Uncategorized

REVIEW Mansion

“Kini aku ingin hidup dengan pantas, bukan seperti ulat, atau ngengat, atau kaktus.” (hlm. 92)

Ada dua kategori penduduk di Town, yaitu L dan L2. Penduduk yang termasuk kategori L disebut L atau Warga. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kekuatan ekonomi tertentu dan memiliki pengetahuan serta keahlian yang dibutuhkan di Town. Seorang anak di bawah umur dianggap sebagai Warga apabila ia adalah anak kandung dari Warga atau anak yang berada di bawah perwalian Warga.

Orang-orang yang tidak memenuhi syarat menjadi Warga, bisa mendapat izin tinggal 12 apabila mereka tidak memiliki catatan kriminal dan berhasil lolos evaluasi umum sederhana dan tes kesehatan. Sesuai nama izin tinggal mereka, orang-orang ini disebut “L2” dan mereka boleh tinggal di Town selama dua tahun. Hanya dua tahun. Selama dua tahun, mereka bisa melakukan pekerjaan apa pun tanpa takut diusir. Namun, sebagian besar tempat yang membutuhkan tenaga L2 adalah tempat-tempat yang menawarkan pekerjaan bergaji rendah seperti tempat konstruksi, gudang logistik, dan perusahaan kebersihan. Jika ingin tetap tinggal di Town setelah jangka dua waktu dua tahun itu berarkhir, mereka harus kembali mengikuti evaluasi umum dan tes kesehatan untuk memperpanjang izin tinggal.

Sebagian besar L2 adalah penduduk asli yang terpaksa menjalani evaluasi umum dan tes kesehatan yang merendahkan setiap dua tahun karena tidak memiliki kualifikasi untuk menjadi Warga, tetapi juga tidak bisa meninggalkan kampung halaman mereka serta anak-anak kandung yang sebenarnya tidak mereka inginkan. Biasanya Saha adalah sebutan untuk orang-orang yang tinggal di Saha Mansion, tetapi orang-orang yang tidak tinggal di Saha Mansion juga tetap disebut Saha. Istilah itu seolah-olah menyiratkan, kalian hanya bisa sampai di titik sini.

“Siapa sebenarnya kita? Kita bukan penduduk asli, bukan pula penduduk Town. Jadi, siapa kita? Selama ini kita menjalani hidup dengan tekun dan sungguh-sungguh, tapi perubahan apa yang akan terjadi? Siapa yang tahu? Siapa yang aku memaafkanku?” (hlm. 43)

Aku gak paham ini konsepnya novel atau cerpen. Soalnya kalo novel setiap BAB-nya mengangkat tokoh yang berbeda. Kalau cerpen juga terlalu panjang setiap BAB-nya. Tidak hanya para tokohnya yang banyak, tapi isu yang diangkat juga banyak. Berikut isu sosial yang diangkat dalam buku ini:

