buku, resensi

REVIEW Seribu Kerinduan

 seribu kerinduan

Cinta merupakan kekuatan yang tak akan pernah bisa ditundukkan. Kalau kita berusaha mengendalikannya, cinta akan menghancurkan kita. Kalau kita berusaha mengurungnya, cinta akan memperbudak kita. Dan jika kita belajar untuk memahaminya, cinta akan meninggalkan kita dalam kebingungan. (hlm. 131)

Renata, perempuan cantik khas Sunda berusia 28 tahun. Sangat sadar akan keadaan keluarganya. Dia besar di lingkungan keluarga sederhana di daerah Dipati Ukur, Bandung. Bapaknya seorang wartawan di sebuah media Bandung, dan ibunya tidak bekerja, hanya sesekali menerima pesanan kue dari tetangga. Hidupnya berkecukupan, tidak lebih ataupun kurang. Keadaan inilah yang membentuk Renata menjadi pribadi yang mandiri dan tidak bergantung pada orangtuanya sejak lulus dari kuliah.

Renata bekerja di sebuah majalah wanita sebagai fashion editor. Posisi yang sudah lama dia impikan semanjak lulus kuliah dari Jurusan Jurnalistik UI. Pesan kedua orangtuanya untuk selalu bertanggung jawab dan jujur dalam bekerja, membawa Renata menempati posisinya sekarang setelah bekerja selama dua  tahun di majalah life style, A la Mode. Dan, sudah menginjak tahun kelima dia bekerja di sana. Renata sangat menikmati hari-harinya di kantor tersebut.

Sebagai fashion editor di majalah A la Mode, Renata termasuk karyawan yang selalu ada di A-List jika ada pagelaran fashion di Jakarta Raya ini. Dia selalu diutus oleh atasannya untuk menghadiri undangan-undangan penting mewakili majalahnya. Apalagi Paula, managing editornya,yang sedang cuti melahirkan. Otomatis pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab si managing editor beralih kepadanya dan dua editor lainnya.

Melakukan pekerjaan yang sesuai passion memang sangat menyenangkan. Setidaknya itu yang dirasakan Renata selama bekerja di A la Mode. Dia seolah tidak pernah kehabisan energi untuk melakukan rutinitas serta inovasi-inovasi di kantornya; wawancara dengan para desainer, men-casting model, menghadiri peluncuran produk baru, peresmian pembukaan butik, mengikuti after show party, wawancara dengan model-model lokal maupun internasional, sampai menghadiri private birthday party yang diadakan oleh brand-brand ternama. Tak jarang, Renata juga harus keluar kota guna melakukan photoshoot dengan model-modelnya. Sesekali, Renata juga akan berangkat ke luar negeri untuk menghadiri perhelatan fashion dan juga untuk mencari berita tentang fashion yang paling update.

“Kamu harus nikah dengan orang Jawa. Dan ibu harus kenal siapa calon besan Ibu itu. Nggak boleh sembarangan. Inget, bibit, bebet, dan bobot itu sangat penting kalau kamu mau nikah nanti. Ini semua demi masa depan kamu, Panji. Demi keturunan-keturunan kamu nanti.” (hlm. 39)

Ketika pekerjaan dan masalahnya cinta berjalan lancar, semua berubah drastis semenjak Renata diajak Panji bertemu dengan orangtuanya. Ibu Panji dengan tegas menolak hubungan mereka, masalah klasik; mereka tidak sederajat sekaligus beda suku. Belum lagi anggapan remeh ibunya yang masih sangat konvensional dalam memandang pekerjaan perempuan.

Hanya selang beberapa bulan setelah perjumpaan itu, Panji memutuskannya atas nama perjodohan yang dilakukan ibunya. Tidak cuma untuk dia, tapi untuk atas nama besar keluarganya. Panji menyerah untuk mempertahankan hubungan mereka. Menikah dengan perempuan pilihan ibunya.

Bagaimana mungkin aku bisa melewati hari-hari tanpa Panji? Bagaimana mungkin aku bisa mencintai orang lain jika Panji terus berkeliaran di otakku? Bagaimana mungkin aku melupaka semua kenangan yang telah kulewati bersama Panji selama empat tahun terakhir ini? (hlm. 26)

Putus cinta buat sebagian orang memang bisa menjadi titik balik yang bisa menjungkirbalikkan keadaan. Mungkin itu yang sedang dialami Renata. Setelah putus dari Panji hidupnya berantakan; setelah jabatannya menjadi seorang fashion editor dicopot beralih memilih pekerjaan yang paling tak terbayangkan; perempuan malam. Ekstrim bukan?!?

“Namanya aja kebutuhan, pasti beda-bedalah tiap orang. Ada yang menganggap bisa makan sehari tiga kali aja udah bilang hidupnya cukup. Tapi, ada juga yang mematok kebahagiannya dalam walking closet yang berisi Birkin, Prada, Gucci, dan lain-lain….” (hlm. 21-22)

Pas baca kalimat ini, hampir mirip dengan kalimat yang ada di salah satu buku favorit saya. Perhatikan baik-baik kalimat berikut;

Di sini aku duduk dan menunggu. Hujan malam ini membuat air mataku terasa sangat dingin. Semoga air mataku ini mengalir sejauh-jauhnya, agar kekasihku tak akan pernah tahu bahwa suatu malam aku pernah menangis untuknya. Semoga air mataku ini mengalir sejauh-jauhnya, agar semua malam mengabur dalam gelapnya. (hlm. 183)

Bandingkan dengan kalimat yang ada di dalam novel Di Tepi Sungai Piedra yang ditulis oleh Opa Paulo Coelho;

Di tepi Sungai Piedra aku duduk dan menangis. Udara musim dingin membuat air mata yang mengalir di pipiku terasa dingin, dan air mataku menetes ke air sungai dingin yang mengelegak melewatiku. Di suatu tempat entah dimana, sungai ini akan bertemu sungai lain, lalu yang lain lagi, hingga –jauh dari hati dan pandanganku– semuanya menyatu dengan lautan. Semoga air mataku mengalir sejauh-jauhnya, agar kekasihku tak pernah tahu bahwa suatu hari aku pernah menangis untuknya.

