Setelah sukses dengan #MisteriPatungGaram blogtour dengan jumlah peserta giveaway yang hampir tembus 80, Mbak Ruwi kembali mengajak kerjasama untuk bukunya; Days of Terror.
Ini adalah cerpen yang ditulis langsung oleh Mbak Ruwi Meita. Semua peserta giveaway wajib membaca cerpen ini. Di akhir cerpen akan ada pertanyaan pilihan yang nantinya akan menentukan tulisan berikutnya. Jadi, Mbak Ruwi Meita akan mendapatkan tantangan menulis untuk melanjutkan cerpen dari banyaknya pilihan jawaban. Yuk, kita simak:
Aku ingat langit berwarna kemerahan saat Bu Nirma mengantarku ke sebuah panti asuhan di atas bukit. Sebenarnya bukan warna langit yang membuatku terus memikirkan hari kedatanganku. Ada yang aneh dengan gedung pantinya. Dinding gedung panti asuhan itu justru semakin gelap padahal langit sedang merayakan warna merah. Hal itu membekas di dalam ingatanku dan tak pernah bisa kutepis hingga aku menyadari bahwa aku takkan pernah menyukai gedung panti yang bentuknya mirip sekolah tua dengan banyak jendela dan dinding berwarna kusam, sebagian lumutan tak pernah tersentuh cat baru selama bertahun-tahun. Ada bagian di dalam hatiku yang bersikeras untuk membenci panti asuhanku yang baru.
Bu Nirma membungkuk, menyetarakan tubuhnya dengan tinggi badanku yang hanya sedadanya.
“Joya, mulai sekarang kamu tinggal di sini.”
“Apa kalian membenciku hingga aku dipindah kemari?” tanyaku dengan suara gemetar. Suara yang penuh penekanan itu memicu batukku. Dadaku terguncang, tenggorokan yang panas kering memicu keluarnya airmataku. Aku terlalu bingung untuk membedakan apakah airmataku jatuh akibat batuk yang terlalu keras atau karena rasa terkucil yang menjangkitiku.
“Tidak, bukan begitu, Tempat ini cocok untukmu, bagus untuk paru-parumu. Kamu membutuhkan udara bersih.”
“Aku tidak punya teman di sini.”
Bu Nirma tersenyum lalu menepuk bahuku.
“Kamu akan menemukannya.”
Saat Bu Nirma mengatakannya tiba-tiba sebuah bayangan jatuh menimpaku. Aku mendongak. Sesosok perempuan yang sangat jangkung dan gemuk berdiri di samping Bu Nirma. Dia tersenyum saat melihatku. Bu Nirma mengenalkannya sebagai kepala panti asuhan. Namanya Bu Gayan. Dan saat Bu Nirma pamit meninggalkanku aku baru sadar senyum Bu Gayan sudah berubah menjadi seringai yang mengerikan saat cahaya merah matahari memoles bibirnya yang tipis.
“Aku penasaran kenapa mereka menamaimu Joya padahal tubuhmu ringkih. Bukankah tak ada yang bahagia saat penyakitan?” gumam Bu Gayan. Suaranya terdengar kecil, tak sepadan dengan besar tubuhnya. Kupikir-pikir apa yang dikatakannya semacam ucapan selamat datang.
@@@
Sayangnya, aku tidak menemukan satupun teman meski aku sudah tinggal selama seminggu di sini. Anak-anak yang lain mengacuhkanku. Seakan aku tak ada. Namun semakin lama aku mengamati mereka aku semakin sadar jika mereka tidak saling berinteraksi. Meskipun mereka terlihat bermain berkelompok namun sebenarnya mereka asyik dengan dirinya sendiri-sendiri. Gadis berkepang dua itu misalnya kemana-mana dia selalu membawa boneka kelinci dan sepertinya berbicara dengan boneka itu. Namun dia tak pernah bicara dengan anak-anak lainnya. Anak laki-laki yang membawa bus mainan itu hanya duduk sambil memangku busnya. Dia bahkan nyaris tak bergerak. Saat jam makan tiba mereka mengelilingi meja besar di ruang makan lalu memasukkan makanan ke dalam mulut mereka dengan sangat tenang. Aku bahkan tak yakin jika mereka mengunyah makanan mereka. Mulut mereka hanya bergerak tipis, tidak ada suara makanan dikunyah. Jika aku menjatuhkan sendok mungkin suaranya akan terdengar seperti bom. Bahkan sebelum jam tidur tiba rasanya seluruh isi panti ini sudah terlelap. Satu-satunya yang membuatku merasa nyaman di sini adalah aku bisa bernapas dengan lebih baik. Udara perbukitan yang sejuk sangat memanjakan paru-paruku yang rapuh.
