buku, resensi

REVIEW Home

home
Rumah itu adalah sebuah tempat di mana sejauh-jauhnya kita pergi, kita akan selalu rindu pulang padanya. Sebab hanya di sana, keletihan kita terobati.(hlm. 36)

“Jangan lupa, rumah ini tetap rumahmu pulang pada kerinduan masa kecilmu. Ajak istri dan anak-anakmu juga untuk selalu pulang pada rumah ini. Rumah ini bukan hanya sarang, dia juga pengikatmu dengan segenap darah daging dan sejarahmu. (hlm. 38)

Adalah sepasang suami istri yang mengisi umur senja mereka dengan kesepian di rumah besar yang dulunya riuh ramainya dengan ketujuh anak-anaknya yang laki-laki semua. Kini anak-anak mereka sudah merajut rumah tangga masing-masing dengan pasangannya dan memiliki anak serta kesibukan yang berbeda.

Pada setiap dinding, ruang, dan lekuk likunya, ada cerita tersendiri. Pahit, manis, asam, getir, semua lengkap. Sejak dulu, saya selalu beru sahabersetia pada setiap kenangan itu. Lalu ketika sekarang suami saya begitu ingin  menjualnya, di mana lagi saya akan meletakkan semua kenangan itu? Hati sayajelas tak mampu menampung semuanya. Saya, dan kami, perlu sesuatu yang berwujud untuk mewadahi kenangan itu. (hlm. 9-10)

Sang suami berniat menjual rumah itu yang berarti sama saja dengan menjual semua kenangan mereka selama ini, baik kenangan manis maupun kenangan pahit. Sang istri tidak rela jika semua itu tiba-tiba direnggut darinya. Tugas anaklah yang menyelesaikannya. Sayangnya, masing-masing anaknya punya kesibukan yang membuat mereka lupa dengan keadaan orang tuanya yang sesungguhnya tidak mengharapkan apa-apa, hanya berharap sebuah perhatian.

“It’s about heart. Their hearts…”

“Mantu-mantu kita, cucu-cucu, semua sayang sama kita…”

“Hanya Truly yang rajin menelpon dan rela jadi tempat curhat kita..”

“Yang lain kan kerja kantoran semua… Papa ah, suka gitu…”

“Apa salahnya menelpon seminggu sekali, sebulan sekali, kita kan tidak meminta waktumereka banyak-banyak?” (hlm. 15)

Banyak kalimat favorit dalam novel ini:

  1. Anak perempuan lebih dekat dengan ibunya. Dia akan mikir, ibunya sama siapa kalau sudah tua.
  2. Tidak akan cukup alasan bagi seorang anak mengizinkan orangtuanya masuk rumah jompo. (hlm. 13)
  3. Persahabatan dan bahkan hubungan pacaran yang sekian lama, hingga karatan, sama sekali enggak menjamin sebuah pasangan terhindar dari hambatan komunikasi setelah mereka menikah bertahun-tahun. (hlm. 38)
  4. Setiap orang butuh belajar memberi dan menerima kasih sayang, meski dari bagian yang terpahit sekalipun. (hlm. 56)
  5. Seorang manusia tak akan bisa hidup tanpa sejarah masa lalunya. (hlm. 100)

“,,,Gue mungkin ketinggian khayalan atau gimana, ya terserah elu juga sih memandangnya. Tapi gue rasa wajarlah orang seusia kita, nggak punya pacar, punya sahabat doang, ya gila dikitlah. Pas udah siap menikah, kan kita mikirnya sahabat kita dulu…” (hlm.29)

 “Kamu sudah dewasa sekarang. Papa kadang lupa, bahwa waktu berjalan cepat. Begitu cepat dan terlalu cepat. Rasanya baru kemarin Papa mengumandangkan adzan dan iqamat di kedua telingamu. Eh, sekarang kamu sudah bawa anak gadis buat dinikahi…” (hlm. 35)

Baca dua paragraf itu jadi mikir, memang benar ya gak pernah ada persahabatan murni antara cewek dan cowok?!? Di saat umur sudah waktunya, pilihan terakhir adalah teman atau sahabat sendiri #eaaaa #MalahCurcol (‘-’ ) (._. ) ( ._.) ( ‘-’)

Yang agak mengganggu adalah terlalu banyak tokoh yang ditampilkan yang seharusnya tidak perlu, seperti pada halaman 153-156. Terlepas dari itu, paling suka tokoh Truly meski bukan tokoh utama tapi mendapat porsi yang lumayan dan berpengaruh dalam masalah yang dihadapi novel ini. Poin lebihnya lagi adalah endingnya tak terduga! #JLEBB

