resensi

REVIEW Love Letter

Cinta itu punya dua sisi. Indah sekaligus menyakitkan. Indah ketika aku mengingat ada dirimu di luar sana yang kelak akan membagi hidup denganku. Menautkan cinta kita dalam ikatan abadi yang disaksikan Tuhan. Menyakitkan jika ingat betapa sulit bertahan saat kamu tidak ada. Rasa rindu dan cinta ini menusuk-nusukku setiap saat. (hlm. 53)

Ketika pagi baru saja menjelang

Kita tidak akan pernah tahu

Apa yang akan dihadiahkan malam

Teka-teka tidak akan berhenti berderap

Menemani setiap langkah kecilmu. (hlm. 1)

Apartemen ini memiliki dua buah kamar yang bersebelahan. Ada ruang tamu yang merangkap ruang keluarga. Di saah satu sisinya terdapat pintu dan jendela kaca yang membuka arah balkon. Balkonnya sendiri tidak luas, hanya selebar satu setengah  meter dan panjang dua meter. Tapi menyajikan pemandangan yang menawan,menghadap ke arah danau buatan.

Juga dilengkapi sebuah dapur mungil yang pasti akan sangat jarang disentuh. Yang menyatu dengan ruang makan mungil. Sementara kamar mandinya pun cukup nyaman, memakai dinding kaca untuk memisahkan area shower dengan toilet dan wastafel.

Helena dan adiknya, Inge menempati sebuah apartemen tersebut. Helena merasa terikat dengan tempat ini sejak menginjakkan kaki di sana. Sudah jatuh sejak pertama langsung merasa nyaman. Tanpa ragu, mereka menyewa apartemen yang menjadi tempat melepas penat mereka setelah beraktivitas seharian. Tanpa disangka, apartemen tersebut menyimpan kisah bagi penghuni lamanya, Adam.

Di balik dinding kamar mandi, Helena menemukan ratusan surat. Isinya adalah kerinduan yang dalam di samping rasa tersiksa karena harus berpisah dengan kekasihnya. Surat-surat ini sangat indah, pernyataan cinta di dalamnya luar biasa. Helena tidak pernah menyangka, surat cinta yang selalu dianggapnya kuno ternyata bisa sangat romantis.

Apakah kamu memang nyata di dunia maha luas ini?

Dan berjanji akan menyambut tanganku pada satu titik kehidupan kita?

Ya, aku sangat yakin itu. Aku mencintaimu tanpa alasan pasti.

Aku hanya mencintaimu. Itu saja. Sesederhana itu. (hlm. 85)

Surat-surat tersebut bukanlah surat cinta biasa. Surat-surat tersebut menyisakan cerita. Menjadi jalan bagi kisah para penghuninya. Ratusan kenangan, kerinduan, bahkan impian.

Beberapa kalimat favorit:

  1. “Emang hanya perempuan saja yang rapi dan bersih? Belum tentu.” (hlm. 22)
  2. “Apa perlu pagi-pagi sudah nonton acara infotainment?” (hlm. 41)
  3. Aku tidak suka menjadi orang yang cuma menebak-nebak. Kalau memang ada yang menyukaiku, maka harus menunjukkan perasaannya dan bahkan mengutarakannya. (hlm. 44)
  4. Tinggal sendiri tidak terlalu enak. Harus mandiri dan bisa memutuskan segalanya. Kalau soal ikut aturan atau tidak, tergantung orangnya juga. (hlm. 69)
  5. Masalah kita bisa selesai jika mau berterus terang. Tidak menyimpan perasaan hanya di dalam hati. (hlm. 95)

Dari awal halaman pertama, kita akan disuguhi banyak kalimat manis yang merupakan potongan-potongan surat yang ditemukan Helena. Novel ini memiliki dua narasi; Helena dan Adam. Yang agak membingungkan, di narasi Helena menggunakan kata ganti orang pertama, sedangkan di narasi Adam menggunakan kata ganti orang ketiga. Seandainya menggunakan kata ganti dari sudut pandang yang sama, tentu lebih nyaman membacanya. Oya, penokohan Robby tidak ada andil dalam kehidupan Helena dan Adam, jadi tidak begitu penting diselipkan dalam cerita. Terlepas dari itu, nilai plus dari novel ini adalah bertebaran kata-kata romantis yang digoreskan penulisnya.

