VINCEN, anak laki satu-satunya sekaligus saudara kembar EMMA. Kembar identik lebih tepatnya. Emma benci sekali harus punya kemiripan wajah mendekati 99% sama dengannya.
Dulu Vincent manis ketika keduanya masih kecil. Emma bahkan sempat mengidolakannya karena Vincent selalu menjaganya tiap kali mereka bermain bersama yang lain ataupun ketika nekat berenang di sungai kecil di belakang gedung sekolah dan menjelajah kebun tak terawat milik tetangga. Vincent adalah saudara laki-laki terbaik di dunia saat itu. Mengolok-olok Emma ketika adik kecilnya tersebut terjatuh dan menangis, tetapi langsung menawarkan punggung, menggendongnya hingga sampai rumah, meski itu harus dilakukannya dengan berjalan kaki hingga satu jam. Semua teman mereka iri kepada Emma yang punya kakak seperti Vincent.
Setiap Thanksgiving, Vincent selalu menggandeng tangan Emma, mengetuk pintu rumah tetangga satu per satu sambil menyodorkan kaleng bekas untuk wadah permen. Semua permen dan coklat yang mereka berdua terima, Vincent memberikannya kepada Emma. Vincent juga yang mendesain kostum Hollowen, melukis manga favorit Emma hingga membuat gaun ala Ariel the Little Mermaid dari potongan kaca, plastik, dan daun kering. Untuk anak berusia 11 tahun saat itu, Vincent sangat kreatif memanfaatkan segala hal di sekitarnya menjadi sebuah karya seni.
Namun, anak laki-laki itu berubah drastis ketika keduanya mulai beranjak kelas 8, setelah kematian ayah mereka yang tragis. Ya, sang ayah tewas karena ditembak polisi ketika sedang bertransaksi kokain di Chicago. Tak ada yang menyangka Mr. Greg Atherton: pria berwajah ramah dan selalu ceria, dikenal sebagai tukang pipa berdedikasi tinggi di North Addison, Indiana, ternyata telibat jaringan narkotika antarnegara bagian.
Keluarga Atherton mengalami tekanan setelah kematian kepala keluarga mereka. Mrs. Atherton sempat depresi dan mengurung diri di kamar selama satu tahun, sementara anak sulung mereka, Whitney pontang-panting cari uang agar mereka bisa tetap makan dan sekolah. Namun, tak ada yang bisa mengalahkan kemarahan Vincent kepada ayahnya. Ia mulai memberontak, yang menurut Emma salah sasaran, karena orang bodoh mana yang mau mengacaukan hidup sendiri hanya gara-gara marah pada orang yang sudah meninggal? Itulah Vincent. Anak laki-laki yang berubah dingin sejak saat itu, bahkan ia menolak satu sekolah dengan saudara kembarnya sendiri. Bukan main jengkelnya Emma saat itu, merasa Vincent menganggapnya tak lebih dari virus yang mengganggu.
Emma melejit di Northwest. Berbeda dengan sang kakak yang melampiaskan frustasi pada nilai-nilainya di sekolah, Emma justru sebaliknya. Ketika orang menyebut keduanya The Mirror Twins – Kembar Cermin, mereka ada benarnya. Dari kebiasaan dan sifat saja sudah jelas. Emma kidal, sedangkan Vincent tangan kanan. Emma bersosialisasi dengan baik, sementara Vincent punya kecenderungan menyendiri. Yang paling mencolok adalah ini: prestasi sekolah Vincent jeblok, sedangkan Emma meraih GPA tertinggi. Nilai terendah Emma selama di Northwest yang ia tangisi semalam suntuk adalah B+. Emma tak sudi dan merasa terhina. Nilai Vincent ia bahkan pernah dapat F.
Maka kemudian datanglah bencana bagi Emma. Vincent masuk program intensif Summer School di sekolahnya, Washington, mengejar ketertinggalannya dengan banyak mata pelajaran. Harusnya Vincent bekerja paruh waktu selama libur musim panas untuk menopang keuangan keluarga mereka yang hampir kolaps, membantu Whitney dan ibu mereka. Sebelumnya Emma sudah mengundurkan diri bekerja paruh waktu di Toko Buku Bertha karena bersiap mengikuti program jurnalistik di Princeton University itu. Namun, berkat kebodohan saudara kembarnya, Vincent sendiri tak bisa bekerja lagi di Jack’s Pizza yang menawarkan jam kerja pagi siang selama musim panas untuk murid sekolah karena dari pagi hingga petang ia harus ikut program Summer School. Akhirnya Emma yang harus berkorban. Menarik kesempatannya ke Princeton, membantu ibu mereka membuat cupcake dan muffin yang akan mereka jual di Festival Musim Panas Indiana selama bulan ini.
Tampaknya pengorbanan Emma tak bernilai apa pun di mata Vincent, sampai pemuda itu berani membolos mengikuti Summer School dan malah mendekam di dalam kamar sambil merokok. Kesabaran Emma habis sudah.
Waktu pas baca judulnya langsung tertarik, apalagi ada aroma-aroma kembar. Aku paling demen tentang bahasan anak kembar x)) Ternyata, Vincent dan Emma ini bukanlah kembar biasa. Meski kembar identik, mereka memiliki sifat yang saling bertolak belakang. Penculikan Vincent dan Emma ini mengingatkan akan kisah legend: Hansel dan Gretel. Jika di kisah legend itu, Hansel sengaja menjatuhkan remah-remah roti sebagai jejak agar ia dan Hansel bisa kembali ke rumah, Vincent sengaja menyayat tangannya agar meninggalkan bercak darah sebagai jejak mereka. Ngilu pas bacanya :’)
Dari kisah Emma dan Vincent ini, buku ini mengajarkan perbedaan bukan untuk memisahkan, melainkan menyatukan.
Keterangan Buku:
Judul : The Mirror Twins
Penulis : Ida R. Yulia
Editor : Fanti Gemala
Desain cover : Dyndha Hanjani Putri
Penata isi : Putri Widia Novita
Penerbit : PT Grasindo
Terbit : Juni 2015
Tebal : 177 hlm.
ISBN : 978-602-375-057-3
Kayaknya Vincent ini penggambaran anak yang masa mudanya dihancurkan oleh keadaan (ayahnya meninggal). Dia pasti sedih dan marah, tapi bingung menyalurkannya sehingga yang bisa dia lakukan hanya dengan memberontak.
Mengetahui karakter begini justru membuat bersimpati sebab Vincent tampaknya adalah pemuda yang baik.