resensi

REVIEW Sadgenic

Jika rindu itu peluru, kulepas dalam bising yang menderu. Kuterjam habis menembus peparu.

Jika rindu itu peluru. Kutembakkan ke awan. Pecah ia menjadi hujan, dan membasahimu dengan kecupan.

Jika rindu itu peluru. Kutembaki sendiri kepalaku, yang terlalu penuh kamu.

Jika rindu itu peluru. Jangan bunuh aku dengan itu.

Jika rindu itu peluru, kuharap ia tak akan melukaimu. Tapi semua itu semu.

Karena, rinduku ini hanya peluru, tanpa senjata. Terakar di tangan, diam dan tak akan menujumu. Tenang saja aku tahu itu maumu.

Peluru ini kupegang di tangan, kusimpan hanya dalam angan. (hlm. 115)

Jika Rindu Itu Peluru salah satu tulisan favorit dalam buku ini. Itu pun belum seberapa. Masih banyak ribuan kata yang ditulis Rahne Putri yang tersebar dalam sadgenic. Buku ini merupakan kumpulan tulisannya yang ditulis di http://rahneputri.com/. Immortally mellow, silly & over-romantic, itulah tagline yang disuguhkan dalam blognya.

Jujur, inilah buku puisi yang saya miliki pertama. Saya kurang memahami bahasa puisi. Tapi saya begitu tertarik membaca kumpulan prosa dalam sadgenic ini. Membius kita dengan serbuan kata-kata romantis tapi tidak terkesan menye-menye. Rahne memikat kita dengan racikan kata yang ditanam dan tumbuh subur dalam kumpulan tumblrnya ini.

Sepertinya banyak yang setuju dengan pendapat saya di atas. Buktinya, buku yang saya pegang ini sudah memasuki cetakan kedua. Berbekal followersnya dalam akun twitter @rahneputri yang sudah menembus tiga puluh ribu ini, yakin banget bakal bisa memasuki cetakan ketiga, keempat dan seterusnya.

Aku bukannya menunggu, aku hanya menghitung detik-detik yang terlewatkan tanpamu.

Aku bukannya menunggu, aku hanya menyiapkan diri sampai benar-benar siap menyambutmu.

Aku bukannya menunggu, aku hanya berkawan waktu dengan terlalu akrab.

Aku bukannya menunggu, tapi lengan detik ini menyanderaku. Hingga kau datang bebaskanku dan kita bunuh waktu satu persatu.

Aku bukannya menunggu, aku hanya tahu dalam setiap detiknya selanhkah kaki menunjukku.

Aku bukannya menunggu, aku hanya sedang merajut doa bersama waktu.

Aku bukannya menunggu, aku hanya senang mengoleksi rasa rindu dan pada saat yang tepat akan kuhadiahkan padamu.

Aku bukannya menunggu. Aku hanya terlalu sibuk menyiapkan tempat untukmu.

Aku bukannya menunggu. Aku hanya menghitung waktu yang kuhabiskan tanpamu, lalu tersadar.

Bersamamu nanti, akan kunikmati sampai mati. (hlm. 105)

Ada juga duet maut antara Rahne dengan @zarryhendrik dalam tulisan Langitmu, Langitku, Itu Rindu yang so sweet bangeeett.. #ehm ˇ)-c<ˇ∨ˇ)

http://www.youtube.com/watch?v=QhaACrezy1I&feature=youtu.be

Dibandingkan dengan tulisannya di Cerita Sahabat (Gramedia Pustaka Utama, 2011) dan The Journeys 2 (GagasMedia, 2012), lebih menyukai tulisannya di buku ini. Sadgenic ini Rahne banget! Tidak hanya disuguhi kata-kata, tapi juga diselipi belasan ilustrasi yang ciamik! (ʃƪ´▽`) (´▽`ʃƪ)!

Kau dan aku adalah satu cerita,

Yang tak ingin habis kau baca. (hlm. 65)

Keterangan Buku:

Judul                                                    : Sadgenic

Penulis                                                  : Rahne Putri

Penyunting                                            : Natha Callista

Konsep & Pengembangan Desain         : Rizqa Abidin & Futih Al Jihadi

Eksekusi Desain Sampul                       : M. Faizal Fikri & Feransis

Eksekusi Lay Out                                 : Futih Al Jihadi, Ganjar Fachrudin

Penerbit                                                : Kurnia Esa

Terbit                                                   : Mei 2012

Tebal                                                    : 183 hlm.

ISBN                                                   : 978-602-7618-01-5

5 thoughts on “REVIEW Sadgenic”

Leave a comment