Uncategorized

REVIEW Menyebar Semangat Sejarah Lokal: Sehimpun Tulisan dari Lampung

Satu lagi buku bertema tentang sejarah Lampung. Kali ini hasil baca dari koleksi di Dinas Perpustakaan & Arsip Daerah, Lampung. Buku-buku seperti ini sayangnya dijual terbatas, jadi bagi kami masyarat umum susah sekali untuk memilikinya.

KESEHATAN. Sejak tahun 1936 serangan kolera, disentri, malaria adalah kasus yang paling banyak menyita perhatian, dan tentu nyawa para kolonis. Meski demikian, pemerintah ketika itu melaporkan jumlah kasus dapat ditekan secara perlahan setiap tahunnya, seiring dengan membaiknya sanitasi dan perkembangan ruang pemukiman di wilayah ini.

DOKTERSWONING. Mas Soemarno Hadiwinoto tercatat sebagai dokter pertama yang menempati bangunan Dokterswoning. Pengangkatannya sebagai dokter kolonisasi dimulai sejak April 1930, dan bertugas di Metro, pusat Koloniasasi Sukadana. Akan tetapi karena rumah dinas untuknya belum selesai dibangun, maka sementara waktu ia tinggal dan menjalankan tugasnya di Gedongtataan.

Dokter Soemarno bertugas dibantu dengan 13 orang mantri juru rawat, 1 orang mantri malaria, 80 orang petugas pembagi kina, 2 orang pembantu klinik, dan 1 orang bidan. Dokterswoning masih menjadi kediamannya hingga memasuki era kemerdekaan, dan berkiprah bersama pejuang dan laskar rakyat di Metro dalam mempertahankan kemerdekaan di wilayah Metro pada era Revolusi Fisik.

Ciri khas bangunan kolonial Indis yang ada pada Dokterswoning diantaranya terlihat pada fasad yang simetris, penggunaan lantai berbahan tegel dengan pola hias abstrak membentuk bingkai persegi pada bagian tepi , adanya gewel (gevel) pada fasad yang berbentuk segitiga (pediment), dan ornamen batu-batu andesit pada dinding bagian luar. Bangunan Dokterswoning memiliki serambi di bagian depan yang beratap, disangga dengan kolom (tinggi) kayu di atas balustrade (pagar) dengan ornamen batu andesit.

 Dijelaskan pada halaman 3, sebagai ruang kota, Metro ditata sedemikian rupa, lokasi-lokasi pembangunan sarana prasarana layaknya perkotaan direncanakan. Seperti rumah kontrolir (controleur), rumah asisten kontrolir (aspirant controleur), rumah dokter pemerintah (dokterswoning), rumah sakit pemerintah (gouvernements-ziekenhuis), kantor administrasi nasional (Binnenlandsch bestur kantoor), kantor pekerjaan umum irigasi (Waterstaats-kantoor), kawasan perumahan pegawai rendah (Woningen kleine ambtenaren geprojecteerd), kawasan pemukiman Eropa (Europeeesche woonwijk), bank pengkreditan rakyat (Algemeene volkscrediet Bank), sekolah (school), masjid (moskee), kantor pos pembantu (hulfpost kantoor), area untuk Missie, barak dan penjara, serta lokasi pemakaman terpisah. Nah, ini sebenarnya bisa menjadi lahan untuk digarap menjadi buku tersendiri. Misal, sudah ada buku yang terbit khusus membahas dokterswoning. Nah, semoga kedepannya juga ada buku-buku yang membahas tentang sarana prasarana lainnya yang tak kalah menarik, seperti rumah kontrolir, rumah sakit pemerintah dan sebagainya.

PRINGSEWU. Memiliki luas wilayah 625 km2 dengan 9 kecamatan yang terdiri dari 5 kelurahan dan 126 desa. Pringsewu merupakan daerah perluasan kolonisasi masyarakat Jawa di Lampung yang merupakan aplikasi dari  kebijakan politik etis yang terdiri dari edukasi, irigasi dan emigrasi.

Talang air yang berada di desa Pajaresuk, Pringsewu pertama kali dibangun tahun 1928 ketika program kolonisasi oleh pemerintah Hindia Belanda. Fungsi dari talang air ini adalah menghubungkan aliran air dari irigasi Way Tebu ke lokasi lahan pertanian yang ada di wilayah Pringsewu. Di samping sebagai aliran air, pada perkembangannya saat ini, talang air tersebut dimanfaatkan sebagai jembatan untuk pejalan kaki ataupun kendaraan roda dua. Lebih dari itu, oleh komunitas atau Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Pajaresuk, Talang Air ini dimanfaatkan sebagai objek wisata sejarah.