Beberapa kalimat favorit:

  1. “Harapan, apa pun warnanya… mungkin sebuah kemewahan.” (hlm. 63)
  2. “Hidup gak cuma sekedar urusan uang.” (hlm. 176)
  3. “Hidup ini indah walaupun segala sesuatunya nggak ada yang sempurna.” (hlm. 241)
  4. Kalau kita terus-terusan menyalahkan masa lalu, kita justru akan terus hidup bersamanya, dan semakin sulit memebaskan diri. (hlm. 178)

Pengalaman pahit Renata tidak hanya terjadi di sinetron-sinetron, tapi juga ada di dunia nyata. Deskripsi saat Renata data ke pernikahan Panji mirip banget dengan kisah saudara yang datang ke pernikahan mantannya, yang dulunya mereka pacaran tujuh tahun! Pacaran lama tidak menjamin kelanggengan hubungan. Saya sampai gak habis pikir kenapa Renata begitu sempit pemikirannya, terlebih lagi dia berpendidikan dan lulusan kampus unggulan. Tapi begitulah cinta, membutakan segalanya. Kita akan digiring bagaimana proses seorang Renata yang dulunya seorang fashion editor menjadi perempuan malam. Ada proses, tidak secara tiba-tiba.

Alur cerita maju mundur tapi gak bikin bingung. Mengambil setting tiga kota; Jakarta, Bandung dan Jogja. Covernya yang terkesan ‘dark’ merepresentasikan kehidupan Renata yang suram nan kelam. Awalnya saya terpikat dengan pesona Panji, tapi ada sosok baru yang muncul mulai di pertengahan cerita; Dion yang jiwanya lebih laki dan bertanggung jawab.

Pelajaran hidup dari sebuah novel tidak hanya kita ambil tokoh yang baik-baik saja. Dari kisah Renata kita bisa melihat bahwa hidup tidak sekedar hitam dan putih. Selalu khas Stiletto Book, bertema perempuan.

Keterangan Buku:

Judul  Buku                         : Seribu Kerinduan

Penulis                                 :Herlina P. Dewi

Editor                                    : Paul Agus Hariyanto

Proofreader                       : Tikah Kumala

Desain cover                      : Teguh Santosa

Layout isi                             : Deeje

Penerbit                              :Stiletto Book

Terbit                                    : November 2013

Tebal                                     : 241 hlm.

ISBN                                      : 978-602-7572-19-5

seribu kerinduan 1

Indonesian Romance Reading Challenge 2014

https://luckty.wordpress.com/2014/01/01/indonesian-romance-reading-challenge-2014/

New Authors Reading Challenge 2014

https://luckty.wordpress.com/2014/01/02/new-authors-reading-challenge-2014/

2014 TBBR Pile – A Reading Challenge

https://luckty.wordpress.com/2014/01/02/2014-tbbr-pile-a-reading-challenge/

79 thoughts on “REVIEW Seribu Kerinduan”

  1. Wah kak lucty bacanya detail banget ya, sampe sampe ada kata yg hampir sama dengan buku lain saja bisa sampe tahu. Dari sinopsis dan review nya, kayanya novel ini bagus dan kepo juga sama perjalanan hidup nya Renata yang udah kaya roller coster.

    Linda Novianty – @cumee22 – Bekasi.

  2. “Di sini aku duduk dan menunggu. Hujan malam ini membuat air mataku terasa sangat dingin. Semoga air mataku ini mengalir sejauh-jauhnya, agar kekasihku tak akan pernah tahu bahwa suatu malam aku pernah menangis untuknya. Semoga air mataku ini mengalir sejauh-jauhnya, agar semua malam mengabur dalam gelapnya.”

    quote yg sekali baca langsung bikin sukaa 😀 keren banget reviewnya kakak 😀

  3. Reviewnya Luckty itu selalu simpel, tapi dapet. Cuma aku selalu gigit jari, kok gak ada rating bintangnya ya, hahahaha… Mungkin pembaca ‘dipaksa’ membaca lalu merating sendiri.
    Kalau baca kisah Renata itu, suka part renata masih jadi fashion editor, aku pernah punya mimpi kerja di media. Apa lagi ayahnya renata bekerja sebagai wartawan, buah jatuh gak jauh dari pohonnya. Kesel sama kekolotan ibunya Panji, secara gak langsung dia harus tanggung jawab atas degradasi hidup seseorang. Masih penasaran, hal tidak instan apa yang bisa mengubah Renata, logikanya kok bisa bagus-bagus karirnya dipertaruhkan ke kehidupan gelap.
    Mengenai kalimat yang mirip, ya mirip. Mungkin Mbak Herlina memang terinspirasi, kenapa gak di buat wawancara saja, tanya jawab gitu ;D biar clear.

  4. aku juga sama mbak. saat baca novel pasti terlanjur lumer sama pesona laki2 yang digambarkan sang penulis. entah kenapa saat baca novel imajinasi keluar begitu saja. pertentangan dalam hubungan juga banyak terjadi sampai sekarang. meski tidak separah cerita2 masa lalu tapi tetap saja masalah pertentangan orang tua menjadi masalah utama dalam percintaan

  5. Waaah aku sekali baca aku langsung suka tuh sama kata-kata yg ini;
    “Di sini aku duduk dan menunggu.
    Hujan malam ini membuat air
    mataku terasa sangat dingin.
    Semoga air mataku ini mengalir
    sejauh-jauhnya, agar kekasihku
    tak akan pernah tahu bahwa suatu
    malam aku pernah menangis
    untuknya. Semoga air mataku ini
    mengalir sejauh-jauhnya, agar
    semua malam mengabur dalam
    gelapnya.”