  1. Agama. Jika ada tiga orang dewasa atau lebih ingin berkumpul di hari libur, mereka harus meminta izin lebih dulu. Begitu pula dengan kelompok-kelompok keagamaan. Ada kata-kata yang tidak boleh diucapkan, ditulis atau dicetak. Penggunaan kata-kata tersebut, dalam konteks apa pun, bisa langsung dihukum.
  2. Lingkungan. Persediaan air dan gas ke setiap rumah diputus, tetapi keran di halaman depan gedung masih mengalirkan air apabila keran diputar. Salurang pembuangan berfungsi dengan baik. Berkat panel surya yang dipasang di atap, mereka masih mendapat persediaan listrik. Kadang-kadang terjadi pemadaman listrik di seluruh gedung, tetapi tidak seorang pun mengeluh.
  3. Negara yang tidak menerima warga tanpa modal, keterampilan atau keahlian. Negara dengan jumlah teknologi inti terbesar dalam kategori semikonduktor, perangkat tangan, dan display. Negara yang memiliki hak paten menyangkut vaksin, obat-obatan dan perlengkapan medis.
  4. Tidak ada anak-anak yang bermain di tempat itu karena alat-alatnya sudah berkarat dan berlubang-lubang seolah-olah digerogoti serangga. Pelataran parker juga selalu kosong, karena orang-orang yang bisa mengemudi tidak punya mobil. Satu-satunya bagian dari halaman depan yang bisa dimanfaatkan adalah kebunnya.
  5. Pemerintah daerah tidak mengangkut sampah dari Saha Mansion, jadi para penghuni terpaksa menyewa perusahaan pengangkut sampah, tetapi perusahaa itu pernah menyuarakan ketidakpuasan mereka tentang biaya yang dibayarkan kepada mereka dengan cara menempelkan imbauan di papan pengumuman yang ada di samping kantor pengawas gedung.
  6. Sandwich generation. Ayah Ji Kyeong seperti hidup segan mati tak mau selama enam tahun, sampai ia meninggal dunia pada musim semi ketika Jin-Kyeong berusia tujuh belas tahun. Ketika ibunya bekerja, ia menyuruh Jin-kyeong menjaga adiknya sebelum kerja di pagi hari. Setelahnya ibu juga menyusul tewas saat kecelakaan kerja. Ji-kyeong yang masih remaja, memiliki beban untuk mengurus adiknya pasca meninggalnya orangtua mereka.
  7. Sandwich generation juga dialami Yeon-hwa. Pekerjaannya semakin berat seiring waktu berlalu, dan sepertinya ia tidak akan bisa berkumpul kembali dengan keluarganya karena tidak sanggup menabung cukup banyak uang. Yeon-hwa berencana bekerja keras agar bisa menjadi seseorang yang mampu secara financial, mempelajari keahlian tertentu dan mendapat sertifikat, dan akhirnya bisa menjadi Warga. Ia berencana pergi mencari ayahnya dan membawa pulang adik-adiknya dari panti asuhan. Namun, bekerja siang dan malam tetap tidak menambah jumlah tabungannya di bank, dan pekerjaan remeh dan tidak membutuhkan kualifikasi atau keahlian.
  8. Konspirasi – kecelakaa kerja – kematian. Rekan-rekan ibu Jin-kyeong dari perusahaan jasa pindahanlah yang menangis. Mereka adalah pri-pria paruh baya yang sama sekali tidak berkomunikasi atau berhubungan dengan ibu Jin-kyeong di luar jam kerja. Sepertinya pekerjaan yang berat, kecelakaan yang mendadak, dan pemeriksaan yang dilakukan pihak kepolisian membuat mereka begitu gugup dan tegang sampai air mata mereka tumpah. Mungkin mereka juga takut karena tidak ada yang bisa mereka lakukan jika hal-hal itu benar terjadi. Mereka menggenggam tangan Jin-kyeog dan Do-kyeong yang kurus untuk waktu yang lama. Pemilik perusahaan jasa pindahan, yang datang ke upacara pemakaman setelah menghadiri pemeriksaan polisi sebagai saksi, menyatakan bahwa kematian ibu Jin-kyeong adalah akibat bunuh diri, bukan kecelakaan, dan bahwa kematian ibu Jin-kyeong memag sangat disayangkan, tetapi perusahaan tidak bisa melakukan apa pun selain menyampaikan belasungkawa.   