Penulisnya, Indah Hanaco. Lumayan produktif di dunia kepenulisan Indonesia. Buku-bukunya banyak terbit lewat berbagai penerbit. Ini adalah bukunya pertama yang saya baca. Jadi pengen baca buku-buku beliau yang lainnya.

Aku ingin kamu merasa sama perihnya denganku. Menahan rindu itu sungguh mengerikan, bukan? Tapi jangan khawatir, aku tidak akan menyerah hanya karena tikaman rindu dan tusukan cinta. Aku ini seorang pejuang tangguh. Dan aku akanmenghadang apapun demi dirimu yang begitu indah. (hlm. 101)

Keterangan Buku:

Judul                : Love Letter

Penulis              : Indah Hanaco

Editor               : Nilla Endah

Desain sampul  : Agsa Gradisa

Layout isi          : agsagradisa@gmail.com

Penerbit            : Caesar Media Pustaka

Terbit               : 2013

Tebal                : 203 hlm.

ISBN               : 978-602-18760-1-5

2013 Indonesian Romance Reading Challenge

https://luckty.wordpress.com/2013/01/04/2013-indonesian-romance-reading-challenge/#comment-959

http://lustandcoffee.wordpress.com/2013-indonesian-romance-reading-challenge/

New Authors Reading Challenge 2013

http://renslittlecorner.blogspot.com/2013/01/new-authors-reading-challenge-2013.html

https://luckty.wordpress.com/2013/02/12/new-authors/

17 thoughts on “REVIEW Love Letter”

  1. “Aku tidak suka menjadi orang yang cuma menebak-nebak. Kalau memang ada yang menyukaiku, maka harus menunjukkan perasaannya dan bahkan mengutarakannya.” (hlm. 44)

    jadilah sesorang yang ‘gentle’ baik itu akhwat maupun ikhwat menurutku zaman sudah berubah, siapapun boleh menyatakan perasaannya:) too fast is so bad, but too late is more bad:)

  2. LDR lagi yaaa?? wah, surat cintaa aku belum pernah nih dikasih surat cinta ._. *miris* mbak luckty gimana??

    Overall covernya warnanya manis, judulnya menarik 🙂 reviewnya mantapp!! ^^b
    Terus mereview dengan baik untuk mbak luckty (^^)9 semangat ’45 hehe ikutan #GiveawayPustakawin Hope me luck 🙂 ini review ke => *13

  3. Iriiiii sama Luckty. aq dulu pernah ikutan kuis buat dapetin novel dari mbak Indah Hanaco ini, tapi gak dapet, huhuhu…
    Baca review-nya, sekali lagi penasaran sama novelnya. Pinjem dooong, hahaha… Kenapa penasaran? karena saya sama pak suwami sekarang juga sedang menjalani LDR.
    “Menautkan cinta kita dalam ikatan abadi yang disaksikan Tuhan. Menyakitkan jika ingat betapa sulit bertahan saat kamu tidak ada. Rasa rindu dan cinta ini menusuk-nusukku setiap saat….” (ough!!)

  4. TOP! padat dan lengkap nih reviewnya. bisa dijadiin bahan pertimbangan buat beli novelnya..

    apalagi ceritanya tentang LDR kayak saya.. *curcol 😀

    tapi aku kurang setuju sama salah satu kalimat quote-nya nih.

    “Aku hanya mencintaimu. Itu saja. Sesederhana itu”. (hlm. 85)

    karena menurutku mencintai itu luar biasa. dan dicintai itu anugerah. 🙂

Leave a comment