump:
- Jauh-jauh dari buku. Ibarat menjalin hubungan yang cukup lama, ada kalanya merasa jenuh dengan pasangan. Intensitas pertemuan yang terlalu sering terkadang justru menimbulkan rasa bosan. Begitulah perumpamaan pembaca dengan buku. Saat mengalami yang namanya reading slump, nggak perlu memaksakan diri untuk membaca. Bisa diibaratkan juga, kita lagi bosan makan terus dicekoki makanan meski itu favorit kita, bukannya dimakan yang ada malah muntah. Nggak perlu mikir berapa banyak timbunan yang belum kita baca, nggak perlu juga menargetkan berapa banyak buku yang kita baca selama setahun ataupun nggak perlu panik saat reading challenge yang kita ikuti nggak terpenuhi. Buang jauh-jauh semua itu. Salah satunya yang saya lakukan adalah singkirkan dulu tumpukan buku yang belum dibaca dari pandangan. Mulailah kembali ke tujuan awal membaca; untuk merilekskan diri, bukan justru bikin stress.
- Bongkar ulang isi rak bukumu. Ini saya lakukan di bulan lalu yang kebetulan ada tanggal merahnya dua kali. Jika weekend biasa, waktu terkuras untuk beberes rumah seperti mencuci baju setumpuk, menyapu, mengepel dan yang paling menguras tenaga adalah menyetrika baju-baju satu rumah, bisa dipastikan jarang sekali ada waktu untuk membereskan rak-rak buku di rumah, padahal kalo di perpustakaan sekolah hampir tiap hari beresin rak buku alias shelving x)) Nah, tanggal merah ini saya gunakan selain beres-beres rumah bersama adik-adik (bongkar pasang semua korden, bersihin semua teralis) biar nggak capek pas puasa nanti, untuk mengatasi reading slumps, saya sendiri membongkar ulang rak buku. Semua buku diturunkan, raknya dilap, dan dipilah-pilah mana yang sekiranya masuk rak dan mana yang masuk kardus (nanti biasanya dijadikan koleksi perpustakaan sekolah). Bukan karena nggak suka bukunya, tapi karena keterbatasan tempat yang nggak bisa menampung buku lebih banyak lagi. Daripada bukunya dijual (masak tega, banyak buku dulu dikasih cuma-cuma kok kita jual) apalagi diloakin ke tukang rongsokan (yang hasilnya nggak seberapa, karena lebih mahal ngeloakin koran daripada buku), ya lebih baik dijadikan koleksi perpustakaan. Semakin banyak yang banyak, tentunya tanpa disadari akan semakin banyak pahala berlipat yang kita dapatkan.
- Baca-baca lagi isi blog bukumu. Pas lagi nggak ada mood untuk membaca apalagi menuliskan reviewnya, saya seringkali membaca ulang tulisan review yang pernah dibuat. Pernah kan kita baca tulisan kita sendiri, terus mikir, kok dulu bisa ya nulis kayak gini, bisa nulis sepanjang ini, bisa nulis selancar ini, bisa nulis seniat ini. Membaca ulang apa yang pernah kita tulis semacam pemompa semangat untuk membangkitkan mood membaca. Kalau menurut saya, daripada membaca ulang buku favorit, lebih baik membaca ulang tulisan review yang pernah kita tulis. Kenapa? Karena sesuatu yang favorit, biasanya terlalu melekat dalam pikiran, jadi membaca ulang buku favorit nggak begitu efektif bagi saya, karena terkadang masih ingat beberapa hal di buku tersebut, malah jadi nggak seru x))
- Menulis non review di blog . Jika kehilangan mood untuk membaca, bisa dipastikan nggak ada bahan review yang bisa ditulis. Tapi bukan berarti kita kehilangan bahan untuk menulis postingan di blog buku. Kita bisa menulis hal-hal lain yang masih berhubungan dengan buku. Kalau saya biasanya menulis tentang serba-serbi yang masih berhubungan dengan buku. Nggak hanya menjadi tantangan kita dalam menulis, tapi juga bikin berwarna blog buku kita, nggak melulu isinya postingan review buku. Nah, kalo kita punya blog non buku, kita bisa menuliskan hal apa saja yang kita sukai dan sesuai minat kita. Setahun terakhir ini, saya jadi rajin nulis review film/drama. Sebenarnya ini bukan hal yang baru, karena dulu zaman kuliah selain rajin nulis review buku, juga rajin nonton film x))
- Alihkan ke sesuatu yang masih berhubungan dengan buku. Apa itu? Daripada membaca ulang buku-buku favorit, kenapa nggak kita share saja quote-quote favorit dari buku yang sudah kita baca melalui sosmed yang dimiliki. Meski belum genap setahun memiliki akun IG @perpussmanda, sudah ribuan followers dan juga ribuan postingan yang berhubungan dengan buku yang saya upload disitu. Jika kita mengalami kebuntuan membaca, mungkin dengan berbagi quotes atau review mini di IG bisa membangkitkan gairah membaca.
