resensi

REVIEW Lips Touch

Tidak ada yang bisa mengacaukan kewaspadaan seperti cinta. (hlm. 57)

Kebosanan adalah penderitaan mengerikan bagi mereka yang tak berjiwa. (hlm. 205)

Percayalah, dunia ini lebih dalam daripada yang kau kenal.

Percayalah ada lebih banyak di dunia ini daripada apa yang telah kau lihat dengan mata kepalamu sendiri. (hlm. 64)

Nama gadis itu Anamique, seperti seorang penyanyi sprano Flemish yang pernah didengar ibunya bernyanyi sebagai peran Isolde di Bayreuth, Jerman. Anamique telah menyanyikan Isolde di kepalanya sejak berusia dua belas tahun dan ibunya telah memesan buku opera itu untuk pelajaran bernyanyi anak-anak perempuannya yang lebih tua. Bertahun-tahun, peringatan telah terbentuk di dalam dirinya. Pengasuhnya memercayai kutukan itu dan begitu pula seluruh pelayan lainnya. Para pelayan selalu memohon kepada Anamique supaya tetap diam dan mereka berhasil. Bahkan, ketika ibunya menyuruh Anamique untuk berbicara, pengasuhnya ada di sana berbisik dan  mengatakan bahwa dia harus diam. Anamique memercayainya. Orang tidak bisa tidak memercayai hal-hal yang dibisikkan dalam bahasa Rajasthani. Akibat keheningannya, Anamique tidak dikirim ke sekolah di Inggris seperti saudari-saudarinya dan semua anak Inggris lainnya. Ia menghabiskan seluruh hidupnyadi India dan sebagian besarnya bersama pelayan.

Sebagaimana yang pengasuhnya ajarkan, Anamique menyimpan suaranya seperti seekor burung di dalam sangkar. Ia membayangkannya sebagai seekor burung keras kepala dengan dada membusung.Bulu-bulunya abu-abu seperti matanya, dengan sekilat bulu merak di lehernya, dan sangkarnya sebagai sebuah penjara berukiran yang sudah berkarat dengan pintu kecil berpalang yang tidak pernah berani ia buka. Kadang-kadang, dorongan untuk melakukannya nyaris mengusai dirinya.

Kita tidak tahu apa yang akan hilang dari kita. Kita sangat penuh oleh kekuatan sendiri sehingga berpikir bahwa bahkan para malaikat tinggi tidak bisa merendahkan kita. (hlm. 316)

Kizzy. Usia gadis itu enam belas tahun, cerdas, tetapi tidak bersemangat. Ia seorang junior di sebuah SMA negeri yang ia sebut sebagai Saint Pock Mark’s Finishing Schools for Cannibals.

Kizzy benci terlihat di depan umum bersama anggota keluarganya yang mana pun. Ia lebih memilih untuk berjalan kaki ke sekolah di dalam hujan salju tipis yang jarang ada. Ia sangat mudah merasa malu, tetapi sulit merasa jijik. Di rumah, ia melakukan tugas-tugas memualkan yang seharusnya telah punah bersamaan dengan masa lalu, seperti membuat minyak babi dan menyembelih kepala ayam.

Ia terlalu banyak minum kopi, merokok, bersuara menggetarkan ketika ia bisa dibujuk untuk menggunakannya. Ia pun menyandang sebuah nama panggilan yang mengerikan di sekolah yang ia takut akan mengikutinya sepanjang hidupnya.

“Kau sudah tidak hidup selama seribu tahun. Kalau kau memang pernah hidup, kau mungkin akan sedikit lebih tidak senang saat membuat pertukaran atas jiwa anak-anak.” (hlm. 8)

Esme. Tidak pernah pergi ke sekolah, atau ke salon, bahkan ke dokter. Mab yang mengajarinya cara membaca dan berhitung dan memainkan biola. Mab yang memotong rambutnya dan tentang dokter, mereka tidak pernah jatuh sakit. Mereka minum setakar teh yang Mab ramu dari tanaman-tanaman obat dan itulah jangkauan obat-obatan mereka.