Kondisi ini tidak pernah kudapati saat aku masih tinggal di panti asuhan di kota. Teman-temanku tak pernah berhenti tertawa, mereka makan dengan ribut, tak pernah berhenti berlarian dari satu ruang ke ruang lain, bahkan saat mereka terlelap masih kudengar suara ribut dengkuran mereka. Suasananya lebih hangat dan bersahabat. Betapa beratnya berpisah dengan mereka. Ini semua gara-gara paru-paruku yang lemah. Mungkin itu juga kenapa kedua orangtuaku meletakkan diriku di depan pintu panti asuhan saat aku masih bayi. Bu Nirma bercerita waktu itu dadaku sangatlah kurus. Tak ada yang menyangka aku bisa bertahan hidup sampai sekarang meski dengan napas yang sering merengek saat kumat menyerang.
Hari ini aku menghabiskan makan siangku dengan pelan. Sepertinya aku sudah mulai berubah seperti mereka. Makan tanpa bersuara. Kulirik Bu Gayan yang berdiri dengan menatap tajam ke arah semua anak bergantian. Mungkin dialah yang membuat semua anak menjadi begitu pendiam. Entah kenapa jika ada Bu Gayan ada keengganan untuk bersuara. Aku merasa semua anak merasakan ketakutan yang sama terhadap Bu Gayan. Setelah makan siang berakhir kami mencuci peralatan makan kami bergantian.
Saat semua anak masuk ke ruang bermain aku menyelinap ke ruang baca. Di sana ada banyak koleksi buku dengan rak-rak yang tinggi. Aku senang membaca karena membuatku bisa bernapas pelan-pelan. Hal itu sangat penting untukku, paling tidak bernapas pelan, tidak tergesa-gesa justru akan memperpanjang umurku. Tak ada orang di ruang baca. Kulihat anak-anak di panti itu tidak suka membaca. Aku jarang mendapati mereka berada di ruang ini. Mungkin hanya satu dua anak saja dan mereka tidak membaca. Hanya melakukan hal lain seperti misalnya mencoret-coret buku gambarnya atau melamun.
Saat aku membuka pintu maka aku akan langsung melihat lukisan lumayan besar di dinding ruang baca. Pada awalnya kupikir lukisan itu adalah lukisan panggung boneka hingga aku sadar itu sebuah rumah dengan banyak jendela. Di setiap jendela terlihat siluet anak-anak dengan berbagai macam gaya. Aku tidak begitu menyukai warna-warna di dalam lukisan itu. Terlalu suram. Satu-satunya yang sedikit berwarna adalah warna tembok rumah itu yang kemerahan. Ada banyak sekali jendela di rumah itu. Sewaktu pertama kali aku melihat lukisan itu aku mencoba menghitung jumlah jendelanya. Ada sekitar 133 jendela dan sekitar 166 siluet anak di jendela itu. Ada beberapa jendela yang diisi siluet 2 anak.
