Sesuai judulnya, buku ini membahahas mengenai sejarah Metro pada era kolonisasi tahun 1935-1942. Untuk memudahkan dalam pemahaman sejarah Metro era kolonisasi terdapat beberapa bagian. Bagian pertama, yakni pendahuluan membahas mengenai latar belakang program kolonisasi. Bagian ketiga, yakni kebijakan kolonisasi di Daerah Lampung, membahas mengenai pelaksanaan kolonisasi yang membahas maksud tersembunyi dilakukannya kolonisasi. Pada bagian keempat, membahas sistem-sistem kolonisasi dari buku ini membahas secara khusus mengenai sistem kolonisasi yang terdiri dari sistem kolonisasi dengan biaya dari pemerintah, sistem koloniasasi dengan biaya utang, sistem bawon dan sistem keluarga. Bagian ini membahas juga ketentuan-ketentuan yang diatur oleh Residen H.R. Rookmaaker bagi para kolonis. Bagian kelima membahas tentang perluasan kolonisasi dan sejarah terbentuknya Metro. Membahas mengenai permukiman baru di wilayah Trimurjo dan pembahasan yang lebih fokus pada wilayah Metro sebagai daerah kolonisasi. Bagian keenam, kehidupan sosial kolonis Jawa di Metro membahas mengenai aspek kesehatan, infrastruktur di daerah kolonisasi, geliat perusahaan di daerah Metro terutama mengenai penggilingan padi serta kebudayaan Jawa di daerah kolonisasi sebagai pelipur kerinduan bagi para kolonis. Bagian ketujuh, menjelaskan mengenai sistem pemerintahan dan pendidikan masa kolonisasi di Metro. Bagian kedelapan membahas aspek keagamaan di Metro tahun 1935-1942. Dan bagian akhir disajikan foto-foto Metro pada era kolonisasi untuk melengkapi gambaran mengenai sejarah Metro era kolonisasi.
Continue reading “REVIEW Metro Tempo Dulu”Category: Uncategorized
REVIEW Menyebar Semangat Sejarah Lokal: Sehimpun Tulisan dari Lampung
Satu lagi buku bertema tentang sejarah Lampung. Kali ini hasil baca dari koleksi di Dinas Perpustakaan & Arsip Daerah, Lampung. Buku-buku seperti ini sayangnya dijual terbatas, jadi bagi kami masyarat umum susah sekali untuk memilikinya.
Continue reading “REVIEW Menyebar Semangat Sejarah Lokal: Sehimpun Tulisan dari Lampung”REVIEW Matinya Pendidikan
Tuhan teknologi. Tuhan ilmu pengetahuan berbicara kepada kita mengenai pemahaman sekaligus kekuatan, sedangkan tuhan teknologi hanya berbicara sekaligus kekuatan. Tuhan teknologi menghancurkan penegasan dari Tuhan secara agama bahwa surga hanyalah sebuah penghargaan atau karunia yang diterima sesudah mati. Tuhan teknologi menawarkan hal-hal yang menyenangkan dalam hidup, efisiensi, dan kemakmuran pada saat ini dan di sini, serta menawarkan kemanfaatannya untuk semua, kepada orang kaya juga kepada yang miskin, sebagaimana hanyla yang dilakukan oleh Tuhan agama. Namun, Tuhan teknologi berjalan sangat jauh. Karena dia tidak sekedar memberikan kesenangan pada yang miskin, maka dia menjanjikan bahwa melalui pengabdian kepadanya, orang miskin itu akan menjadi kaya.
Continue reading “REVIEW Matinya Pendidikan”REVIEW Sedikit itu Cukup

“Ketika kita lupa memperhatikan diri sendiri, maka kita mungkin tidak memperhatikan lagi apa yang terbaik bagi hidup kita. Jika satu-satuya manfaat dari tantangan ini adalah membantu kita dalam memperhatikan banyak hal tentang diri kita, maka tak ada alasan untuk tidak mencobanya.” (hlm. 65)
Continue reading “REVIEW Sedikit itu Cukup”Daftar Bacaan 2022
“Tuhan tidak akan memaksa seorang hamba untuk mengerjakan ujian di luar batas kesanggupan.” (hlm. 54)
Continue reading “Daftar Bacaan 2022”REVIEW Tak Apa-apa Tak Jadi Apa-apa
“Garis takdir yang diberikan Tuhan tak sepenuhnya membahagiakan. Ada kalanya jalan itu dipenuhi keburukan.” (hlm. 113)
Continue reading “REVIEW Tak Apa-apa Tak Jadi Apa-apa”REVIEW Baca Buku Ini Saat Engkau Lelah
“Kehidupan masa kanak-kanak akan kita bawa sepanjang hidup, seperti sebuah konsep cetak biru; berisi keterkaitan emosi yang muncul kemudian. Keluarga yang saling membahagiakan dan saling mendidik adalah tempat kita belajar tentang perasaan, mana yang bisa diterima, mana yang memadai, dan perasaan mana yang sama sekali tidak boleh kita miliki. “ (hlm. 134)
Continue reading “REVIEW Baca Buku Ini Saat Engkau Lelah”REVIEW Mansion
“Kini aku ingin hidup dengan pantas, bukan seperti ulat, atau ngengat, atau kaktus.” (hlm. 92)
Continue reading “REVIEW Mansion”REVIEW Tak Apa untuk Merasa Tak Baik-baik Saja
Kita tidak berbicara tentang pagar batas yang rapuh; kita mendirikan ‘pagar listrik’. Kamu bisa membuat gerbang di tengahnya, kita harus sangat hati-hati ketika ingin membukanya. Ingatlah, kita mengajarkan kepada orang-orang bagaimana mereka harus memperlakukan diri mereka sendiri dengan cara menunjukkan bagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri, dan jika kita tidak terbiasa untuk mendirikan atau menentukan batasan, maka kita akan merasa itu sangat sulit dilakukan pada awalnya. Meskipun sebenarnya tidak sesulit itu.
Continue reading “REVIEW Tak Apa untuk Merasa Tak Baik-baik Saja”REVIEW Gempa Literasi
Reading society menjadi prasarat utama menuju advance society. Kenyataan bahwa Indonesia kurang buku. Di tahun 2009 saja yang saat itu masih berpenduduk 225 juta baru bisa memproduksi 8.000 judul buku per tahun. Artinya di Indonesia saat itu hanya ada 35 judul buku per 1 juta penduduk. Sekarang lebih memprihatinkan lagi, jika kita sering mengikuti webinar-webinar yang diadakan oleh Perpusnas RI, Bapak Syarief Bando sering menjelaskan jika perbandingan satu buku ditunggu 90 orang. Jadi selain darurat membaca, sebenarnya Indonesia juga darurat buku.
Continue reading “REVIEW Gempa Literasi”