    Keliatan banget kayanya sediiiihh banget. Terus emang banyak yg bilang juga katanya novel ini nyesek. Jadi penasaran pengen baca. :3

    Erika Putri Gustiana | @reika_putri | Majalengka

  6. Huaaaa~ Aku kok jadi kesal sama ibunya Panji. Wanita karir kan belum tentu tidak peduli sama keluarganya nanti atau selalu pulang malam. Kebanyakan nonton sinetron nih. Belum lagi bawa-bawa suku -.- SARA nih emaknya :3 hahahaha
    Pemahaman tentang cinta dinovel ini aduhai sekali >.< Nice review, mbak 😀

  7. Membayangkan sosok Renata kayaknya bukan aku banget… Hahah… Kayaknya aneh aja gitu kenapa 3B alias bibit, bebet, dan bobot itu masih berlaku di era kayak gini. Hmm… Nice review Mbak :))

  8. “Harapan, apaapun warnanya mungkin sebuah kemewahan”
    cocok sekali untuk wanita penuh harap sepertiku, hidup ditengah harap memang indah. Walaupun penuh dengan was-was:’)
    btw, ini reviewmu bagus mba.. Lengkap tapi tetap bikin penasaran karna cara penyampainnya bikin yang baca greget.
    Next review ditunggu ya mba…

  9. uwaaaaaaahh.. emaaaan sungguh emaaan. Emang cinta sampek segitunya yah? Harusnya si Renata mendekatkan diri ke Tuhannya biar gak sefrustasi itu.

    kesel banget sama ibunya si Panji yang kejawen itu. Duuuh, itu kejawen kok masih belum ilang di masyarakat kita yaa. mindset kunonya emang harus diperangi tuh. *kebawaemosinih

    Tapi yang namanya bibit, bebet, bobot itu emg harus dipertahankan looh untuk generasi muda yang lebih baik. serius. cuman yaa 3B nya gak sekolot orang dulu. kalo sekarang ya paling diliyat bibit = riwayat kesehatan keluarganya gimana nih? ada yg sakit apa? trus punya gen apa nih. kalo gen buta itu bisa nurun looh serius. bobot = imannya gimana? tipe pekerja keras atau enggak, dll. gausah nyangkut2 suku segala. Apalagi Indonesia itu unik banget.

  10. mbak, mau sekedar tanya. yang di paragraf “Renata bekerja di blablabla” kok ada yang janggal ya? ada ya kuliah jurusan UI ? atau maybe kuliah di jurusan apa gitu di UI si Renata-nya?hehehe 🙂
    karena aku belum baca buku ini, jadi gak tau deh 😉 *alibi biar menang giveaway*
    dan kenapa review mbak Luckty sering bikin aku kepengen baca bukunya?! 😥 sedangkan budget tidak mencukupi huhuhuhu

  11. pilihan yang dilakukan renata bukan hanya ekstrim menurut saya juga aneh, karena dia perempuan cerdas (mengingat pekerjaan dan riwayat karirnya) …….tapi keanehan itu yang membuat saya penasaran ingin membaca buku ini

  12. please ya mbak, baca sekilas tentang buku ini aja gue langsung kayak nonton film di otak. mungkin kalau masalah alur bisa lebih diatur biar pembaca gag bingung dan semakin sulit buah memahami buku ini. tapi cakep koo mbak, unik.

    jujur mbak gue langsung punya imajinasi buat ngejadiin ini visual,

    xie-xie

  13. Hm, drastis sekali perubahan hidupnya tokoh Renata ini. Saya termasuk org yg segera berkerut kening bertanya2 kenapa putus cinta bisa sebuta itu. Tapi kemudian Mbak Luckty ngasih tahu bahwa perubahannya berproses. So, saya penasaran juga bagaimana kisah novel ini.
    Ceritanya Renata berasal dari DU, Bandung yah. Ih, itumah tetanggaan sama kosanku dong? hehe….

    Oh, iya. Saya sudah baca juga Di Tepi Sungai Piedra-nya Paulo Coelho. Memang mirip sih salah satu kalimat kutipan itu…

  14. Manusia memang tidak pernah lepas dari masalah, tapi bersyukurlah karena kita selalu punya harapan. Sayangnya Renata memilih jalan yang seperti itu, padahal hidup bukan hanya dipenuhi sosok seperti Panji saja. Masih banyak laki-laki lain selain Panji yang lebih baik dan pantas untuknya. Tapi itulah perempuan, betapapun kokohnya pertahanannya, betapapun hebatnya ilmunya, tetaplah seorang perempuan, ringkih, lemah dan tak berdaya setelah hatinya hancur oleh perpisahan yang tidak sanggup dia terima seumur hidupnya. Seribu kerinduan itu berarti ditujukan pada Panji sosok yang pernah dicintainya hingga hampir menikah lalu meninggalkannya karena nurut pada ibunya. Saya jadi mikir, kalau jadi ibu Panji, setelah Panji menikah dengan perempuan lain lalu melihat kondisi Renata, tentulah Ibu Panji justru akan mengangkat kepalanya seraya berkata dengan angkuhnya “apa kata ibu, bukan hanya ga cocok, tapi Renata itu terbukti bukan perempuan baik-baik”. Tambah buruk aja Renata di mata keluarga besar Panji.

    Saya jadi penasaran dengan sosok Dion, apa yang mempertemukan mereka dan pastilah sedikit banyak Dion memberi pengaruh pada hidup Renata hingga akhirnya dia memilih jalan hidup yang salah.

    oh iya, untuk paragraf yang di-quote memang hampir sama maknanya. Tapi menurutku, tidak ada yang salah sebab manusia bisa saja terpengaruh oleh seseorang dalam menulis, hanya seja sebaiknya untuk jadi penulis lebih banyak membaca sehingga tulisannya menjadi berbeda dan lebh kreatif, menjadi penulis yang unik dan beda serta punya ciri khas tentu akan punya nilai lebih di mata pembaca.

    Terimakasih, Nice Review 🙂

  15. Hmmm, mirip ya satu kalimat itu? Memang saya baca novel Paulo Coelho yang Sungai Piedra, tapi sudah lama sekali, lima tahunan. Mungkin kata-kata itu nempel di otak bercampur dengan ide-ide yang lain, jadi ketika menulis, kata-kata itu keluar begitu saja. Karena memang pas banget untuk menggambarkan Renata yang sedang resah. Baiklah, lain kali akan saya buat folder di otak agar tidak campur begini. Jadi jari saya bisa membedakan mana ide sendiri dan mana yang terinspirasi dari tulisan lain :)) Dan, doakan saja segera cetak ulang agar saya bisa membuat catatan kaki untuk satu kalimat yang mirip itu. Makasih Lucky review-nya, jadi tahu kalau Paulo Coelho memang sudah mendarah daging dalam hidup saya. Hihi. Makasih juga teman-teman yang sudah ikutan giveaway ini ya. :*

  16. pengen baca novelnya, semoga menang di giveaway. *amiiin penasarannya sama tokoh Dion, terkesan hadir sebagai penyelamat. Panji tega, kok kayaknya gak ada perjuangannya buat bisa dapat restu.
    *pengen baca pengen baca

  17. ceritanya menyentuh banget, sampai saya belum selesai membaca sampai sedihnya dgn yg dialami Renata.cinta kadang membutakan mata & logika sehingga tidak bisa berpikir logis.

