Uncategorized

REVIEW Hidup Tak Selalu Baik-baik Saja

Terkadang, apa yang tidak diunggah justru lebih indah karena ada hal-hal yang sebaiknya hanya kita nikmati bersama orang yang benar-benar kita sayang.

Sifat buruk orang lain bukan satu hal yang mudah. Pun juga tidak salah jika kita meyakini hal itu. Maka mulai hari ini mari kita ubah cara berpikir kita untuk lebih mencintai diri kita sendiri. Saat hati kita sudah tidak bisa menerimanya, jangan memaksakan.

Lelah ya memikirkan orang yang tidak pernah memikirkan kita. Lelah ya menyimpan perasaan pada orang yang tidak pernah menyimpan perasaan pada kita. Tapi kok bisa ya tetap bertahan? Itu kan pertanyaannya? Mungkin di antara kita ada yang dengan berani mengatakan, “Aku mencintaimu dengan keras kepala!”

Lalu apakah selanjutnya kita harus belajar membuka hati untuk orang lain? Yup, kenapa tidak? Di luar sana kita bisa melabuhkan hati kita pada yang lain. Hati yang juga akan menerima kita. #JLEB

Jangan keras kepala dan memaksakan perasaan orang yang memang tidak bisa bersama kita. Kita akan lelah. Padahal jika kita bersedia membuka hati untuk orang lain, kita mungkin akan lebih menyadari bahwa dunia ini tercipta dari rasa cinta. Kenapa rasa cinta? Karena banyak orang yang hanya karena mengalami kegagalan dalam urusan asmaranya, kemudian berpikir bahwa dunia ini tidak adil untuknya. Dunia ini tidak penuh cinta untuknya. Padahal, ia hanya perlu membuka hatinya seluas samudera dan menemukan hati yang lain. Hati yang akan selalu menerimanya.

Di antara kita mungkin ada yang keluarganya tidak baik-baik saja. Tapi sudahkah kita melakukan hal terbaik di tengah keluarga kita yang tidak baik-baik saja? Daripada mengeluh, marah, dendam, melampiaskan dengan melakukan hal-hal negatif, ada baiknya jika kita tetap melakukan hal-hal terbaik untuk diri kita sendiri.

Kenapa diri kita sendiri? Karena jika kita berada di posisi seperti ini, kita bisa saja terjerumus pada kehidupan yang salah karena merasa tidak memiliki siapa-siapa dan tidak diharapkan oleh siapa pun. Tapi kita harus ingat, bahwa masih ada diri kita sendiri yang ingin melihat hidup kita lebih baik.

Kita tidak bisa memilih dilahirkan di tengah keluarga yang seperti apa. Tapi jika mau, kita bisa memilih ingin menjadi seperti apa meski latar belakang keluarga tidak selalu mendukung. Bahkan kita bisa memilih ingin memiliki keluarga yang seperti apa ke depannya. Itu hanya soal keberanian kita menentukan jalan dan pilihan hidup kita. Aku juga termasuk orang yang hidupnya tidak selalu baik-baik saja. Aku juga lahir di keluarga yang tidak selalu baik-baik saja. Tapi aku sadar, aku bisa menyiapkan banyak pilihan untuk hal-hal yang bisa aku pilih.

Orang yang melakukan banyak hal untuk kita mungkin memang tidak meminta imbalan apa pun. Siapa pun dia, bahkan jika itu adalah anggota keluarga kita sendiri. Mereka mungkin tidak meminta apa pun. Tapi tidak bisakah kemudian kita menghargai apa yang sudah dilakukannya untuk kita? Sedikit saja kita menghargai kerja kerasnya. Sebab, banyak orang di luar sana mendapatkan banyak hal dari orang lain; entah itu bantuan tenaga maupun materi, tetapi kecuali penghargaan yang diberikan atau bahkan tidak sama sekali.

Belajar menghargai orang lain itu penting. Apalagi jika ia adalah orang yang sudah memberikan jasanya untuk kita. Orang yang karena kedatangannya menyelamatkan hidup kita kemudian.

Hidup memang tidak selalu baik-baik saja, makanya ada yang namanya kegagalan, ada langkah-langkah gagal yang terkadang membuat kita jatuh dan terpuruk. Tapi tolong jangan berkecil hati.

