Setelah membaca Kemarau, saya langsung bertekad akan membaca buku-buku A. A. Navis lainnya. Mungkin bisa dikatakan terlambat membaca karya-karya beliau, tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, kan?!? x))
Ditengah maraknya novel karbitan jebolan wattpad (nggak semuanya jelek sebenarnya, banyak juga yang bagus), sepertinya saya makin ke sini malah menyukai sastra lama yang biasanya tersimpan banyak pesan moral yang bisa kita petik. Nggak hanya sekedar cinta menye-menye semata. Seperti juga kumpulan cerpen ini, ada sepuluh cerita yang disajikan dengan benang merah yang sama; jodoh. Bagaimana para tokoh menemukan jodoh, ragu-ragu dalam memilih jodoh, sampai menyikapi jodoh yang salah. Meski ini kesannya bersetting zaman dulu banget, zaman emak bapak kita, tapi kehidupan yang diceritakan masih relatable banget sama kehidupan sekarang.
Pertama, ada cerpen yang berjudul JODOH. Bercerita tentang keraguan Badri dalam memilih jodoh untuk menentukan hidup ke jenjang selanjutnya. Meski kisah kegalauan diceritakan dari sudut laki-laki, pas baca cerpen ini, terutama penjabaran hidup di halaman 5, sangat merepresentasikan kondisi saya sekarang ini, hahaha… x))
Cerita 3 Malam, menjadi cerpen kedua yang disajikan dalam buku ini. Bercerita tentang seorang pelayan (sopir) yang berselingkuh dengan anak majikannya yang masih berumur tujuh belas tahun, yang artinya masih kinyis-kinyis. Sedangkan dia sebenarnya sudah memiliki istri, bahkan sudah memiliki dua orang anak. Kita akan melihat cerita dari sisi pelaku perselingkuhan.
Lanjut ke Kisah Seorang, Hero. Tentang seseorang yang diam-diam jatuh hati pada gadis yang ditemuinya di sebuah bus. Lalu saya jadi ingat zaman kuliah, pas pemberhentian di halte bus, ada seorang anak kuliah juga (nggak kenal sama sekali) yang tiba-tiba menghampiri kursi yang saya duduki dan bilang bahwa tulisan di kaos yang saya pakai katanya bagus. Bwalah…. semenjak itu, kaos itu udah nggak pernah saya pakai lagi, buat lap pel ajah, takuutt… hahaha… x))
Kisah Cina Buta, merupakan perjalanan cinta yang rumit. Korban broken home terselip dalam cerita ini. dan yang lebih tragisnya adalah bagaimana seorang anak juga menjadi korban kasus talak. Cinta yang kuat terputus oleh keadaan. Perebutan, menjadi salah satu kisah paling relatable dengan kehidupan sekarang. Tentang seorang laki-laki yang diperebutkan banyak perempuan. Ternyata memang benar ya, dari zaman dulu sampai sekarang, perempuan yang lebih agresif pada laki-laki justru nggak menarik bagi laki-laki, seperti di kisah ini x))
Kawin. Bercerita tentang budaya lokal, asal daerah penulis buku ini. Tentang dijodohkan alias kawin paksa. Kebetulan sekali, saya memiliki teman dengan nasib seperti ini. Perih banget, udah dijodohin, pas nikah tapi nggak pernah dianggap. Kesannya kayak kisah di sinetron-sinetron, tapi percayalah sampai sekarang masih ada yang mengalami nasih kawin paksa seperti ini dan berakhir dengan kesuraman dalam menjalani hidup. Kawin paksa juga menjadi tema cerita di cerpen Kisah Seorang Pengantin. Mirip dengan cerpen sebelumnya, kental dengan nuansa budaya lokalnya juga.
Kemudian ada kisah Maria yang lumayan berbeda dengan cerpen-cerpen lainnya. Jika di cerpen lainnya, kedudukan perempuan tampak lemah, justru di cerpen ini perempuan terlihat kokoh lewat tokoh tersebut. Ungkapan Maria yang cukup fenomenal bagi ukuran zaman dulu itu adalah pernyataannya tentang perbedaan laki-laki dengan perempuan hanyalah biologis. Tapi tidak dalam fungsi sosial. Kerennya, pas di akhir cerpen ini, saya suka sekali sikap yang ditampilkan Maria, bahwa semandirinya dia dalam menyikapi hidup, tetap memilih laki-laki yang bisa memerintahnya, bukan yang takut padanya. Mantap!
Tidak hanya di cerpen Kawin yang ada selipan merantaunya, di cerpen Nora ini juga ada selipan tentang merantau. Nggak hanya zaman dulu, bahkan sampai sekarang pun omongan orang kerap mengganggu jika kita tinggal di desa. Beda dengan di kota yang masyarakatnya lebih cuek kehidupan satu sama lain. Di halaman 101, saya satu pemikiran dengan Nora tentang pemikiran hidup di desa yang masyarakatnya terlalu ikut campur urusan orang lain. Masih aja ada anggapan, apalagi yang dicari perempuan setelah dewasa jika bukan menikah dan punya anak? Perempuan seolah-olah dibatasi meraih cita-cita dan masa depannya. Tapi, berbeda dengan Maria, saya justru tidak suka ending kisah Nora yang terlalu feminis.
Ibu, cerpen penutup dalam kumpulan cerpen ini. Lagi-lagi masih ada selipan tentang merantau. Bercerita tentang seorang idealis yang karena keadaan berubah menjadi seorang pecundang. Menjadi idealis memang tidak mudah, apalagi sudah terjepit oleh keadaan yang makin membuat nasib makin runyam.
Secara keseluruhan, sangat menyukai kumpulan cerpen ini. Meski yang namanya cerpen pada umumnya hanya menampilkan cerita yang singkat, tapi padat dan jelas. Dan yang pasti selalu ada pesan moral di tiap cerpen yang disajikan. Satu lagi, suka covernya yang meski terkesan simple tapi merepresentasikan kisah dalam buku ini.
Keterangan Buku:
Judul : Jodoh
Penulis : A. A. Navis
Penyunting penyelia : Pamusuk Eneste
Penyunting naskah : Tri Marganingsih
Perancang sampul : Tim Desain Broccoli
Penerbit : Grasindo
Terbit : Juli 2018
Tebal : 125 hlm.
ISBN : 978-602-050-359-2
Memang sastra lama tak ada duanya👍… Kala jenuh dengan penulis baru aku suka baca sastra lama bahkan dibaca berulang kali tak ada habisnya😍
Iya nih, buku sastra malah nggak lekang oleh waktu dan zaman 😀