  18. Pas awal baca masih biasa aja, seperti kisah cinta umumnya. jatuh cinta dan patah hati. tapi ketika membaca bahwa renata malah menjadi wanita malam… jeger! wow, sepertinya pergejolakan hati renata begitu hebat ya, sampai membuat pikirannya sempit. Layak untuk dibaca, untuk tahu bagaimana pergejolakan hati itu, mungkin dibalik keputusan itu ada suatu penyebab dan alasan yang kuat atau bisa jadi karena keterpaksaan keadaan (nebak2 :p). begitulah cinta, jika tidak dilabuhkan dengan jalan benar, makan ia akan tersesat sampai sejauh-jauhnya.

  19. Review nya hampir spoiler, tapi untungnya belum terlalu jauh. Jadi masih banyak pembaca yang masih penasaran.

    Terlepas dari isinya, judulnya menggambarkan aku banget. Seribu kerinduan yang lagi menyimpan kerinduan pada seseorang.
    Nice novel. Setuju. Bahwa pacaran tak selalu melanggengkan pernikahan 🙂

  20. Kak, ini novel bukannya ditulis sama Herlina P Dewi ya? kok di kolom penulisnya namanya beda, malah namanya Paul Agus Hariyanto :p

    Ah, satu kerinduan saja sudah menyakitkan apalagi seribu kerinduan ya nggak kebayang sama tokoh yang mengalami seribu kerinduan itu. Dan entah itu tradisi atau emang hanya kebetulan saja biasanya sih orang sunda memang bersuamikan orang jawa kebanyakan 😀

    Aku jadi lebih pengen kenal lebih jauh sama renata dan panji deh kak :p
    @oktaviamithaa

  21. Kisah tentang perpisahan memang selalu memikat. Sebagian besar orang pernah mengalaminya, dan itu jadi sisi menarik novel ini. Ingin segera membaca dan membuktikan reviewnya, 😀

  22. Pernikahan itu kan masalah perasaan dua manusia. Kalau sudah saling mencintai pasti masing-masing akan bertanggung jawab atas orang yang dicintainya. Kenapa harus memperdulikan bibit bebet dan bobot. Belum tentu dari keluarga terpandang tapi kelakuan anaknya baik. Belum tentu juga dari keluarga kaya tapi anaknya bisa mengelola bisnis orang tua dengan baik, bisa saja malah cuma bisa menghamburkan-hamburkan uang. Cinta cinta…. Selalu membuatku bingung…

    #GiveawaySeribuKerinduan

    Irin Kusuma Hernika, @iriniyinilin, Solo.

  23. Panji ngga punya prinsip banget, sih…
    Tapi, mungkin Panji punya alasan. *janga berburuk sangka*
    Mungkin, Panji takut durhaka.. 🙂

  24. Halo lagi 🙂
    Jujur saja ya, sebenarnya aku tidak sependapat denganmu mbak. Tentang Renata yang berpikiran sempit.
    Mungkin dia terlalu sedih dan depresi, jadi merasa ingin melampiaskan kekesalannya pada apapun, termasuk menjadi perempuan malam. Ada keadaan dimana seseorang akan merasa nyaman jika melakukan hal yang bisa menyakiti diri sendiri. Yah, itu cuma pendapatku 🙂

    Terimakasih reviewnya, ringkas dan tepat sasaran. Aku jadi sangat penasaran dengan lanjutan ceritanya.

  25. ‘Dilema’….. mungkin itu kata yg tepat bagi Renata. Penolakan antara cinta yg berkembang antara dia dan Panji. Karena hidup itu tak semulus paha cherrybelle. Semua punya alurnya masing2 !

    dan untuk “New Authors Reading Challenge 2014” @lucktygs. Salut bisa nge-review sedetail itu. Semua yg brhasil dibaca bisa dicermati dg teliti 🙂

    Elok Faiqotul – @_elokfa – Pasuruan Jatim

  26. Gak bisa saya pungkirin kalau saya setuju dengan ibunya Panji yg mengatakan bahwa bibit, bebet dan bobot itu sangat penting, tapi kalau orang itu memiliki potensi yang baik untuk memperbaiki keturunannya, kenapa enggak?
    Saya kecewa dengan sosok Panji. Menjalin hubungan selama 4 tahun lalu saat ibunya menentang, Ia hanya bisa menuruti ibunya saja tanpa memikirkan perasaan wanita yg sudah berbagi banyak kisah bersamanya selama 4 tahun. Memang benar kita harus menuruti kata-kata orang tua jika tidak ingin di cap sebagai anak durhaka, tapi apa tidak bisa ia meyakinkan ibunya bahwa Renata seorang wanita baik-baik dan berpotensi? Dengan kegigihan untuk mempertahankan Renata pasti lambat laun ibunya bisa saja luluh. Jadi dimana letak sifat laki-laki yang dimiliki Panji?
    Dan dengan Renata. Mengapa?
    Hanya untuk seorang Panji yang sudah menyianyiakannya, ia malah memilih jalan untuk merusak pencitraan dirinya dengan menjadi perempuan malam. Apakah sesempit itu pemikirannya? Atau mungkin terbelit dengan masalah ekonomi? Yah saya juga gak tau krna saya belum baca novelnya pasti nya 😀 hehee

    Uhhh.. Saya selalu salut dan ngasih jempol untuk hasil review-an Kak Luckty. Kak Luckty menceritakan detail kisah Renata tanpa meninggalkan kesan penasaran kepada pembaca. Karena itu yang saya rasakan tiap baca review-an Kak Luckty
    Malah sampai-sampai bisa mengingat kata-kata antar satu novel dengan novel yg lain, menakjubkan.
    Jadi terinspirasi pengen nyoba nge review novel-novel tp sayang belum punya blog u,u
    Kalau boleh nanya sedikit, ada gak sih trik-trik yang Kak Luckty pakai biar hasil review-an gak garing dan membuat orang-orang jadi tertarik? Makasih sebelumnya Kak 🙂

  27. Hallo..
    Setelah membaca review ini aku jadi makin tertarik untuk membaca keseluruhan isi novelnya. Terutama sama endingnya.

