
“Ketika kita lupa memperhatikan diri sendiri, maka kita mungkin tidak memperhatikan lagi apa yang terbaik bagi hidup kita. Jika satu-satuya manfaat dari tantangan ini adalah membantu kita dalam memperhatikan banyak hal tentang diri kita, maka tak ada alasan untuk tidak mencobanya.” (hlm. 65)
Kalau kita merenung sejenak, kita akan bisa mengenali hati kita, termasuk apa yang diperlukan untuk membahagiakannya. Kita akan tahu apa yang paling kita butuhkan jika kita mau mendengarkan dan mempercayai hati kita. Kita tidak akan bisa mengenali emosi kita selama pikiran kita masih dikacaukan oleh barang-barang yang terus kita masih dikacaukan oleh barang-barang yang terus kita beli. Sebaliknya, ketika kita mulai memiliki ruang setelah menyingkirkan sebagian barang-barang, kita akan mulai ingat siapa diri kita sebenarnya.
Ada lima keuntungan dari lebih sedikit pakaian:
- Uang: komitmen pada Project 333 bukan cuma komitmen untuk berpakaian lebih sedikit, melainkan untuk berhenti belaja (pakaian) selama 3 bulan. Mungkin kita pikir uang yang kita keluarkan untuk membeli sepatu, pakaian, aksesori, ataupun perhiasan, tidaklah seberapa. Namun, kita akan terkejut menyadari betapa barang-barang tersebut dapat cukup berpengaruh pada keuangan kita.
- Waktu: berapa banyak waktu yang kita gunakan untuk berbelanja pakaian bulan lalu? Berapa lama pula waktu kita yang habis untuk memeriksa surel berisi tawaran diskon atau mencoba pakaian baru yang belum kita punya? Belum lagi waktu yang kita habiskan untuk berpakaian tiap pagi. Sekarang, tambahkan dengan waktu yang kita gunakan untuk membayangkan pembelian yang lalu atau yang berikutnya. Dalam 3 bulan, kita akan mendapatkan semua waktu itu kembali.
- Ruang: meski kita tidak ingin segera membuang barang yang berlebihan itu, setidaknya semua itu akan segera lenyap dari pandangan kita. Kita telah membersihkan kekacauan dalam lemari hingga kita bisa mendapatkan kembali ketenangan fisik dan mental kita.
- Kejelasan: setelah memilih 33 pakaian, kita tidak perlu lagi menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memilih pakaian selama 3 bulan ke depan, kita tidak perlu memikirkan soal diskon, apa yang perlu dibeli, atau apa yang hilang dari lemari. 33 pilihan itu akan member kita kejelasan mengenai apa yang benar-benar penting bagi kita.
- Kebebasan: membuka lemari mungkin akan mengingatkan kita pada cicilan dan ketidakpuasan. Apa pakaian yang tidak muat lagi, yang tidak pernah dipakai, yang terlalu mahal, dan bahkan yang label harganya masih menempel. Rasa bersalah dan emosi lainnya akan hilang bersamaan dengan barang yang kita eliminasi.
Ada beberapa hal yang bisa kita hindari perkara pakaian:
- Pakaian yang sudah tidak muat.
- Pakaian pemberian orang yang tidak pernah kita pakai.
- Pakaian yang tidak cocok dengan gaya hidup kita/
- Pakaian yang terlalu mahal
Dari buku ini juga dapat pengetahuan seputaran dampak dari fashion:
- Masyarakat dunia mengonsumsi sekitar 80 miliar helai pakaian baru setiap tahunnya.
- 95% pakaian yang dibuang bisa didaur ulang atau digunakan kembali.
- Jumlah air yang digunakan dalam produksi pakaian di seluruh dunia setiap tahunnya cukup untuk mengisi 32 juta kolam renang Olimpiade. Padahal, ada 1,1 miliar orang yang kekurangan akses air bersih.
- Pekerja di pabrik kaus harus menerima upah yang kurang layak. Padahal, bila upah mereka dinaikkan, harga kausnya tidak akan jadi terlalu mahal.
- Bila pakaian kita bisa awet selama 9 bulan, kita bisa mengurangi jejak karbon, air, dan limbah sebesar 20 sampai 30 persen.
- Pakaian yang terbuat dari poliester biasa butuh 200 tahun untuk terurai di tempat pembuangan akhir.
- Jumlah air yang dibutuhkan untuk membuat sebuah celana jins sama dengan jumlah air yang dipakai untuk menyiram toilet selama 3 tahun.