Saat kita berada pada fase gagal, jatuh dan sulit bangun pagi, terkadang kita merasa tidak tahu apa yang harus kita lakukan lagi. Akhirnya, kita hanya berdiam diri dan memberi jeda sejenak untuk diri kita. Setelah kegagalan, ternyata diri kita juga butuh jeda. Itu adalah cara terbaik untuk menenangkan diri supaya kita siap bangun lagi. Jadi, jangan memaksakan apa pun. Jangan memaksakan untuk buru-buru bangun setelah jatuh. Diri kita juga butuh jeda. Itu adalah cara terbaik untuk menenangkan diri supaya kita siap bangun pagi. Jadi, jangan memaksakan apa pun. Jangan memaksakan untuk buru-buru bangun setelah jatuh. Diri kita juga butuh jeda. Butuh istirahat untuk menyiapkan diri supaya kita bisa kembali berpikir menyusun langkah-langkah baru.

Percayalah, jika kita tidak segera berdamai dengan apa yang terjadi dalam hidup kita, jika kita tidak lekas memaafkan diri kita sendiri, kita akan merasa sangat lelah. Kita akan merasa sangat lelah dan tidak akan pernah melangkah. Kalaupun kita melangkah, kita akan diikuti ketakutan-ketakutan yang membuat langkah kita penuh kegelisahan.

Apa yang membuat kita kesepian bahkan di tengah keramaian? Pikiran kita. Bisa? Bisa. Pikiran itu terkadang bekerja lebih cepat hanya karena melihat sesuatu yang terkadang tidak sesuai harapan kita. Bahkan saat suasana hati kita sedang buruk. Tapi jika kita sebentar saja bersedia mendengarkan apa yang dikatakan hati, ada banyak kebaikan yang bisa kita dengar di sana. Sayangnya, banyak di antara kita yang akhirnya hanya mengambil tindakan berdasarkan apa yang kita pikirkan.

Saat kita mencintai diri kita sendiri, kita akan memikirkan kesehatan fisik dan mental kita, kita akan memikirkan kebahagiaan kita, kita akan dengan tegas mendelete segala sesuatu yang hanya membuat kita sakit. Dan itu semua butuh keberanian. Bukan hanya mencintai orang lain yang butuh keberanian. Mencintai diri sendiri pun lebih butuh keberanian karena mungkin kita akan mendengarkan kata-kata negatif dari orang lain.

Sadar nggak sih, terkadang kita itu tidak ingin sedih. Ingin hidup ini selalu bahagia saja. Tapi bagaimana pun usaha kita untuk membuat kita bahagia, pasti akan selalu ada hal-hal yang membuat kita sedih. Entah itu lingkungan kita, keluarga kita, saudara atau teman bergaul kita. Akhirnya, kita tetap akan bersinggungan dengan yang namanya kesedihan. Tapi yakinlah bahwa tidak ada sedih yang sia-sia. Setiap kesedihan yang kita lalui pasti bermakna.

Sejatinya, sedih itu mengajarkan kita untuk bersyukur setiap kali kita mendapatkan kebahagiaan sekecil apa pun. Dengan sedih, kita akan menyadari setiap kebahagiaan kecil yang kita dapatkan. Kita tidak akan lagi berpikir bahwa hidup kita kurang bahagia hanya karena kita menilai kebahagiaan kecil yang kita dapatkan itu bukan apa-apa.

Sayangnya yang terjadi adalah kita justru kerap merasa sendiri, paling menderita, seolah-olah cuma kita yang merasakan hidup yang tidak baik-baik saja. Kenapa begitu? Karena pikiran kita ikut andil ketika kita sedang merasa tidak baik-baik saja. Itu juga yang kemudian membuat kita merasa bahwa diri kita adalah yang paling tidak-baik saja.

Ternyata pikiran kita bekerja lebih cepat dalam memikirkan hal-hal negatif daripada hal-hal yang positif. Kita pun akhirnya harus pandai-pandai mengontrol pikiran kita dengan banyak memberikan asupan hal-hal yang positif.

Saat kita sedih dan kecewa, misalnya. Yakinlah bahwa sedih dan kecewa ini hanya sementara. Seperti hujan yang datang dan akan reda kemudian. Jangan membebani kesedihan dan kekecewaan dengan memikirkan hal-hal yang negatif. Itu akan membuat kita semakin kecewa.

