Uncategorized

REVIEW Bu, Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini

Setiap orang berhadapan dengan gelombang hidup masing-masing. Bisa jadi, gelombang hidup itu yang membuatnya kuat. (hlm. 127)

Bercerita tentang Pak Tua. Tinggal bersama istrinya. Hidup mereka begitu sederhana. Istrinya hanya ibu rumah tangga yang sejak awal diminta tidak bekerja oleh Pak Tua –dosen pensiunan yang sepanjang kariernya tidak pernah menjadi pejabat karena memang tidak ingin. Ia merasa, lembaga pendidikan tempatnya bekerja bukan lembaga pendidikan yang jujur soal uang dan itu tidak bisa diterima oleh hati nuraninya. Ia memilih menjadi dosen biasa sampai masa pensiun. Waktu makan malam bersama biasanya membuat mereka sering membahas sesuatu yang terasa sendu. Hal-hal yang membuat mereka sering terdiam beberap saat sebelum satu diantaranya mencoba mencairkan suasana lagi. Anak mereka satu-satunya pun tidak tinggal bersama mereka. Makin menambah rasa kesepian mereka di hari tua.

Sejak Boy Candra menerbitkan buku ini tahun lalu, aku sudah bertekad untuk membeli bukunya. Kenapa? Karena dari judulnya saja, sudah membuatku untuk tertarik membacanya. Kebetulan banget, pas bazar kewirausahaan di sekolah tahun lalu, ada stan Gramedia dan salah satu buku yang dipajang adalah buku ini. Jadi bisa beli buku ini tanpa jauh-jauh harus ke Bandar Lampung x)

Nggak ada yang perlu dimaafkan. Sekarang hidup yang kamu punya sepenuhnya milikmu. Kamu boleh mencoba hal-hal yang membuatmu merasa ingin mendapatkan pengalaman itu. pulang bisa kapan-kapan, kan? (hlm. 22)

Bukunya memang tipis, tapi bacanya bikin nyess. Apalagi untuk aku yang memang sudah tidak memiliki ibu. Sama halnya seperti Pak Tua dalam buku ini yang merasa kesepian sejak kehilangan ibunya dari kecil hingga usia senja, aku pun juga merasakan itu meski mama telah tiada sejak tujuh belas tahun yang lalu. Ada perasaan yang selalu menghinggapi: hampa :’)

Mungkin sudah saatnya kita belajar melepaskan anak kita pada perjalanan lebih jauh. Sudah saatnya kita belajar menemukan dunia baru tanpa kita. Sudah saatnya dia terbiasa menikmati hari-hari penting, tanpa kita. (hlm. 22)

Bacaan ringan ini cocok untuk dibaca saat hati sedang merasa capek dengan hidup. Dibaca sendirian di kamar, bahkan bisa menitikkan air mata saat membaca halaman demi halaman :’)

Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:

  1. Apakah hari-harimu kadang juga terasa buruk? Meski kau berusaha mengucapkan semua baik-baik saja. (hlm. 36)
  2. Makin dewasa aku makin sering menyembunyikan banyak hal ke dalam diriku sesuatu yang aku tahu tak ada yang mau mendengarnya seperti kau mendengarku. (hlm. 51)
  3. Sesekali jika aku ingin berteriak, melepaskan kecewaku, melepaskan marahku, semata karena aku hanya ingin jadi manusia. (hlm. 58)
  4. Rasa sabar bagaimana lagi yang belum kucoba? Kau mati muda dan aku bocah kecil tertinggal menghadapi badaiku sendirian saja sudah kulalui, rasa sabar seperti apalagi? (hlm. 58)
  5. Bu, kadang aku lelah sekali, tetapi aku tak tahu kau tidak suka aku datang padamu dengan cara paksa. (hlm. 64)
  6.  Bu, hidup ini kadang sial sekali, aku dituntut terus mengerti semua orang dan tidak ada yang mencoba mengerti aku. (hlm. 64)
  7. Bu, maaf jika doaku sering tak sampai padamu. Setiap hari aku terlalu sibuk sendiri. Aku selalu merasa dikerjai hidup. Aku tidak mengerti kenapa, tetapi jika tidak menyibukkan diri, aku merasa hampa sekali. (hlm. 70)
  8. Bu, setelah kau pergi, semuanya ikut pergi dari dunia ini. Sudah kucoba mengumpulkan serpihan yang tersisa, tetapi aku seringkali terluka. (hlm. 79)
  9. Bu, setelah kau pergi, semuanya terasa asing di dunia ini. Hari-hari aku menepi sendirian, jauh darimu rasanya, jauh sekali diriku rasanya. (hlm. 79)
  10. Bu, kalau nanti setelah aku di sana, kita tidak juga lekas bertemu, maaf ya. (hlm. 82)

Keterangan Buku:

Judul                                     :  Bu, Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini

Penulis                                 : Boy Candra

Penyelia naskah                               : Yayi Dewintya

Editor                                    : Linda Irawati

Ilustrasi                                                : Ragil Kurnia Pribadi

Tata letak                            : Studio Galuni

Desain kover                      : Kesampulan

Penerbit                              : Grasindo

Terbit                                    : 2023

Tebal                                     : 133 hlm.

ISBN                                      : 978-602-05-3028-4

Leave a comment