    Sebenernya udah tertarik sejak liat covernya yg sendu itu. Tapi kayaknya ceritanya nggak kalah keren dibanding cover deh.

    Walaupun agak sebel sewaktu baca review tentang panji yg lebih memilih dijodohkan daripada mempertahankan renata untuk tetap ada di sampingnya. Meski cinta memang nggak harus selalu memiliki sih. Dan renata pasti kecewa banget.
    Mungkin ada alasan kenapa renata akhirnya berubah haluan jadi perempuan malam. Tapi pasti ada makna di balik peristiwa peristiwa yg dialami renata selama ini.

    btw, makasih ya atas reviewnya. Keren 🙂

  28. kasihan renata…..tapi di sisi lain, seharusnya renata harus bisa tegar….memang benar patah hati itu menyedihkan dan serasa ingin mati saking sedihnya, namun justru saat itu harus menjadikannya dekat dengan keluarga dan Tuhannya. Kalau si Panji saja bisa move on, kenapa Renata tidak? Hmm..sepertinya kalau melihat plot Renata yang akhirnya menjadi perempuan malam, tokoh Renata di sini belum terlalu semandiri yang dijelaskan di awal cerita….
    Berharap renata bisa menata kembali hidupnya, karena tidak ada kata terlambat….#ikutan review give away ya…^ ^

  29. duh, cover buku ini kesanya sangat amat dalam, kalem, tapi manis. Dan nggak smanis ceritanya, baca review ini aja, aku sudah merasa terombang-ambing, penuh luka, dan masalah seperti ini masih banyak dikehidupan nyata. Perjodohan. Pemutusan Hubungan. akhhh >.< jadi melow seketika.

    kalo masalah cara penulisan review sih, nggak perlu dianggap remeh lah ya Mbak Luckty :p simple tapi ngena banget, dan pastinya bisa menampilkan buku dari sisi yang berbeda. aku ikutan Give Awaynya mbak 🙂 Wish me luck O:)

  30. Review novelnya jelas, detail, dan bikin penasaran sama novel yang di review. Baru baca reviewnya aja udah “ngena” apalagi baca novelnya. Dibikin penasaran buat tau tokoh Renata.

  31. Baru kali ini aku membaca novel karya Mbak Dewi dan itu pun lewat jasa perantara: reviewer. :p

    Setelah berkali-kali baca review novel ini, aku masih saja nggak mengerti mengapa Renata memilih menceburkan diri menjadi pelacur ketimbang profesi lain yang mungkin sama-sama menyuguhkan kenikmatan dan pelampiasan kecewa? Jalan pikiran Renata benar-benar merangsang tanya yang berlanjut dengan penelusuran biar tercapai simpulan yang bisa dipahami isi kepala orang lain (baca: pembaca).

    Mengenai kemiripan akan kalimat pada novel “Seribu Kerinduan” dengan “Di Tepi Sungai Piedra”nya Paulo Coelho, mungkin saja penulisnya (Mbak Dewi) terinspirasi dengan penulis asal Brasil ini. Siapa sih, yang nggak terinspirasi darinya. Karyanya mampu memantik ide. Ya, untuk kebenarannya, mari tanyakan kepada Mbak Dewi saja 🙂

    Baca review “Seribu Kerinduan” ini, di satu sisi aku banyak mendapat informasi sekaligus gambaran soal isi novel yang belum banget aku baca *tutupmuka*. Penulisannya cukup lengkap (ya kalau mau lengkap banget, mending beli bukunya aja kalee), tapi di sisi lain, aku melihat kamu lagi bercerita ulang tentang isi novel yg sudah dibaca bukan sedang melakukan review. Kritiknya sedikit banget. Paling tidak, tampilkan sekelumit info tentang penulisnya, karya-karyanya sebelumnya, maupun karya sejenis yang dilahirkan oleh penulis lainnya, dalam maupun luar negeri di bagian preliminary maupun di bagian penutup.

    Nama: Ratri
    Twitter: @ratweezia
    Kota asal: Yogyakarta

  32. Emang bener kog pacaran selama apapun kalau ga jodoh ya ga bakal ketemu dipelaminan.. hehhe…
    Reviewnya lengkap bngt mbk.. greget sama renata krn aku sendiri bukan orang setipe renata.. entah ya, mungkin aku belum bisa ngerasainnya.., pengen bca novelnya coba gimana rasanya hehe

  33. Sukaaa sama review Luckty. Komprehensif banget, jadi punya gambaran seperti apa isi bukunya.
    Yang nggak habis pikir dari novel ini ialah kenapa Renata memiliki pikiran cekak banget. Padahal dari pendidikan, pekerjaan dan pergaulan harusnya dia bisa berpikir lebih luas dan bisa move on tapi…entahlah…kenapa bisa begitu. Jadi penasaran apa sesungguhnya alasan penulis membuat cerita ini. Jadi pengen baca novelnya.

    Ika Koentjoro ~ @Ikakoentjoro ~ Jogja

  34. aku kayaknya bakalan suka dengan novel ini setelah baca review ini. Karna aku seorang penyuka mode meski gak selalu aku terapin di keseharianku (dah tuwir maklum hahahah). Tapi aku suka dengan beberapa quotes yang kamu tulis. (beruntunglah kamu tidak menulis bocoran terlalu banyak tentang buku ini… huff… suka sebel soalnya kalo baca review tapi kok jadi nyeritain ulang isi buku. Bukunya jadi kehilangan misterinya. padahal asyikbya baca buku itu justru karena misteri ceritanya).