Kecewa itu membuat kita tumbuh. Kecewa itu membuat kita belajar bahwa hidup bukan hanya soal keberhasilan saja. Kecewa itu membuat kita dewasa dan melihat hidup dengan kacamata yang berbeda. Kita memang harus mengucapkan terima kasih pada hidup yang tidak baik-baik saja ini. Sebab, sekuat apa pun kita menghindarinya, itu akan selalu ada di depan mata. Yang harus kita lakukan adalah menghadapinya. Itulah kenapa sebaiknya kita berterima kasih. Selain itu akan membuat kita lebih baik, juga akan membuat kita menyadari bahwa hidup yang tidak baik-baik saja ini juga diperlukan sebagai penyeimbang.

Setelah kita berhasil memupuk rasa cinta pada pekerjaan supaya selalu tumbuh, sepertinya bukan hal yang sulit untuk bisa fokus pada pencapaian. Ini adalah pencapaian versi kita, bukan versi orang lain. Sebab, jika kita membandingkan pencapaian versi kita dengan versi orang lain, yang ada kita tidak akan kemana-mana dan hanya disibukkan dengan apa yang dicapai oleh orang lain.

Sudah saatnya kita membuat target pencapaian kita masing-masing. Sudah saatnya kita fokus dengan kemampuan dan apa yang kita miliki. Kita tidak perlu lagi membandingkan diri kita dengan orang lain. Terlebih saat lingkungan kerja sudah kondusif, kita sudah nyaman dengan pekerjaan kita, jangan kemudian malah membuat masalah baru dengan membandingkan pencapaian kita dengan orang lain. Percayalah, itu akan membuat kita semakin lelah dan tidak percaya diri.

Meskipun hidup tidak selalu berjalan mulus, hidup tidak selalu baik-baik saja, tapi hidup juga tidak semengerikan itu asalkan kita selalu punya ritme dan cara untuk menikmatinya. Caranya? Pertama, menerima bahwa hidup tidak melulu tentang hal baik saja. Di atas, kita sudah membahas bahwa kita harus belajar menerima tentang hidup yang juga ada kegagalan, kesedihan, dan hal-hal tidak baik lainnya. Dengan melapangkan hati untuk menerima, akan membuat langkah kita ringan menjalani setiap tantangan hidup.

Kedua, maafkan diri sendiri juga orang lain. Memaafkan adalah awal dari segala penerimaan tentang hidup. Bukan hanya memaafkan orang lain, tapi yang pertama-tama harus kita memaafkan orang lain, tapi yang pertama-tama harus kita maafkan adalah diri kita sendiri atas apa pun; masa lalu, kegagalan. Saat kita pandai memaafkan diri sendiri, memaafkan orang lain bukanlah perkara yang sulit.

Ketiga, nikmati hidup seperti kita menikmati secangkir kopi. Sepahit apa pun kopi, pada akhirnya banyak orang yang bisa menikmatinya. Begitupun pun dengan hidup. Tidak bisa kita meminta hidup yang lurus-lurus saja, yang baik-baik saja. Kita juga akan bertemu dengan kesulitan, kesedihan, dan kegagalan. Nikmati kesulitan yang kita temui seperti kita menikmati kebahagiaan. Kita hanya perlu menambahkan kekuatan untuk menghadapinya.

Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:

  1. Sejarah tidak selalu berulang. Kita bahkan bisa menciptakan sejarah kita sendiri. (hlm. 5)
  2. Kalau ingin membuka hati kembali, pastikan bahwa kita sudah sembuh dari luka sebelumnya. Pastikan luka itu benar-benar kering supaya kita tidak meletakkan luka pada orang yang baru. (hlm. 17)
  3. Jika kita masih merasa takut untuk memulai, kita harus segera menyudahinya. (hlm. Tuhan akan selalu mempertemukan orang-orang yang tulus dengan kebahagiannya masing-masing. (hlm. 24)
  4. Berhentilah menyalahkan orang lain dan belajar bertanggung jawab; belajar menyembuhkan luka sendiri dan belajar menghadapi bahwa ini adalah risiko dari apa yang kita lakukan. (hlm. 38)

Keterangan Buku:

Judul                     : Hidup Tak Selalu Baik-baik Saja

Penulis                 : Zee Zee Aurora

Desain cover      : @ilephentlab

Layout                  : Tim Caesar Media

Penerbit              : Caesar Media Pustaka

Terbit                    : 2021

Tebal                     : 193 hlm.

ISBN                      : 978-602-5964-25-1

2 thoughts on “REVIEW Hidup Tak Selalu Baik-baik Saja”

Leave a comment