Takdir dan karakter manusia adalah dua nama untuk satu konsep yang sama. (hlm. 105)
EMIL adalah bagian dari dunia yang terang dan benar. Dia adalah bagian anak orangtuanya. Namun, kemana pun dia mengarahkan mata dan telinga, dunia yang lain itu ada di sana dan dia hidup di dalamnya juga. Meski begitu, sering kali di sana terasa asing dan tidak bersahabat. Meski di sana, pikiran buruk dan ketakutan selalu menghampirinya. Pada waktu-waktu tertentu, dia bahkan lebih memilih hidup di dunia yang terlarang itu, dan seringnya perjalanan pulang ke dunia yang terang –walau diperlukan dengan baik- nyaris terasa seperti pulang ke tempat yang kurang indah, lebih membosankan dan muram. Namun, jalan menuju kehidupan itu teramat panjang. Untuk mencapainya, seseorang harus bersekolah, belajar, berlatih, dan ujian. Jalannya selalu melewati dunia lain yang lebih kelam, menembusnya, sehingga tidak mustahil jika ada yang pernah terjebak dan terjerumus di dalamnya.
DEMIAN adalah seorang murid baru di sekolah Emil. Dia adalah putra dari janda kaya raya yang baru pindah ke kota, dan memakai ban hitam tanda berduka di lengannya. Dia kakak kelasnya dan usianya beberapa tahun lebih tua dari Emil, tetapi dia segera menarik perhatiannya, begitu juga perhatian orang lain. Murid ini tampak lebih tua daripada penampilannya, sama sekali tidak terkesan seperti anak-anak. Di antara mereka yang masih kekanak-kanakan, gerak-geriknya tampak asing dan matang seperti pria dewasa, atau lebih tepatnya seperti gentleman. Dia tidak populer, tidak ikut serta dalam permainan, apalagi perkelahian, satu-satunya yang kita sukai darinya adalah nada bicaranya yang percaya diri dan mantap kepada guru.
Ini sebenarnya diawali dengan kisah masa kanak-kanak sang tokoh utama, Emil. Namun memiliki selipan berat di dalam ceritanya. Pertama, kasus bullying. Emil kecil, sangat ingin sekali diterima keberadaannya di atara teman-temannya. Berbohong alias membual cerita yang tidak dilakukannya dengan niat ingin membuat teman-temannya terkesan dengan jalan ceritanya, justru menjadi boomerang baginya dan berakibat fatal pada dirinya kelak yang terus-terusan diperas oleh temannya yang memanfaatkannya. Kedua, panic attack yang kerap dialami Emil tanpa disadar imbas dari pengaruh bullying dari teman-temannya. Bersama Demian, Emil bisa meredakan rasa paniknya itu dan merasa nyaman. Ketiga, dari dua poin yang dibahas sebelumnya, yaitu bullying dan panic attack, tanpa disadari Emil kecil juga memiliki inner child yaitu luka di masa lalu yang belum usai dan terbawa hingga dewasa. Dan tanpa disadari juga itu membentuk karakter Emil saat dewasa. Tumbuh dalam keluarga yang nyaris sempurna lantas tak membuatnya bahagia dan justru meninggalkan zona nyamannya dan mengambil jalan lain. Ibarat kata, ketika sebenarnya sudah berada di jalan terang, dia justru memilih jalan yang gelap dan dia nyaman dengan keadaan itu.
Tokoh utamanya adalah Emil, lalu kenapa judulnya justru Demian? Karena bagi Emil, Demian semacam role model-nya. Dari awal pertemuan mereka, sebenarnya sudah bisa menebak ini jalan ceritanya kemana. Tapi ya nggak nyangka tuh pas di BAB-BAB terakhir. Asli gak kepikiran dari awal, dan gak ketebak sama sekali.
Pantas saja buku yang aku baca ini sudah memasuki cetakan ke empat. Buku yang diterbitkan pertama kali tahun 1919 ini dengan judul asli Demian: Die Geshichte von Emil Sinclair Jugend ini jalan ceritanya masih relate dengan keadaan sekarang: mengangkat seputaran bullying, panic attack dan juga inner child yang lagi happening diangkat akhir-akhir ini.
Gak lupa, juga ada selipan perang yang terjadi tahun itu. Terutama masalah Yahudi – Jerman yang menjadi setting jaman itu. Permasalah tentang keberadaan agama juga sempat dibahas beberapa kali dalam cerita buku ini. Tanpa disadari, pemikiran-pemikiran Emil hingga dewasa dipengaruhi oleh Demian yang menurutnya cara berpikir Demian berbeda dengan pemikiran teman-teman sekolahnya. Salah satu pemikiran Demian yang tidak sepemikiran dengan orang lain adalah tentang mempertanyakan keberadaan Tuhan, yang sedikit banyak juga dipengaruhi oleh doktrin sang ibu. Demian telah membuat Emil terbiasa memandang dan memaknai kisah dan dogma secara lebih bebas, lebih personal, lebih santai, dan penuh imajinasi, setidaknya Emil selalu mengikuti penafsiran yang diusulkannya kepada Emil dengan senang hati dan menikmatinya.
Banyak kalimat favorit dalam buku ini:
- Kehidupan setiap manusia adalah perjalanan ke dalam dirinya, penjakakan serta pencarian makna. (hlm. 6)
- Kita mampu memahami satu sama lain, tetapi hanya masing-masing kita yang dapat memaknai diri kita sendiri. (hlm. 7)
- Banyak orang yang mengalami kematian dan kelahiran kembali, begitulah takdirnya. (hlm. 61)
- Siapa pun yang terlalu nyaman melakukan pemikirannya dan mejadi hakim bagi diri sendiri, dia sebenarnya hanya beradaptasi pada peraturan-peraturan yang sudah ada sebelumnya. (hlm. 79)
- Ada banyak jalan ketika Tuhan membuat kita merasa sendirian dan mengarahkan kita ke diri sendiri. (hlm. 95)
- Ada perbedaan besar antara membawa semesta dalam dirimu dan memahaminya. (hlm. 133)
Beberapa selipan sindiran dalam buku ini:
- Yang kuat selalu membunuh yang lemah. (hlm. 39)
- Kalau kau langsung berlari dari seseorang yang tidak berbuat apa-apa kepadamu, orang itu akan mulai berpikir ingin berbuat begitu. (hlm. 47)
- Tidak ada orang yang benar-benar punya kemauan bebas. Orang tidak bisa memikirkan apa yang diinginkan. (hlm. 68)
- Kita selalu membatasi diri dengan garis yang terlalu sempit. Kita selalu menghitung diri kita dengan apa yang membedakan kita sebagai individu. (hlm. 132)
- Dalam situasi saat kita memberikan cinta dan rasa hormat bukan kebiasaan, melainkan atas kehendak sendiri; dalam situasi saat kita menjadi murid dan teman dengan sepenuh hati. (hlm. 154)
- Orang-orang yang tak berbahaya pun nyaris tak terhindarkan dari satu atau sejumlah konflik dengan nilai-nilai kesalehan dan rasa bersyukur selama hidup mereka. (hlm. 154)
Keterangan Buku:
Judul : Demian
Penulis : Hermann Hesse
Alih bahasa : Diandra Rizkyutami
Penyunting : Ayu Yudha & Mery Riansyah
Desain sampul : Sukutangan
Penata sampul : Teguhra
Penerbit : Semicolon Publisher
Terbit : Juni 20221 (Cetakan keempat)
Tebal : 214 hlm.
ISBN : 978-602-6682-47-5
1 thought on “REVIEW Demian”