Sudah dua kali seorang pemuda dari toko bunga telah tersenyum kepadanya. Seluruh wajah pemuda itu merona merah muda saat melakukannya. Ketika pemuda itu berada di belakang Esme saat mengantre di toko roti minggu lalu, pemuda itu memegang kepang panjang Esme dengan lembut, mengira Esme tidak akan merasakannya, tetapi gadis itu merasakannya. Esme tidak berbalik, tetapi ia tertipu dan tergagap memesan kue-kuenya, lalu pergi bergegas, membayangkan ia bisa merasakan sentuhan pemudaitu sepanjang kepangannya dan menggelitik tengkuknya. Bahkan ia tidak tahu nama pemuda itu. Ia tidak tahu nama siapa pun.

Pada sebagian besar hari, aku percaya kepada kutukan ini dengan segenap hatiku. Aku percaya bahwa aku bisa membunuh dengan usaha tidak lebih dari yang orang lain butuhkan untuk bernyanyi atau berdoa. (hlm. 41)

Entah kenapa, dari awal baca merasa nggak nyaman ama terjemahannya. Dengan berat hati menilai terjemahannya berantakan. Padahal tema yang diangkat dari buku ini bagus banget. Jarang-jarang baca novel bersetting India. Buku ini terdiri tiga cerita yang berdiri sendiri namun memiliki benang merah diantara ketiganya.

Mungkin semua yang terjadi di dunia ini dilakukan oleh manusia dan kesempatan, dan pertanda buruk hanyalah ketakutan, dan kutukan hanyalah angan-angan. (hlm. 48)

Keterangan Buku:

Judul                            : Lips Touch

Penulis                          : Laini Taylor

Pewajah sampul            : Apung Donggala

Pewajah isi                   : Arie Moel

Penerjemah                  : Melody Violine

Penyunting                    : Olga Dories

Proofreader                  : W. Oktavia

Penerbit                        : Ufuk Fiction

Terbit                           : Februari 2012

Tebal                            : 385 hlm.

ISBN                           : 978-602-9159-09-7
Cover asli:

New Authors Reading Challenge 2013

http://renslittlecorner.blogspot.com/2013/01/new-authors-reading-challenge-2013.html

https://luckty.wordpress.com/2013/02/12/new-authors/

16 thoughts on “REVIEW Lips Touch”

    1. Ada juga buku setting India yang bagus, judulnya The Marriage Bureau For Rich People, pengarangnya Farahad Zama. Versi Indonesia terbitan Matahati. Udah baca, tapi belum ditulis reviewnya :p

  1. Setuju, emang jarang banget ada buku settingnya di india, wahh tertarik banget sama buku ii, covernya itu w.o.w banget deh! dan mau baca kelanjutannya Esme u,u *penasaran tingkat dewa* .>// *12

  2. Wah ini penulis dari mana?? *bingung karena sebut2 Jerman, tapi settingnya India, trus nama penulis aslinya ke Inggris2an*
    Hm..pengen baca, tapi review bahwa “terjemahan berantakan” membuat saya mengurungkan niat.

    Padahal saya ingin “mencicipi” karya populer dari berbagai negeri. Dari Jerman jarang sekali nemu karya populer-nya di terjemahkan ke Bahasa Indonesia. (Bukan jarang, saya aja kali yang belum pernah baca)
    (^_^)v

  3. setuju sama komen2 diatas 🙂
    belum pernah baca berlatar india sih..
    sayang ya terjemahan nya kacau, kalo enggak mungkin makin keren ni novel 🙂

  4. Jujur, setelah baca reviewnya aku masih belum menemukan alasan kenapa harus baca buku ini. apa sih yang menarik, selain setting india-nya? alurnya? kayaknya perlu ditambah beberapa konflik yg terdapat dalam buku ini supaya reader makin penasaran (kali ya?).

    satu lagi, judul novel dan desain cover kesannya dewasa. tapi kok di review ceritanya belum tergambar kaitannya dengan “lips touch” itu ya?

    maaf utk kelancangannya ya kakak.. :p

Leave a comment