- Di Amerika Serikat, para wanita rata-rata hanya mengenakan 20 persen isi lemari mereka.
Perubahan memang tidak selalu mudah. Bahkan, bisa jadi sangat menyulitkan. Namun, jika kita mau berubah dengan perlahan dan sungguh-sungguh, semua akan jadi lebih mudah. Bersabarlah sembari tetap mencari tahu bagaimana kita ingin mengubah segala hal di dalam lemari maupun hidup kita. Banyaklah mencari tahu tentang diri sendiri atau orang-orang yang sudah berhasil melakukan perubahan.
95% pakaian sebenarnya dapat didaur ulang atau digunakan kembali. Membuang memang jauh lebih mudah, tapi jika kita mau berusaha berpikir kreatif, ada beragam cara untuk menyingkirkan pakaian kita. Jangan terus menyimpan barang tak terpakai hanya karena takut menambah jumlah limbah. Daripada terus menerus menyimpanya, akan lebih baik kalau kita mendaur ulangnya jadi barang yang lebih bermanfaat atau mendonasikannya pada yang lebih membutuhkan. Itu akan mempunyai dampak yang lebih positif bagi kita dan orang-orang atau lingkungan di sekitar kita.
Ketika kita pindah ke rumah baru, atau baru saja merapikan rumah, jangan terburu-buru membeli barang “yang seharusnya” ada di setiap ruangan. Nikmatilah kekosongan di tiap ruang, sembari merencanakan dengan cermat apa yang kita inginkan atau butuhkan. Barang yang nantinya benar-benar kita pilih, usahakan untuk lebih sedikit dari yang kita rencanakan. Tidak perlu membuat semua ruangan jadi penuh.
Ketika kita merapikan lemari dan menemukan gantungan baju yang kosong, itu bukan pertanda kalau kita harus membeli baju baru. Kurangi pakaian kita dan temukan makna ‘cukup’ dalam hidup kita. Pakailah dengan lebih sedikit dan pilihlah makna kata ‘cukup’ bagi kita. Jangan penuhi lemari kita dengan pakaian yang tidak cocok dengan tubuh ataupun gaya hidup kita.
Biarkan sejenak adanya ruang tambahan di dalam rumah, lemari, kalender, pikiran dan hati kita. Kekosongan memang terasa tidak nyaman pada awalnya, tetapi justru di situlah jawabannya akan ditemukan. Pada waktunya, kita akan benar-benar punya ruang untuk apa yang sesungguhnya kita inginkan dan butuhkan.
Jika kita merasa keberatan untuk menyingkirkan apa pun yang sebenarnya pantas disingkirkan, tarik napas dalam-dalam. Teguhkan diri untuk memilih mana yang harus disimpan dan disumbangkan, jangan lupa temukan alasan kenapa kita harus menyimpan atau menyingkirkannya. Belajar merelakan untuk menata kekacauan memang menantang, tetapi kita bisa menyederhanakan prosesnya dengan membuat panduan sehingga kita tahu mana yang perlu disumbangkan, dijual, atau disimpan.
Apabila kita tidak punya utang, tapi memiliki waktu lebih, kita juga bisa menjual barang-barang tak terpakai kita untuk memanfaatkan waktu kita yang berlebih itu. Bila kita tidak punya banyak waktu, tidak ingin diganggu, atau ada hal lain yang lebih penting untuk dilakukan.
Kita ingin menciptakan ruang yang lebih lapang sesegera mungkin. Cara tercepat menyingkirkan barang adalah dengan menyumbangkannya. Masukkan ke dalam kardus, dan singkirkan dengan membawanya ke pusat donasi terdekat, seperti ke panti asuhan.
Membaca buku ini akan membantu kita dalam memulai dan melakukan tantangan ini. Caranya:
- Ambil semua pakaian dari lemari, laci dan kotak penyimpanan, kemudian tumpahkan semuanya di satu tempat. Semua pakaian kita harus terkumpul di satu tempat tersebut. Tempat tidur akan jadi pilihan sempurna agar kita terdorong untuk menyelesaikanya sebelum malam atau waktu tidur. Atau, kita bisa memilih tempat lain agar bisa lebih bebas untuk membereskannya sampai dua hari, tapi jangan terlalu lama sebab itu akan memengaruhi pikiran kita.
- Buat tiga tumpukan pakaian:
- SIMPAN: Tumpukan pakaian kesukaan kita yang pasti masih terpakai.