Aku melewati lukisan itu menuju rak buku. Kuambil sebuah buku yang kemarin baru separuh kubaca. Ada meja lonjong yang diisi delapan kursi. Aku duduk di samping meja sehingga sudut mataku masih bisa melihat lukisan besar itu. Lalu terdengar pintu terbuka. Aku menoleh. Seorang anak laki-laki seumuranku berjalan tertunduk dengan membawa buku gambar. Dia mengambil kursi yang tepat mengarah ke arah lukisan. Dengan tenang dia membuka bukunya lalu mulai menggambar. Sebenarnya aku penasaran dengannya. Dia sering berada di ruang baca namun tidak pernah membaca. Hanya menggambar. Saat dia menggambar dia tidak memedulikan apapun. Aku selalu ingin tahu apa yang sedang digambarnya. Sepuluh meniit kemudian aku sudah menyelesaikan bukuku. Aku berdiri dan hendak mengembalikan buku itu ke rak yang kebetulan terletak di samping anak laki-laki itu. Sudut mataku sempat menangkap kertas gambarnya. Rasa penasaranku semakin meningkat. Pelan-pelan aku bergeser lebih dekat ke arahnya dengan berpura-pura memilih buku. Dia masih asyik menggambar. Sayangnya keinginan untuk melihat gambarnya justru membuatku menyesal. Aku begitu kaget hingga aku menjatuhkan buku-buku. Dadaku berdebar keras, lututku gemetar, sehingga aku tidak mampu memungut buku-buku itu kembali. Aku hanya berdiri kaku sebab…
- Aku melihat sosok perempuan berambut panjang dan pucat duduk di dekat anak laki-laki itu.
- Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
- Aku melihat Bu Gayan sudah berada di ruang baca dengan menatap tajam ke arah kami berdua.
- Aku melihat anak laki-laki itu menoleh dan berteriak ke arahku sambil mengacungkan spidol merahnya ke wajahku.
MAU BUKU INI?!?
Simak syaratnya:
1. Peserta tinggal di Indonesia
2. Follow akun twitter @lucktygs , @Bukune dan @RuwiMeita25. Jangan lupa share dengan hestek #DaysOfTerror dan mention via twitter.
4. Jawab pertanyaan di kolom komentar di bawah, plus nama, akun twitter, kota tinggal dan jawaban 1, 2, 3 atau 4
5. Tinggalkan komentar di REVIEW Days of Teror
6. Giveaway ini juga boleh di share via blog, facebook, dan sosmed lainnya. Jangan lupa sertakan hestek #DaysOfTerror yaaa… 😉
Event ini gak pake helikopter, eh Rafflecofter yang ribet itu. Jadi pemenang ditentukan dari segi jawabannya yaaa… ( ‘⌣’)人(‘⌣’ )
#DaysOfTerror ini berlangsung lima hari saja: 26 – 31 Mei 2015. Pemenang akan diumumkan tanggal 2 Juni 2015.
Akan ada SATU PEMENANG yang akan mendapatkan buku ini. Hadiah akan langsung dikirimkan oleh penulisnya!
Silahkan tebar garam keberuntungan dan merapal jampi-jampi buntelan yaaa… (ʃƪ´▽`) (´▽`ʃƪ)!
-@lucktygs-
Nama : Tasya Permata Sanjaya
Akun Twitter : @tasyatasa_
Kota : Klaten , Jawa Tengah
Jawaban :
No. (4) Aku melihat anak laki-laki itu menoleh dan berteriak kearahku sambil mengacungkam spidol merahnya kewajahku
nama : eny
twitter : @enythxz
jogjakarta
1.Aku melihat sosok perempuan berambut panjang dan pucat duduk di dekat anak laki-laki itu.
nama: Fembi Rekrisna Grandea Putra
akun Twitter: fembi_rekrisna
kota tinggal: Karanganyar
jawaban: 2. Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
nama: Nur Ramadhani Anwar
akun twitter: @DhaniRamadhani
kota tinggal: Jeneponto
Pilihan jawaban nomor 4
Aku melihat anak laki-laki itu menoleh dan berteriak ke arahku sambil mengacungkan spidol merahnya ke wajahku.
*rapal mantra
Kulan
@kulanku
Jakarta
2. Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah meleleh.
Nama : Uniek Kaswarganti
Twitter : @UniekTweety
Kota : Semarang
Saya pilih jawaban: 2. Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Pilihan jawaban ini akan keren sekali jika digunakan untuk melanjutkan cerita berikutnya. Apa sebab nama Joya ditulis di situ? Misteri atau teror apakah yang siap menunggu Joya di panti tersebut? Aaaakkkk…. jadi mau tau banget nih kelanjutannya 😉
nama : karina anggraini
akun twitter : @kariina_agg
kota tinggal : malang
jawaban : (2) Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
nama : karina anggraini
akun twitter : @kariina_agg
kota tinggal : malang
jawaban : (2) Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
kalo jawaban 2 emang bener, pasti bakal jadi cerita panjang seru yang lebih mendebarkan (langsung menerka-nerka paragraf selanjutnya), hope it!