  35. Baca reviewnya jadi gregetan sendiri sama Panji. Trus, itu kenapa di review penjelasan soal tokoh Dion singkat pake banget? Heuuww…

    Sepertinya tema novel ini mainstream banget ya? Putus cinta karena ditentang orang tua, lalu kehidupan jadi gonjang ganjing dan berbalik arah, lalu datanglah pangeran tampan berkuda putih menyelamatkannya dari patah hatinya.
    Well, itu hanya pengamatan saya, kan saya belum baca bukunya, jadi untuk membuktikan bahwa buku ini bukan novel mainstream dan punya daya tarik tersendiri, kayaknya saya harus dilempar novel gratisannya deh *modus*

    Nice review 🙂

  36. Patut diacungi 4 jempol *angkat kaki* Reviewnya sangat mendetail dan bener-bener ngebahas novel ini luar dalem #eaaa bikin si pembaca review gak tanya-tanya lagi novel ini 😀 Jadi tertarik beli bukunya xD Keep ripiu, Mbak Luckty!

  37. Halo Kak Luckty^^ Wa, saya jujur aja gak nyangka kalau cerita di buku ini ternyata bakal ckup menggoda bagi saya^^.

    Sama seperti temen-temen lain, tokoh Rena dengan dunia pekerjaannya sebagai editor fashion terlihat menarik untuk diikuti lika-liku kehidupannya. Lalu, juga pada “pembelokan” cerita yang cukup “keras” juga dengan menjadikan Rena jatuh ke dunia malam O Oa. Aduh, entah harus berterimakasih atau nyesel udah nyimak reviewnya kakak ini LOL hehe bercanda~

    Keren deh kak bisa nyadar “kemiripan”/ke-“terinspirasian” penulis dalam menuliskan kalimat terhadap kalimat di buku lain, kentara banget lah kak Luckty jangan dilawan pengetahuan bukunya^^

    Terima kasih untuk reviewnya kak^^

    Khairisa R. P
    @rd_lite / http://krprimawestri.blogspot.com
    plizz.dont.make.me.sad@gmail.com

  38. Ngomong tentang rindu sih saya mah sering banget,
    tapi untuk cinta engga. Yg lebih sering rindu sahabat, saudara, dll. Tapi itu aja udah kangennnnn banget, gimana kalo kangenin pacar ya?
    well awalnya saya nyangka buku ini nggak menarik sama sekali, mengingat buku seperti ini sangat mainstream,
    tapi setelah saya baca review ini saya jadi pengen punya =)

  39. Bicara ttg review nya, menurut saya review yg dibikin bagus. Orang yg baca jd tertarik sm bukunya kalau baca review ini. Tapi ada satu yg menurut saya kurang penting. Yaitu pd bagian ” Bandingkan dengan kalimat yang ada di dalam novel Di Tepi Sungai Piedra yang ditulis oleh Opa Paulo Coelho”
    Menurut sy, buat apa hal itu dicantumkan? Karena sm sekali tdk ada pengaruhnya, andai saja dihilangkan. Review novel ini akan terlihat lebih simpel tapi ngena buat dibaca. :))

  40. Yang bikin penasaran dan pingin baca lebih lanjut adalah alasan Renata beralih jadi perempuan malam. Apakah karena dia lengser dari jabatan Fashion Editor dan karena terbiasa dengan kehidupan glamor dia jadi nekat bekerja di jalan haram oleh karena itu jalan satu-satunya untuk cepat dapetin uang banyak. Ataukah perpisahannya dengan Panji yang jadi penyebab?

    Jawaban dari rasa penasaran ini bisa ditemukan setelah membaca novelnya pasti. *yaiyalah! 😛

  41. Ah ya, aku setuju sama pernyataan ini
    “Melakukan pekerjaan yang sesuai passion memang sangat menyenangkan.”

    Karena pekerjaan itu yang paling utama adalah kenyamanan lalu tentu saja salary, hehee 😀

  42. Wah reviewnya detail banget…
    setiap orang pasti mersakan yang namanya rindu.
    Membahas soal kerinduan memang sesuatu yang tak akan pernah bosan untuk diulas. Apa lagi disajikan dalam bentuk novel, kerinduan memang sesuatu yang sangat menarik untuk diulas.
    Covernya saja sudah kentara banget menggambarkan sepi, kelam, dan kerinduan. Duh melancholic abisssssss. Saya banget deh. Sepertinya bacaan yang cocok untuk saya #Eaaaaaa *bukan kode kok 😀

  43. Reviewnya bagus banget Mbak, jadi tertarik untuk baca bukunya. Mbak nge-reviewnya lengkap banget ya, jadi pengen berguru 🙂
    Dilihat dari reviewnya Mbak, buku ini sangat cocok untuk dibaca banyak orang, terutama para wanita… Buku yang bagus n review n reviewer yang bagus 🙂

  44. penuh pelajaran.. 🙂
    selama apapun kita menjalin hubungan, ketika tidak sesuai dengan harapan. Percayalah itu takdir Allah dan rencanaNya jauh lebih indah untuk kita. 🙂

  45. Ya pernikahan karena pertimbangan Suku, adat adalah pernikahan yang memang masih ada. Betul sekali kalo bibit bebet, bobot, yang baik jadi acuan dalam memilih pasangan. Tapi gak selalu harus satu suku kan?

    Kasihan sekali Renata dan Panji yang menjadi korban atas nama Pejodohan.

    Oough.. Renata, kenapa harus memilih jadi perempuan malam. Renata yang kecewa dan beralih profesi sebenarnya masih hidup dalam bayang-bayang Panji. Seperti kutipan, “Kalau kita terus-terusan menyalahkan masa lalu, kita justru akan terus hidup bersamanya, dan semakin sulit membebaskan diri. (hlm. 178)

    ooh.. Renata Sebenarnya “Hidup ini indah walaupun segala sesuatunya nggak ada yang sempurna.” (hlm. 241)

  46. Hhhmmmmm… Dr cover n judul sudah terbayang pasti ini novel ttg perpisahan, dan bne ternyata. Cerita yg bikin nyesek krn aku sudah pernah mengalaminya… Syang sekali renta hrs gelap mata krn cinta.. Tp ya barulah cinta.. Deritanya tiada akhir 😛
    Utk kalimat yg mirip Paulo Coelho itu mungkin ter inspirasi ya, lain x mungkin bisa diberi footnote spy gq dituduh plagiarism

    Last but not leaat Reviewnya bikin super super penasaran!!!! Pengennnn bacaaa

  47. Bingung, mau komentar apa. Soalnya review-nya terperinci banget. Opini ada, beberapa paragraf ada, quotes-nya juga ada.
    Ini review terlengkap yang pernah aku baca.
    Pertahankan terus kakak!! Aku akan menjadi pembaca review setia 🙂 🙂

    Oh ya kak, selipin pertanyaan dikit boleh ya?
    sebenarnya diperbolehkan nggak kalo ada penulis yang kata-katanya hampir mirip dengan penulis lain?? Seperti yang kaka sebutkan tadi.