- SINGKIRKAN. Tumpukan pakaian yang tidak pas, tidak nyaman, tidak bagus di badan kita, atau yang sudah lama tidak terpakai. Nanti, kita bisa putuskan lagi mana yang akan disumbangkan, didaur ulang, atau dibuang.
- MERAGUKAN. Ini adalah tumpukan untuk pakaian yang kita tidak yakin apakah akan terpakai lagi atau tidak. Jangan terkejut kalau tumpukan ini akan jadi tumpukan yang paling tinggi.
- Pilihlah 33 barang dan pakaian, lalu simpan barang-barang lainnya ke sebuah kotak atau kardus, segel dengan selotip, dan singkirkan. Jangan dibuang, sembunyikan saja dulu. Tanamkan dalam pikiran kita bahwa dalam 3 bulan ke depan kita akan menciptakan tatanan lemari baru untuk kebaikan hidup serta pekerjaan kita, sekaligus untuk bersenang-senang. Ini bukanlah proyek penderitaan. Kalau memang ada pakaian yang sudah tidak pas atau tidak layak pakai, singkirkan.
Menyadari kalau ‘nanti’ berarti ‘tidak akan pernah’ akan membantu kita berhenti menunda menyingkirkan yang tak terpakai, mulai merelakannya, dan berhenti hidup dalam rasa takut untuk tidak memiliki sesuatu. Saat kita bisa untuk tidak lagi berpikir ‘nanti saya akan membutuhkannya’, kita akan mulai bisa membuat hidup kita lebih berarti dengan cara berbagi.
Ingatlah, kita menyingkirkan barang-barang tak terpakai kita bukan untuk member tempat bagi barang-barang baru kita, melainkan untuk hidup kita sendiri.
Meski kita punya ratusan barang di lemari, cuma sedikit yang kita pakai. 33 itu sebenarnya cukup sebagian besar dari kita, tetapi jumlah itu bisa ditoleransi. Jika kita lebih suka melakukan Project 353 atau 342, silahkan. Eksperimen ini akan berhasil selama kita bisa membatasi diri dan memahami arti kata ‘cukup’. Namun, jangan terkejut kalau ternyata 33 pakaian dan barang kita tidak terpakai semuanya.
Dengan meminimalkan daftar pakaian untuk dipakai selama 3 bulan, kita akan bisa dengan mudah memilih pakaian favorit tanpa perlu dipusingkan oleh pilihan-pilihan lainnya. Hemat tenaga pikiran kita untuk sesuatu yang lebih penting dan kreatif. Simpan pikiran kita untuk pilihan yang lebih penting, ide kreatif, dan pemecahan masalah dalam keseharian kita. Saat kita bisa membatasi mana yang penting dan mana yang tidak, kita akan punya lebih banyak waktu untuk mengurus hal yang jauh lebih penting.
Pola hidup minimalis adalah jalan terbaik untuk membentuk diri kita jadi pribadi yang lebih baik. Dan Project 333 adalah tantangan yang bisa membuat jalan itu terasa lebih mudah. Bersenang-senanglah saat menjalani proyek ini, dan biarkan solusi demi solusi datang dengan sendirinya. Memang ada beberapa peraturan dalam proyek ini, tapi itu dimaksudkan untuk mempermudah kita, bukan supaya kita bisa menjalani Project 333 dengan sempurna.
Apa yang orang lain pikirkan tentang diri kita, sebenarnya adalah apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri. Dengan melihat segala sesuatunya secara utuh tanpa mengkhawatirkan kesempurnaan, kita harus berani mencoba berbagai hal meski tidak tahu caranya dan peluang keberhasilannya. Ingat, tujuan dari Project 333 bukanlah agar kita bisa menciptakan lemari kapsul yang sempurna, melainkan agar kita bisa punya ruang bebas untuk bernapas. Jadi, dalam proyek ini, yang kita maksud dengan kupu-kupu bukanlah pakaian atau isi lemari kita, melainkan diri kita sendiri yang lebih bebas.
Keterangan Buku:
Judul : Sedikit itu Cukup
Penulis : Courtney Carver
Editor : Bimo Logo
Alih bahasa : Datafaogo Stevanus
Desainer grafis : Pugpigpow
Illustrator : Dimas Aryobimo
Tata isi : Maulida Rahmawati
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 2022
Tebal : 277 hlm.
ISBN : 97862305733