  9. Penyakit. Orang-orang dari Departemen Kesehatan secara teratur mengunjugi Mansion untuk memeriksa kondisi bayi-bayi yang baru lahir dan memberi mereka suntikan imunisasi seadanya. Namun, hanya itu yang mereka lakukan. Jika tidak mengidap penyakit menular yang menuntut perhatian langsung, anak-anak itu tidak akan menerima perawatan apa pun. Para dokter datang dan memeriksa anak-anak itu dengan seksama, melakukan tes darah, dengan ramah menjelaskan kepada para orangtua penyakit apa yang diderita anak-anak mereka dan apa prognosisnya.
  10. Tempat tinggal. Tidak punya tempat tujuan atau pekerjaan, Yeon-hwa turun ke halaman depan Mansion dan duduk di jungkat-jungkit yang berderit-derit. Tiba-tiba air matanya mengucur dan ia cepat-cepat meutup wajah dengan tangan. Pekerjaannya semakin berat seiring waktu berlalu, dan sepertinya ia tidak akan bisa berkumpul kembali dengan keluarganya karena tidak sanggup menabung cukup banyak uang.
  11. Pernikahan. Menikah dengan seorang Warga Town. Wanita yang menikah dengan Warga bisa ikut menjadi Warga atas jaminan suaminya. Itu jalan terakhir yang diambil para pria Town yang ingin menikah tetapi tidak bisa. Sebagai Warga, para pria itu sama sekali tidak memiliki kekurangan dalam hal financial atau kedudukan sosial. Hanya saja, sebagian besar dari mereka sudah terlalu tua, memiliki cacat fisik parah, sakit-sakitan atau menginginkan budaya keluarga, kondisi tempat tinggal, dan bentuk perkawinan yang sama sekali tidak masuk akal.
  12. Pajak. Do-kyeong sebenarya memiliki keahlian melukis. Tapi selama ini Su mengaku yang melukis foto-foto klien demi menghindari pajak dan juga karena Do-kyeog tidak bisa membuka rekening di bank karena status warganya.
  13. Wabah. Ada wabah penyakit pernapasan baru yang sedang berlangsung di luar Saha Mansion. Tidak seorang pun penghuni Mansion yang terjangkiti, tetapi pada saat pandemi mulai surut, seorang wanita hamil, yang konon sudah sembuh, datang ke Mansion dan timbullah gejala penyakit di sana. Kasus ini mengingatkan kita akan pandemi yang terjadi selama dua tahun ini yang melanda hampir seluruh dunia.
  14. Aborsi. Negara utama hanya memberikan izin yang sangat terbatas untuk praktik aborsi. Aborsi hanya mungkin dilakukan apabila kedua orangtua mengidap penyakit menular atau penyakit keturunan, dan apabila kesehatan wanita yang sedang hamil terancam sehingga kehamilannya harus dihentikan. Para wanita hamil bahkan dilarang melakukan aborsi walaupun kehamilan mereka masih sangat awal. Hukuman untuk aborsi sangat berat. Jika tertangkap, wanita hamil itu akan dipenjara atau didenda, dan orang yang melakukan prosedur aborsi itu akan dihukum penjara. Izin praktik para medis itu pun juga akan dicabut.

Beberapa selipan sindiran halus dalam buku ini:

  1. Ketika masih seusiamu, aku juga tidak bisa melakukan hal ini. Tapi, ini bukan sesuatu yang memalukan. (hlm. 13)
  2. Ini pekerjaan yang menghasilkan uang. Kita harus menghasilkan banyak uang. (hlm. 13)
  3. Melakukan sesuatu ketika sedang panic tidak akan membantu sama sekali. (hlm. 18)
  4. Kau mau aku menerima kembali obat yang sudah punya bekas keringatmu? (hlm. 65)
  5. Dan aku tidak mengerti kenapa orang-orang seperti kita, yang tidak akan kehilangan apa pun, tidak melakukan sesuatu seperti itu? (hlm. 66)
  6. Berjalan sendirian pasti membosankan. (hlm. 141)

Keterangan Buku:

Judul                     : Mansion

Penulis                 : Cho Nam Joo

Alih bahasa         : lingliana

Editor                    : Juliana Tan

Desain cover      : Martin Dima

Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama

Terbit                    : 2021

Tebal                     : 296 hlm.

ISBN                      : 9786020650661

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s