  48. serius ini, aku langsung penasaran pengen baca bukunya abis baca reviewnya sampe abis! penasaran banget sama proses cerita Renatanya kenapa dari yang tadinya hidupnya bisa dibilang di atas, jadi bisa langsung jatuh ke bawah gitu selain karena alasan cinta tentunya. emang kalau yang namanya udah buta karena cinta, apapun yang kita lihat bisa jadi gelap semua tanpa ada celah cahayanya, tergantung kita mentolerirnya gimana:O
    aku juga setuju banget sama kalimat kesukaan kakak yang “Hidup gak cuma sekedar urusan uang (hlm. 176)”, masih banyak banget hal lain selain urusan uang yang harus kita urusin.
    o iya kak, sedikit comment buat reviewnya, di buku yang udah kakak baca ada typonya gak? kalo ada menurutku lebih baik kalau dikasih tau di reviewnya dengan menyebutkan kesalahannya apa dan ada dimananya:) tapi kalo gak ada ya gak apa-apa berarti editornya top markotop bisa tanpa ada kesalahan^^v buat keseluruhan reviewnya juga udah bagus banget menurutku, bahasanya gak ribet jadi mudah dipahamin pas dibaca^^

  49. Haduh, buku tentang patah hati ya…belum2 udh sedih dulu membayangkan kehancuran si Renata
    Patah hati itu perlu kok untuk menguatkan hati, tapi kalau sampe terpuruk begitu…mudah2an gak ada lagi perempuan yang mengalaminya 🙂

  50. Lagi-lagi, penulis review ini berhasil membuat saya tertarik dengan setiap buku yang di-review olehnya.
    Kali ini “Seribu Kerinduan.” Penulis review begitu cerdasnya menjelaskan potongan-potongan kisah Seribu Kerinduan ini hingga nampak menjadi cerita utuh yang benar-benar menguras perhatian. Sampai akhirnya saya penasaran bagaimana cerita seratus persenn penuh dari Mbak Dewi.

    Penulis review juga menurut saya sudah terlatih sekali ya, apalagi saat menjelasan cover yang dihubungkan dengan kehidupan Renata. Dan satu lagi, saya paling suka dengan beberapa quote yang menyikat hati yang dipilihkan olehnya untuk pembaca, hingga lagi-lagi pembaca berhasil penasaran dengan buku yang di-review.

    Nama: Evi Sudarwanto
    Twitter: @evisept_
    Alamat: Palembang

  51. Cinta yang tidak direstui orang tua lantaran berbeda derajat dan suku… Huah rasanya begitu egois kalau orang tua masih saja berpandangan seperti itu, toh Tuhan tidak pernah melihat seseorang dari hal tersebut… Bagiku ketika masih memiliki keyakinan dan kepercayaan yang sama… dan sama-sama menyayangi orang tua masing-masing dan pasang, so why not? jadi geregetan sama ibunya Panji…
    Namun memang ada benarnya ketika alasan wanita karir yang dipakai.. karena orang tuaku sendiri yang mengingakat “Nduk nanti kalo kerja jangan lihat uangnya, tapi waktunya, karena kamu perempuan jadi harus bisa mengurusi keluarga, makanya kalo bisa cari kerjanya pengajar aja jangan di industri ya (berhubung aku jurusan teknik), jadi gitu ya nduk”… Mengingat jam kerja Renata yang kelihatannya sibuk, wajar kalau ibu Panji khawatir…

    tapi itu lah hidup…. ketika patah hati datang dan kita terus menghidndar dengan melampiaskan pada hal-hal yang salah, rasa perih itu justru makin dalam dan tak kan terlupa… Seandainya saja Renata dapat menghadapi patah hatinya bukan malah menghindarinya… tentu saja dia akan menyadari bahwa Panji hanya masa lalu yang mungkin suatu saat dirindu, tetapi dia masih memiliki masa depan yang bisa saja lebih indah dari pada yang lalu….

    Nama : Mirna Puji Rahayu
    Twitter : @KeinaRahardjo
    Domisili : Jakarta Utara

  52. ‘agar kekasihku tak tahu aku pernah menangis untuknya’ kata2 super! Wanita memang begitu, menyembunyikan air matanya agar terlihat kuat. Resensinya buat aku penasaran, dikutip dr adegan2 yg memang bisa menarik minat pembaca untuk membacanya. Super sekali!
    Rahma nabilla
    @telurOranye
    Purwakarta

  53. “Kalau kita terus-terusan menyalahkan masa lalu, kita justru akan terus hidup bersamanya, dan semakin sulit memebaskan diri”

    kalimatnya bikin moodbooster mbk haha 😀

  54. Gk apa2 ada perubahan ekstrim dari tokoh, asal ada proses , gk ujug2. Jika novel ini demikian adanya, saya saluuut. Gk semua penulis sabar merajut cerita. Dan mba Herlina telah melakukannya dg baik…. aihh jd pingin ikutan GA nyaaa 🙂

  55. Mbak Luckty jeli banget pas nemuin kalimat yang serupa di buku lain.

    Dua jempol deh untuk reviewnya. Selalu jelas dan menuliskan quote yang disukai. Kalau nulis review biasanya langsung ya mbak? Pas baca ditandain bagian aau quote yang disuka atau bagaimana?