Entah kenapa, tiap baca novel yang bertema keluarga, bawaannya pengen mewek. Sebelumnya, pernah baca Bittersweet Love-nya Netty Virgiantini & Aditia Yudis yang bikin nangis sesenggukan karena kisah Nawang dalam novel ini mirip saya banget saat jaman ababil. Begitu juga dengan novel ini, bikin nangis pake banget. Apalagi pas baca halaman 320-327, bisa abis tissue satu kotak. Penulisnya, Mbak Iva Afianty sukses bikin hati teriris-iris… :’)

“Pernikahan itu kan menyatukan dua orang yang sebenarnya berbeda tapi saling melengkapi kelak. Kelak ya, jadi nggak tiba-tiba kalian saling cocok. Ada proses. Nah, proses ini bisa lama bisa sebentar. Tapi ketika proses yang satu selesai, kalian akan dituntun terus dan terus berproses. Kenapa? Ya karena kalian memang berbeda. Jadi jangan heran. Kalian akan mengalami masa pasang dan surutnya berproses dalam pernikahan. Kalau sedang pasang, kalian akan menjalaninya dengan bahagia. Nah, pada masa surut, kalian akan jenuh.” (hlm. 41)

Keterangan Buku:

Judul                : Home

Penulis              : Ifa Avianty

Editor               : Arini Hidajati

Tata sampul      : Agus

Tata isi             : Atika

Pracetak           : Antini, Dwi, Wardi

Penerbit            : DIVA Press

Terbit               : 2013

Tebal                : 388 hlm.

ISBN               : 978-602-255-300-7

Indonesian Romance Reading Challenge 2014 https://luckty.wordpress.com/2014/01/01/indonesian-romance-reading-challenge-2014/

2014 TBBR Pile – A Reading Challenge

https://luckty.wordpress.com/2014/01/02/2014-tbbr-pile-a-reading-challenge/

23 thoughts on “REVIEW Home”

  1. Persahabatan dan bahkan hubungan pacaran yang sekian lama, hingga karatan, sama sekali enggak menjamin sebuah pasangan terhindar dari hambatan komunikasi setelah mereka menikah bertahun-tahun. (hlm. 38)

    sebab mengenal siapa sebenarnya orang yang menjadi pasangan hidup kita tidak cukup sebulan, setahun, sepuluh tahun…. melainkab butuh waktu sepanjang waktu, ketika hidup bersama…. seatap… dalam sebuah tempat bernama rumah

  2. Pada setiap dinding, ruang, dan lekuk likunya, ada cerita tersendiri. Pahit, manis, asam, getir, semua lengkap. Sejak dulu, saya selalu beru sahabersetia pada setiap kenangan itu. Lalu ketika sekarang suami saya begitu ingin menjualnya, di mana lagi saya akan meletakkan semua kenangan itu? Hati saya jelas tak mampu menampung semuanya. Saya, dan kami, perlu sesuatu yang berwujud untuk mewadahi kenangan itu. (hlm. 9-10)

    JLEB, meski sederhana kalimatnya kena banget 😥
    sesak, jadi ingat rumah yang dulu, jadi inget waktu tinggal sama Nenek.

  3. Pernyataan ini benar sekali > Rumah itu adalah sebuah tempat di mana sejauh-jauhnya kita pergi, kita akan selalu rindu pulang padanya. Sebab hanya di sana, keletihan kita terobati.(hlm. 36)

    Saya pun yg dulunya ngekost selalu ingin..ingin pulang ke rumah 🙂

  4. Setiap melihat postingan ttg novel ini, mata dan hati saya selalu menghangat. Sejujurnya saya begitu jatuh cinta kali ini *penulis aneh*. Trima kasih atas semua respon sahabat2 di sini. Keep reading, keep smart ♡♥

  5. “Its about heart.Their heart…”<< Duh ini dari hati orang tua banget ya;']
    Jadi inget kata ibuku,"Perasaan kemarin mama baru nganterin kamu TK ya" /Mewek di tempat/

  6. “Pernikahan itu kan menyatukan dua orang yang sebenarnya berbeda tapi saling melengkapi kelak. Kelak ya, jadi nggak tiba-tiba kalian saling cocok. Ada proses. Nah, proses ini bisa lama bisa sebentar. Tapi ketika proses yang satu selesai, kalian akan dituntun terus dan terus berproses. Kenapa? Ya karena kalian memang berbeda. Jadi jangan heran. Kalian akan mengalami masa pasang dan surutnya berproses dalam pernikahan. Kalau sedang pasang, kalian akan menjalaninya dengan bahagia. Nah, pada masa surut, kalian akan jenuh.”

    langsung ngeh baca quote yang ini.
    Iya juga ya, .__.

Leave a reply to jampang Cancel reply