resensi

REVIEW Lamitta

“Cintai aku saja, beserta semua sikap menyebalkanku!”

“Sudah, tanpa kamu minta pun. Aku mencintaimu dan semua tentangmu.”(hlm. 221)

Jujur, waktu lihat covernya gak begitu menarik. Tapi pas ada embel-embel ‘Para Juara Lomba Cerpen Galaxy Cinta Diva Press’, jadi tertarik. Tapi tetap saya gak punya ekspetasi apa-apa terhadap buku ini, apalagi para penulisnya masih asing bagi saya. Dan ternyata, dari halaman pertama langsung suka ama cerpennya. Begitu pula dengan cerpen-cerpen lainnya. Suka banget! Tema yang diangkat memang cinta, tapi sudut pandang yang diambil beberapa unik bahkan ada yang tidak biasa. Dari sekian banyak buku terbitan Diva Press yang pernah saya baca, menjatuhkan pilihan pada kumpulan cerpen inilah yang menjadi favorit. Banyakin lagi ya, Diva Press nerbitin buku sejenis ini! 😉

Cerita favorit adalah:
Ben – Ade Tuti Turistiati
Dear Anna. Albert Einstein pernah berucap, “Hanya ada dua cara hidup. Satu adalah menganggap tidak ada keajaiban, dan satu lagi menganggap semuanya adalah keajaiban. Saya suka cara yang kedua, memilih hidup dalam keajaiban. Saya suka cara yang kedua, memilih hidup dalam keajaiban. Salah satu keajaiban yang saya syukuri adalah saya punya sahabat yang mengerti saya apa adanya. Denganmu, saya bisa tertawa, marah, belajar, dan manut. Saya berharap saya menemukan keajaiban-keajaiban lainnya bersamamu. (hlm. 37)

Gadis Sejuta Payung – Jumaiko Ahmadi

“Kenapa mereka jahat banget sama Hujan? Kenapa Ibu menamaiku Hujan? Mereka menertawakan namaku…”

Karena ibu ingin hadirmu ke dunia ini seperti hujan. Membawa janji kehidupan bagi bumi. Hujan adalah rahmat dari Tuhan untuk kita. Ibu ingin suatu hari nanti kamu juga seperti hujan, memberi manfaat bagi orang banyak.” (hlm. 43)

A15-16 – Lizqy Devina Izzati

Aku duduk di kursi bernomor A16,di dalam sebuah teater bioskop, tepat di ujung kanan barisan paling atas, bersentuhan dengan tembok. Kursi di sebelah kiriku kosong.  Ini adalah singgasana kami berdua dahulu. Kami berdua sama-sama maniak film. Hampir setiap weekend selalu menyambangi gedung bioskop di mal ini, bila ada film-film baru yang bagus. Kami selalu berusaha datang lebih awal untuk antre demi mendapatkan tiket nomor kursi A15-A16. Aku selalu duduk  di kursi bernomor A16, sedangkan ia di kursi A15. (hlm. 59)

Janin Si Jannie – Fani Krismawati
Ibu, aku harus keluar sekarang. Tolonglah aku, Ibu. Leherku terlilit tali pusar. Aku tercekik, Ibu. Apa kau bisa mendengar jeritanku? Aku harus segera keluar walau belum waktunya. Aku ingin melihat wajah ibu dan ayah. Aku tidak pernah merasakan hangatnya tangan ayah menyentuh diriku dalam perutmu. (hlm. 90)

Jendela – Wiwid Prasetyo

Si anak cantik bernama Pelangi itu pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki. Dalam perjalanannya itu, ia seringkali berpikir, mengapa rumah harus berjendela? Untuk apa? Untuk membuang kotoran yang ada dalam rumahnya? Ia sama sekali tidak tahu jika fungsi jendela seperti itu. Sejak kecil, Pelangi memang tak mengenal jendela. Rumahnya adalah rumah tripleks di bantaran sungai, pengap, gelap, dan sering kali didatangi tamu laki-laki, tepatnyaa malam hari ketika ibunya pamit untuk bekerja dan sebentar kemudian pulang dengan membawa tamu laki-laki. Selalu laki-laki. (hlm.116)

Waktu baca cerpen Espresso, langsung keinget salah satu cerpen di Blue Romance-nya Sheva yang sudah dibaca lebih dahulu yang berjudul Rainy Saturday. Sekilas isi ceritanya mirip, dua orang yang tidak saling mengenal bertemu di kafe. Hujan dan kopi juga menjadi kesamaan cerita. Mungkin hanya kebetulan saja.