- Pergi ke toko buku atau perpustakaan. Meski jauh-jauh dari buku dalam artian membaca, bukan berarti kita bisa jauh dari aroma buku. Apalagi buku baru, aromanya punya sensasi tersendiri bagi pembaca. Nah, pergi ke toko buku tentu akan terasa berbeda dengan hanya sekedar cek buku di toko buku olshop. Dengan pergi ke toko buku biasanya kita akan menemukan buku-buku ‘ajaib’ yang tanpa kita ketahui sebelumnya. Dengan pergi ke toko buku, juga biasanya kita bisa menyimak acara bedah buku atau semacam talk show yang diadakan di toko buku tersebut.
- Piknik. Sama halnya dengan poin sebelumnya, nggak perlu jauh-jauh untuk piknik. Tanpa disadari, kita malah belum mencoba hal-hal baru di sekitar kita. Piknik yang keren pilihannya memang ke pantai ataupun naik gunung, tapi bukan berarti hal piknik lainnya kurang seru. Kita bisa mengikuti acara-acara di daerah kita tanpa mengeluarkan biaya. Beberapa diantaranya adalah ke book fair, ke car free day, ke festival atau apa pun yang sekiranya menarik dan selama ini kita jarang menyimak atau mengikutinya. Selain bikin fresh, kita bisa mendapatkan pengalaman dan juga teman baru di luar lingkungan kita. Dan piknik yang paling gampang adalah wisata kuliner, kita bisa icip-icip makanan yang belum pernah kita coba padahal justru menjadi ciri khas kota kita tanpa kita sadari.
- Menonton. Nah, ini yang paling sering saya lakukan. Jika kuliah dulu saya menonton drama karena ‘keracunan’ dengan doktrin teman-teman kosan yang lumayan banyak kuliah di jurusan berbagai sastra dan mereka punya banyak referensi tentang film berbagai negara. Setelah lulus kuliah, selain membaca banyak buku yang saya timbun, saya juga menonton lebih dari seratus film. Begitu kerja, kebiasaan menonton sempat vakum. Selain karena kendala di daerah nggak ada bioskop, juga karena kurangnya referensi film yang bikin kita tergugah untuk menontonya. Nah, semenjak tahun lalu, saya (kembali) ketagihan nonton drama. Nggak apa-apa nonton drama-drama yang recehan. Hidup udah berat, nggak perlu melulu nonton yang berat-berat juga, hahahah… x)
- Cuci mata. Disini bisa diartikan melihat hal-hal yang kita sukai. Cuci mata nggak harus jauh-jauh ke mall. Cuci mata bisa kita lakukan di dunia maya. Nggak hanya sekedar berselancar ke online shop, kita bisa melihat beberapa hal menarik di youtube. Saya sih biasanya gitu. Cek video idola kita atau sekedar nonton cuplikan hal-hal yang sekiranya menarik ataupun bisa kita ketawa.