SANTA MARIA. Rumah sakit bersalin ini berdiri sejak 1938 yang pada awalnya adalah bangunan klinik kesehatan yakni Roomsch Katholieke Missie, Santa Maria terletak di tengah-tengah Kota Metro, di sebelah Gereja Hati Kudus dan tepat diseberang pojok kanan Taman Merdeka, adalah rumah sakit tertua yang didirikan dengan nama St. Elisabeth atas prakarsa suster-suster Fransiskan di bawah penanganan Pastor M. Neilen, SCJ, sekaligus sebagai imam gereja pertama yang tinggal di Kota Metro, setelah dibukanya stasi misi kedua di luar Tanjungkarang, pada tanggal 1 Februari 1937, Metro sendiri menjadi stasi misi kedua yang dibuka di luar Tanjungkarang. Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Metro nomor 408/KPTS/D-01/2021 tanggal 2 Juni 2021, Klinik Santa Maria ditetapkan statusnya menjadi Bangunan Cagar Budaya.

Meski sekarang sudah ada beberapa rumah sakit yang ada di Kota Metro, belum bisa ada yang bisa menggeser Santa Maria dalam hal pelayanan. Aku dan adik-adik kebetulan berempat semuanya lahir di Santa Maria. Memang sangat berbeda sekali pelayanannya. Kenapa? Suster-suster di sini sangat ramah-ramah dibandingkan dengan perawat di rumah sakit lainnya. Dan itu masih konsisten sampai sekarang.

Untuk Santa Maria yang sejak 26 Juli 2013 sudah berganti nama menjadi Klinik Bersalin dan Rawat Inap Utama ini, sudah ada buku khusus yang membahas ini. Masih belum kesampaian membaca buku yang membahas Santa Maria ini.

KOTA METRO. Dijelaskan pada halaman 3, sebagai ruang kota, Metro ditata sedemikian rupa, lokasi-lokasi pembangunan sarana prasarana layaknya perkotaan direncanakan. Seperti rumah kontrolir (controleur), rumah asisten kontrolir (aspirant controleur), rumah dokter pemerintah (dokterswoning), rumah sakit pemerintah (gouvernements-ziekenhuis), kantor administrasi nasional (Binnenlandsch bestur kantoor), kantor pekerjaan umum irigasi (Waterstaats-kantoor), kawasan perumahan pegawai rendah (Woningen kleine ambtenaren geprojecteerd), kawasan pemukiman Eropa (Europeeesche woonwijk), bank pengkreditan rakyat (Algemeene volkscrediet Bank), sekolah (school), masjid (moskee), kantor pos pembantu (hulfpost kantoor), area untuk Missie, barak dan penjara, serta lokasi pemakaman terpisah. Nah, ini sebenarnya bisa menjadi lahan untuk digarap menjadi buku tersendiri. Misal, sudah ada buku yang terbit khusus membahas dokterswoning. Nah, semoga kedepannya juga ada buku-buku yang membahas tentang sarana prasarana lainnya yang tak kalah menarik, seperti rumah kontrolir, rumah sakit pemerintah dan sebagainya.

DASWATI. Merupakan singkatan dari Daerah Swantra Tingkat. Sebutan untuk Kota Bandar Lampung, dulu disebut DASWATI 1. Rumah Daswati ini menjadi saksi bisu peristiwa Kolonel Achmad Ibrahim. Bangunan ini dahulunya juga berfungsi sebagai kantor Front Nasional (FN), sebuah organisasi massa yang dibentuk oleh presiden Ir. Soekarno. Rumah Daswati ini sayangnya tidak terselamatkan. Beberapa tahun yang lalu, sempat menuai pro kontra ketika bangunan ini sudah menjadi milik pribadi. Seharusnya pemerintah Bandar Lampung bergerak cepat menjadikannya sebagai cagar budaya seperti yang dilakukan oleh pemerintah Kota Metro yang menjadikan Santa Maria dan Dokterswoning sebagai cagar budaya.

Keterangan Buku:

Judul                     : Menyebar Semangat Sejarah Lokal: Sehimpun Tulisan dari Lampung

Penulis                 : Adi Setiawan, Barnas Rasmana, Diana Lisa, Hidayatullah, Rabbani, Kian Amboro, Muhammad Rendra S., Oki Hajiansyah Wahab, Pandu Pinuju Widodo, Rizky Khairina, Utara Setia Nugraha, Willy Alfarius

Editor                    : Arman AZ

Desain cover      : Team Aura Creative

Penerbit              : AURA

Terbit                    : 135 hlm.

Tebal                     : Agustus 2021

ISBN                      : 978-623-211-267-4

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s