  56. Ini detail banget ya..
    Jarang ada yang ngepost review kayak gini. Keren
    nggk males juga buat nulis kata-katanya. Apalagi yag bagian pertama Cinta merupakan kekuatan yang tak akan pernah bisa ditundukkan. Kalau kita berusaha mengendalikannya, cinta akan menghancurkan kita. Kalau kita berusaha mengurungnya, cinta akan memperbudak kita. Dan jika kita belajar untuk memahaminya, cinta akan meninggalkan kita dalam kebingungan. (hlm. 131)
    yang ini detail banget, tapi jangan lupa komikatif ya kak, menurut aku kurang ngajak pembaca buat baca hehe tapi keren kok keren 😉

    Hilma Yarisya
    @HilmaYarisya
    Jogjakarta

  57. Reviewnya detil, bikin pembaca penasaran ingin mengetahui lika liku kisah cinta segitiga yg ditawarkan penulis. Kekurangan sana sini dapat dimaklumi, karena sbg penulis kontak antara otak, rasa dan jemari tidak bisa dipisahkan. Good review…

  58. sedikit membacanya sudah bisa membayangkan kalau ceritanya pasti akan membuat pembaca terhanyut, dan seakan-akan merasakan apa yang diceritakan.
    kepengen baca secepatnya

  59. Cinta itu kadang membuatakan. Sama halnya Renata yang dibutakan oleh cinta. Memang hubungan kasih yang begitu lama harus dipisahkan oleh keluarga amat sangat menyakitkan. Apalagi dengan alasan klasik dan kolot seperti beda suku, derajat, status sosial, bahkan perjodohan paksa. Di satu sisi saya kesal dengan Panji yang tidak berani memperjuangkan cintanya (walau dia dilema dan tidak bisa melawan kemauan ibunya). Kesal juga dengan Renata yang tercebur dalam kehidupan malam karena kecewa. Memang manusia tidak sempurna, tapi kegalauan jangan dijadikan alasan untuk terpuruk apalagi jatuh ke lembah kesesatan.

    Saya suka cara Mbak Luckty menceritakan detail kehidupan Renata. Saya bisa memahami pekerjaan yang gemerlap Renata sebagai fashion editor (dan membuat saya envy! Duh sayang banget pekerjaan semenarik itu harus dilepas oleh Renata!!). Sampai akhirnya Renata bermetamorfosis menjadi perempuan malam. Dari review mbak yang padat dan ringkas, saya bisa melihat jelas ke mana cerita ini dibawa walau saya belum membaca buku ini. Saya suka quotes dari novel ini yang mbak kutip dan setiap detail yang mbak ulas. Untuk kemiripan kalimat itu, mungkin penulis terinpirasi dan mengutip kalimat yang sama dalam novelnya. Kalau memang begitu ada baiknya memang dicantumkan sebagai kutipan ya.

    Semoga saya bisa mendapat buku ini dan membacanya sampai selesai.. Amin 😀

    Anisa Listya – @417154 – Palembang

  60. Wah wah saya sampai tak berkedip membaca setiap baitnya. Kadang Novel Asmara lebih asik untuk dibaca, walau yang lain juga banyak yang menarik. Namun sekilas Seribu Kerinduan dikemas dengan suasana ringan dan gaya penulisan yang juga ringan. Tetapi setiap katanya bermakna. Sukses Seribu Kerinduan.

  61. Masalah klasik Jawa-Sunda ini bikin aku senyum simpul. Alhamdulillah, bisa melalui jarak Jawa-Sunda. Aku yang Sunda dengan suami yang Jawa 😀

  62. Assalamu’alaikum kak..
    Reviewnya bagus banget ya kak, bikin penasaran. Selain itu, ada makna yang tersiratnya. Sepertinya novel ini sangat sedih ya kak? aku belum pernah baca. Jadi pengen baca deh. semoga saya menang ya. Amin. Sukses ya kak 🙂

    Adelia Laksmita Dewi.S. – @Adelialds – Kediri Jatim

  63. pertentangan orang tua adakalanya benar, biasanya orang tua kuno/jaman dulu sangat sensitif dengan jodoh anaknya, karena biasanya feeling orang tua terhadap jodoh anaknya lebih peka dan selalu mengharapkan yang terbaik untuk anaknya. terlebih lagi menurut pengalaman yang pernah aku lihat selama ini, restu orang tua itu sangat mujarab, bila ortu merasa jodoh pilihan kita tidak baik, maka otomatis mereka tidak akan merestuinya. dan sebaliknya. oleh karena itu, pikirkan baik-baik tentang restu ortu dan pilihan kita, dan tanyakan pd Yang Maha Kuasa, mana yang terbai untuk kita. semua itu menjadi pilihan kita. jangan pernah merasa bahwa pilihan ortu itu tidak cocok dgn kita, karena sesuai dengan ayat Al-Quran, apa yang menurut kita baik, belum tentu baik bagi kita dan apa yang menurut kita buruk belum tentu buruk bagi kita.

    berdasarkan review di atas aku menyimpulkan bahwa jika memang renata dalah wanita baik-baik dan mempunyai iman yang kuat, seharusnya dia tidak sampai terjerumus ke dunia malam. tapi justru dia harus bangkit mencari cinta yang lain dan tetap selalu mendekatkan diri pada Allah SWT. sehingga dari apa yang terjadi setelah mas putus tersebut, menunjukkan bahwa Renata memang benar2 bukan yang terbaik untuk Panji. bagaimana kalau mereka menikah ya? bisa-bisa kalau ada masalah, Renata malah menjadi lebih buruk.

    Bagi Renata jangan termakan oleh cinta buta, karena meskipun sudah lama pacaran, belum tentu dia jodoh kita bukan?Karena jodoh sudah ada yang mengatur. Namanya saja hidup ya..nasib manusia berbeda-beda dan cara menghadapinya pun berbeda. ketika ada masalah ada yg kuat menghadapi ada yang tidak. tergantung bagaimana kuatnya iman kita.

  64. Huaaaaa bener banget, putus emang selalu jadi titik balik, kadang dalam arti baik, kadang arti yang buruk.

    Rasa-rasanya nggak boleh membaca novel ini saat PMS deh, bisa parah banget efek mengharu-birunya nanti hihihihi 😀

Leave a reply to Muna Sungkar Cancel reply