Banyak quote yang bertebaran dalam buku ini:

  1. Cinta tak pernah hadir tepat waktu. (hlm. 23)
  2. Antara cowok dan cewek nggak mungkin bersahabat, pasti ada yang memendam rasa. (hlm. 62)
  3. Hidup memang terkadang menyebalkan. Tetapi, dengan itu kau akan tahu bahwa hidup itu juga menyenangkan. Jangan sebal kepada sesuatu yang menyebalkan karena bisa saja itu yang membawakanmu pada kesenangan. (hlm. 167)
  4. Cinta kita hanya bisa hidup dalam mimpi, hanya bisa menjadi sebuah tulisan. (hlm. 211)
  5. Keindahan apabila bisa dinikmati oleh panca indra dan jiwa, bukan hanya salah satunya seperti sastra yang secara egois dinikmati oleh jiwa. (hlm. 225)
  6. Cinta akan membuat kita mengorbankan segala hal. (hlm. 225)

Beberapa adegan favorit:

  1. Rachel mencari-cari di rak buku. Ia tidak ingin berada di ruangan itu lama-lama karena di ruangan itu hanya membangkitkan kenangan-kenangan tentang ayahnya. Rachel mencari dengan teliti, menyusuri semua buku, lalu mendecakkan lidah. Entah kenapa buku yang dicari Rachel tidak ada di rak buku. Rachel berbalik dan memandang ruangan ayahnya, siapa tahu buku yang ia cari tidak diletakkan di rak buku. (hlm. 127)
  2. Kutelusuri buku yang berbaris rapi di raknya untuk sedikit membunuh waktu. Hingga kutemukan The Zamrud yang bertumpuk-tumpuk dan tersusun indah membentuk sebuah permata hijau, zamrud. (hlm. 228)
  3. Bukannya aku tidak suka ke perpustakaan. Yang membuatku benar-benar enek adalah ketika aku harus berperan seperti kacung untuk Alvaro: membawakan buku-buku yang dipinjamnya dari perpus, sementara dia sendiri melenggang kangkung sambil tebar pesona. Kalau tak ingat buku-buku yang kubawa ini milik perpus, sudah kubanting. (hlm. 138)

Keterangan Buku:

Judul                : Lamitta

Penulis              : Endah Wahyuni dkk.

Editor               : Tim Penyunting

Tata sampul      : Ferdika

Tata isi             : Violet Vitrya

Pracetak           : Antini, Dwi, Yanto

Penerbit            : Diva Press

Terbit               : Desember 2012

Tebal                : 344 hlm.

ISBN               : 978-602-7640-69-6

2013 Indonesian Romance Reading Challenge

https://luckty.wordpress.com/2013/01/04/2013-indonesian-romance-reading-challenge/#comment-959

http://lustandcoffee.wordpress.com/2013-indonesian-romance-reading-challenge/

12 thoughts on “REVIEW Lamitta”

  1. Di sini Luckty seakan membuktikan pepatah lama: Don’t judge a book by its cover.

    Terbukti, walaupun “Lamitta” dikemas dengan cover yang terkesan melankolis, isi dalam buku ini lebih dari itu. Buku kumpulan cerpen ini memiliki tema-tema yang menarik dalam setiap cerpennya.

    Luckty mampu mengemas review buku ni dengan sangat baik, sehingga pembaca review ini akan tertarik untuk mengetahui dan membaca buku ini 🙂

Leave a comment