resensi

REVIEW Izmi dan Lila

Nilai sebuah persahabatan tidaklah terletak pada kurun waktu, melainkan pada makna yang ia tinggalkan dalam jiwa. Makna postitif untuk mengisi hidup, makna kehadirannya dalam senang, susah, tangis, tawa… seperti gemerlap bintang di langit. Yang tak pernah redup cahayanya, meski rembulan sedang berwujud seludang, separuh, ataupun gerhana. (hlm. 288)

Lila. Meminta pada papa, sudah sejak tiga bulan lalu dilenyapkan Lila dalam kamus hidupnya. Kalimat terakhir papa sebelum ia melangkah masuk ke Ocean Fast masih diingatnya sampai sekarang. Ini yang terakhir. Tak ada lagi setelah ini. Lila paham maksudnya. Seluruh biaya pendidikan yang telah dipersiapkan papa untuknya yang perlahan menyusut seiring perjalanannya menempuh bangku sekolah, sisanya adalah kini yang terkumpul direkeningnya. Sisa terakhir untuknya menuntaskan –siapa tahu kesempatan terakhirnya menikmati biaya pendidikan yang masih disuplai dari kantong papa. Karena Lila harus berlapang dada ketika seminggu setelahnya mama menelepon dengan membawa kabar yang sama sekali jauh dari menyenangkan, usah percetakan papa bangkrut karena dikhianati tangan kanannya sendiri. Dan Lila juga harus lebih berbesar hati ketika melihat sisa yang terkumpul untuknya itu ternyata tak cukup.

Lain halnya dengan Izmi yang memiliki problem yang berbeda. Selain kuliah, Izmi membantu Nyoya Jen yang menyewakan salah satu kamarnya untuk dia. Membantunya dalam urusan dapur, apalagi jika mendapat banyak pesanan. Izmi memang memiliki keahlian dalam dunia kuliner. Lihai membuat anek rupa makanan. Makanya Nyonya Jen menyukainya, sayangnya suatu hari ada hal yangmembuatnya terusir di rumah sewanya itu. Terjadi sebuah kesalah pahaman.

“Kalau kamu butuh bantuan dan butuh sesuatu, jangan ragu untuk bilang padaku. Itulah gunanya teman. Apalagi di perantauan kita seperti ini, teman sudah seperti saudara sendiri.” (hlm. 148)

Persahabatan Izmi dan Lila memang belum berlangsung lama, namun nilai dan maknanya dirasakan lebih berharga. Izmi satu-satunya yang berhasil menyadarkan Lila akan pentingnya menghargai diri sendiri, kebebasan menentukan sikap dan pilihan tanpa harus tunduk pada tuntutan zaman. Begitu juga sebaliknya.

Dari kisah Izmi dan Lila yang sama-sama berjuang keras dalam menghadapi pahitnya hidup dan harus memilih keputusan yang nantinya akan menentukan garis hidup mereka, kita bisa memetik hikmah bahwa dalam hidup tidak boleh ada kata menyerah. Semua pasti ada jalan. Semua pasti akan dilalui. Semua pasti terselesaikan. Yakinlah itu. Tuhan tidak pernah tidur.

Beberapa kalimat favorit:

  1. Segalanya akan tampak jauh lebih abstrak jika menganggapnya terlalu sulit. (hlm. 65)
  2. Di mana kita berada, identitas adalah hal yang paling penting untuk dijaga. (hlm. 82)
  3. Kematian yang merenggut pasangan hidup yang sangat kita cintai sama halnya dengan mencabut sebagian jiwa, membiarkannya tak lagi utuh dan harus bertahan dengan separuh kekuatan yang tersisa. Dan tak semua orang bisa melewati perjalanann hidup selanjutnya dengan mudah, dengan hanya mengandalkan sisa kekuatan itu di saat belahan jiwanya yang lain telah berpulang ke pangkuan-Nya. (hlm. 233)
  4. “Siapapun setuju kalau pendidikan memang hal terpenting dalam hidup. Tapi, pendidikan menjadi tak berarti jika kau tak punya kesempatan untuk mengaplikasikannya.” (hlm. 203)

Keterangan Buku:

Judul                : Izmi & Lila

Penulis              : Riawani Elyta

Editor               : Arini Hidajati

Tata sampul      : Ferdika

Tata isi             : Lestari

Pracetak           : Wardi

Penerbit            : Najah

Terbit               : September 2011

Tebal                : 292 hlm.

ISBN               : 978-602-978-866-2

 

2013 Indonesian Romance Reading Challenge

https://luckty.wordpress.com/2013/01/04/2013-indonesian-romance-reading-challenge/#comment-959

http://lustandcoffee.wordpress.com/2013-indonesian-romance-reading-challenge/

11 thoughts on “REVIEW Izmi dan Lila”

  1. Lila dan izmi sahabat yang sama-sama memperjuangkan hidup, menghadapi kepahitan hidup dengan ketegaran.

    bener banget dengan quotes ini..

    Di mana kita berada, identitas adalah hal yang paling penting untuk dijaga. (hlm. 82)

    Reviewnya Ciamik mbak. 🙂 saya suka 🙂 🙂 🙂

  2. novel persahabatan + perjuangan, sukaa banget 😀
    walaupun pertama kali iat covernya kurang suka sih, setelah baca review ternyata ni novel punya cerita yang bener2 bagus 😀

    makasih mbak buat reviewnya

  3. Hmm hidup memang tidak selamanya nyaman dan enak-enak saja. Pasti ada kalanya jatuh dan kita tertantang untuk menghadapinya dengan tegar. Untung saja Lila punya seorang Izmi yang bisa mendorong dan mendukungnya kapanpun dia membutuhkannya. Manusia memang tidak bisa hidup sendiri dan menyemangati diri sendiri.

  4. Dari review di atas, dapat dibuktikan bahwa tema persahabatan akan selalu menarik untuk diangkat dalam sebuah karya.

    Luckty juga memaparkan bahwa seberat apapun cobaan yang kita hadapi, kita harus bangkit dan menghadapinya dengan tegar. Karena dibalik kesukaran akan selalu ada kemudahan. Dan di saat kita lemah dan butuh semangat, di situlah sahabat yang baik memegang peran penting untuk selalu mendukung dan menolong kita di saat kita membutuhkan.

    Suatu tema yang klasik, namun takkan habis dimakan zaman 🙂

  5. Wah kisah persahabatan yah? hmm baca reviewnya aja udah bikin aku keingetan sama sahabat kuliah aku 🙂 hmm kita juga sedang berjuang untuk bisa meraih apa yang kita inginkan *curcol
    Hidup memang keras, namun sekeras apapun hidup pasti ada jalan untuk melunakkannya! Jalan itulah yang harus kita cari dan lalui 🙂

Leave a comment