- Jauh-jauh dari gadget. Nah, ini kebalikannya dari poin sembilan. Ketika kita terus-terusan memegang gadget, tanpa kita sadari sepanjang hari akan mengecek akun sosmed milik kita. Sedikit-sedikit cek notification yang masuk. Padahal lebih banyak nggak pentingnya ketimbang hal pentingnya. Belum lagi tergoda dengan akun-akun gosip yang kini makin marak. Sejujurnya, saya baru aktif bbm dan wa tahun lalu. Itu karena ada beberapa hal yang mengharuskan harus berkomunikasi dengan banyak orang lewat dua aplikasi tersebut. Awal tahun ini, saya sudah memutuskan untuk keluar banyak grup wa yang saya ikuti tahun lalu. Kenapa? Karena saya pikir, tanpa bergabung pun nggak begitu berpengaruh pada kehidupan nyata daripada bergabung tapi hanya bikin penuh notification yang masuk. Belum lagi kita pasti bakal kepo dengan apa yang dibahas yang biasanya malah nggak penting. Tentunya tanpa disadari ini menyita waktu yang kita miliki. Saya hanya aktif di facebook dan twitter, itu pun lebih ke malam hari. Kalau IG @perpussmanda, saya biasanya aktif pagi menjelang siang. Saya aktif di berbagai sosmed hanya sesuai di jam-jam ramai lalu lintas timeline. Membuka akun sosmed terus-menerus nggak hanya bikin menyita waktu, tapi juga bikin kita ketagihan. Mungkin keluar di beberapa grup wa, adalah salah satu hal yang paling efektif.
Nah, itu tadi beberapa hal yang saya lakukan saat mengalami reading slump. Semoga tipsnya bisa membantu yang sedang mengalami hal yang sama. Atau ada yang mau berbagi tips lainnya yang sedang mengalami reading slump juga? Yuk, share di sini 😉
Artikel yang menarik Mba, saya juga pernah mengalami reading slump karena gadget… Tapi gadget apapun yang kita pakai untuk membaca ngga akan bisa mengganti kegiatan membaca buku sambil ngopi…
Salam, Jo
Infotentang.com
Aroma buku memang tak tergantikan yaa… 😉
Tulisannya menarik, mbak. Bener banget, salah satu penyebab reading slump itu gadget. Apalagi Instagram! Kadang-kadang nggak berasa sudah sejam aja main ig 😀
Instagram memang ratjun banget ya, apalagi kalo udah cek akun-akun gosip, jadi kepo gitu kalo aku, gyahahaha… 😀
Iya, Mbak hehe. Dan juga kalau ngelihat postingan bookstagramers itu jadi keterusan 😀
Wah ternyata bener dugaanku klo kakak udh jarang ngadain give away. Tp ak dukung kakkkk kegiatan baru kakak, ak juga suka nonton film barat dan drama korea juga. Semangat kak mencapai berat ideal 😁 bentar lagi lebaran mungkin bisa lebih cepet tercapai hihihi
Hehehehe…kuantitas blogtournya dikurangi, tapi bukan berarti hilang kok, tenang aja masih banyak giveaway-giveaway buku menanti :* Hahahaha..yuk..yuks…semangat juga nonton drakor meski bikin baper akut… 😀
Ternyata bukan aku aja yg mengalami. soalnya sempet berpikir, kenapa aku udah jarang nyentuh buku? apa aku aja yg merasa begini? mungkin krn harus fokus kuliah sambil kerja, jdi berkurang waktu buat baca buku. tp skrng mulai rajin baca buku biarpun nggk terlalu maksain harus menghabiskan banyak buku dalam sebulan 😂
Yup..yang penting membaca buku itu tanpa perlu tekanan, tapi karena keinginan. Semoga tetap semangat membaca yaaa… 😉
Saya sih, kadang merasa buku jaman sekarang tidak menarik minat saya. Apa karena temanya ya. Atau mungkin juga karena sudah capek kerja jadi maunya cuma tidur aja nggak pakai mikir. Btw, saya juga jarang nonton film lho. Cuma blog aja yang rutin diisi.
Hehehe..bener mbak, kadang kelelahan saat bekerja membuat kita nggak mikirin apa-apa lagi, boro-boro baca, yang penting nyampe rumah cuma mau tidur. Aku juga ngerasain itu dua taun terakhir ini x))