“Kita semua pernah terserang perasaan tak menentu atau siklus naik turun. Kita merasa bahagia, giat, dan penuh keyakinan di satu hari, lalu merasa depresi dan tak bersemangat di hari berikutnya. Secara logika, kita menyimpulkan bahwa hidup penuh dengan liku-liku. (hlm. 39)
Sebagaimana penyakit lain, penyakit mental dan emosi sangat beragam. Banyak orang yang menganggap saat-saat buruk depresi adalah ketika ‘kegelisahan sedang memuncak’ atau ‘sedang dalam perasaan tak menentu’. Di saat itu, kesehatan mental mereka tidaklah sempurna, namun di lain sisi mereka belumlah menderita penyakit mental serius. Dan yang terakhir adalah orang-orang yang mengalami gangguan akut. Dalam bahasa psikiatri, mereka ini biasanya disebut sebagai psikotik.
Psikosis. Gangguan mental serius bisa bersifat kronis dan melumpuhkan. Psikotik adalah orang yang mengalami gejala melemahkan selama berbulan-bulan. Inilah yang membedakannya dari orang-orang yang juga memiliki gejala sama, hanya saja tidak bersifat kronis, patologis, dan merugikan dalam jangka waktu yang lama. Manusia normal mampu mengatasi gejala-gejala tersebut dan menjalani kehidupan yang produktif.
Skizofrenia. Ciri khas kepribadian yang mengalami penyakit ini, penarikan diri dari pergaulan social dan sangat menyukai kesunyian. Sulit menyesuaikan diri dalam setiap situasi yang ada dalam hubungan social. Ia menarik diri dari hubungan sosial dan hidup dalam dirinya sendiri. Ia tidak mampu merespons secara emosional apa pun yang biasanya muncul dalam hubungan pertemanan dekat.
Paranoia. Merupakan gangguan psikotis yang paling mengacau kehidupan social. Orang yang paranoid bisa saja terbalik melawan teman-temannya, baik individu maupun kelompok. Ia melihat bahaya yang mengancam integritas pribadi dan bahkan hidupnya pada diri orang lain. Bermula dari beberapa dasar pemikiran keliru yang biasanya bersumber dari rasa rendah diri dan ketidakmampuannya yakin bahwa semua anggota keluarga atau masyarakat di sekitarnya sedang menyiksanya dengan berbagai cara.
Depresi. Ciri khas kondisi ini adalah perasaan sedih yang mendalam dan menenggelamkan individu. Kondisi ini kerap dipicu oleh peristiwa yang menimbulkan kegelisahan, namun alih-alih menangani situasi itu, penderita malah terperosok ke dalam kesedihan dan kedukaan yang hampir mendekati keputusasaan. Kondisi ini umumnya disertai dengan susah beristirahat serta gangguan tidur dan makan. Penderita dipenuhi rasa bersalah dan tidak berharga, serta cenderung cemas dan menyalahkan diri sendiri.
Dari empat jenis sakit psikotik ini, tanpa disadari saya pernah mengalami yang namanya depresi di akhir tahun 2017, yang masih berimbas sampai pada pertengahan tahun 2018. Alhamdulillah, 2019 perlahan-lahan rasa trauma itu menghilang. Selama setahun mengalami depresi itu, saya mengalami rasa cemas yang berlebihan, susah makan, dan merasa nelangsa. Bukan, bukan karena masalah cinta. Jujur, saya malah nggak/belum pernah merasa depresi karena perkara cinta atau asmara, hahahaha… ini masalah yang lain, yang justru membuat badan, hati dan pikiran, semua drop secara bersamaan. Pelajaran yang bisa saya ambil adalah bahwa selurus apa pun kita melangkah, selalu ada yang berusaha membelokkan jalan yang kita tuju tanpa kita sadari.
Ternyata deprsesi begitu beragam, mulai dari rasa sedih yang bisa sirna dengan cepat hingga rasa tak berharga dan kebencian terhadap diri sendiri yang mendalam dalam dan berkepanjangan. Depresi reaktif. Yaitu depresi yang ditimbulkan oleh faktor eksternal yang bisa saja hanya terjadi sekali dan sangat berpengaruh oleh lingkungan. Depresi semacam ini dapat diatasi dengan mudah melalui saran yang membangkitkan semangat, teman yang menyenangkan, simpati dari orang yang dicintai, penghiburan, kepedulian dari keluarga, jalan cepat, film lucu, atau istirahat yang baik.
Kemudian ada depresi endogenus yang muncul dari dalam pikiran. Depresi ini berhubungan dengan beberapa faktor biokimia pada tubuh. Pada dasarnya, jenis depresi tersebut bersifat berkala atau bisa terulang kembali. Itu bisa berulang dan surut kembali berkali-kali. Dalam kondisi ini, penderita jarang bisa bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Keadaan ini dapat dikendalikan oleh psikolog yang handal.
Buku ini memang tipis, tapi wajar sekali jika sudah mengalami cetak ulang karena di dalamnya dikupas mengalami permasalahan jiwa dan hati. Cocok tidak hanya bagi orang dewasa, tapi juga para remaja yang sekarang banyak mengalami masa depresi :’)
Keterangan Buku:
Judul : Coping with Depression
Penulis : J. Maurus
Penerjemah : Laila Qadria
Penyunting : Susilawati Hamsa
Penyelaras akhir : Puput Alvia
Tata letak : Werdiantoro
Ilustrasi sampul : Sekar Bestari
Rancang sampul : Katalika Project
Penerbit : Bright Publisher
Terbit : 2018 (Cetakan Kedua)
Tebal : 152 hlm.
ISBN : 978-602-5868-00-9
Umur saya 25, dan saya belum pernah depresi karena cinta. wkwkwkw, jatuh cinta yang bener-bener cinta aja belom, apalagi keingingan buat nikah. apakah saya normal, ya?