Nama : Mita Andriana
Twitter : @mita_andriana
Kota : Surabaya
Jawaban 2 : Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
nama : Yulyanti Septi
akun twitter : @ZULYA_KU
kota tinggal : Samarinda
Link share on twitter : https://twitter.com/ZULYA_KU/status/603041201101475840
Link share on facebook : https://www.facebook.com/movic.partii/posts/828067580582527
Link share on Google+ : https://plus.google.com/u/0/+YulyantiSeptiStory/posts/8Pmu4pjEmRs
Jawaban :
No.2
Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
cerpen horor ini sepertinya bakalan gak kalah horornya dengan buku #DaysOfTerror . jangan lama lama ya kakak penulis bikin in buku dari cerpen ini. hihihihi peace..
Ihhhh mau baca keduanyaaa :p
Nama : Bintang P A
Twitter : @Bintang_Ach
Kota : Ngawi
Bismillah…
Jawaban:
2. Aku melihat anak laki-laki
itu mencontoh gambar
rumah di lukisan itu lalu
menulis nama Joya dengan
gaya tulisan mirip darah
yang meleleh.
Terima kasih
nama: Annisa Nurjannah
twitter: @icajahe
kota: Bogor
jawaban nomor 4
4.Aku melihat anak laki-laki itu menoleh dan berteriak ke arahku sambil mengacungkan spidol merahnya ke wajahku.
Nama : Muhajjah
Twitter: @a_philo
Kota : Yogyakarta
link share: https://twitter.com/a_philo/status/603089130533191680
Jawaban: 2.
Yang paling mungkin bikin Joya sekaget itu sih 1 atau 2, tapi kayaknya lebih menarik kalo cerita dilanjutin ke plot nomor 2.
😀
*sebar garem*
Nama: Evelyn
Akun twitter: @enozaces
Kota tinggal: Surabaya
Jawaban: nomor 2
2. Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Nama: Evelyn
Akun twitter: @enozaces
Kota tinggal: Surabaya
Jawaban :
Nomor 2. Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Nama : Shofiullah
Twitter : @esfiu
Kota : Jakarta
Jawaban Nomor 3
3. Aku melihat Bu Gayan sudah berada di ruang baca dengan menatap tajam ke arah kami berdua
Nama: Alika Cynthia
Twitter: @alikacynthia
Kota: Bandung
Jawaban nomor 2: Aku melihat anak laki-laki
itu mencontoh gambar
rumah di lukisan itu lalu
menulis nama Joya dengan
gaya tulisan mirip darah
yang meleleh.
Karena pasti seru kalau cerita selanjutnya kayak begitu. Terkesan horror dan bikin bergidik ngeri 😀
Mareyni Day
@MareyNi_Day9
Kediri
2. Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Pnasaran, koq bisa anak laki” itu tahu ttg Joya. Dan terkesan lbih mistis.
Nama : Frida Kurniawati
Akun Twitter : @kimfricung
Kota : Yogyakarta
Link share : https://twitter.com/kimfricung/status/603108282371219456
Saya pilih jawaban no. 4, karena itu yg paling bikin penasaran dan tegang. Mbak Ruwi menjelaskan dg detail lukisan rumah itu, sampai jumlah jendela dll, pasti ada maksud di baliknya. Nah, apalagi jika bocah laki2 misterius itu menuliskan nama Joya di gambarnya, dg tulisan seperti darah. Jadi penasaran, apa hubungan joya dg lukisan itu?
Kalau jawaban no. 1 dan 3 itu saya kurang paham, aneh jika dari posisi joya yg sudah mendekati si bocah baru tahu kalau ada bu gayan atau hantu perempuan di dekat si bocah. Sedangkan jawaban no. 4 kurang menegangkan menurut saya. Hehe. Terima kasih.
Nama: Aya Murning
Twitter: @murniaya
Kota: Palembang
Nomor 1:
Aku melihat sosok perempuan berambut panjang dan pucat duduk di dekat anak laki-laki itu.
Nama : Irmawati
Twitter : @irmaa_waati
Kota Tinggal : Bandar Lampung
Jawaban :
2. Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Nama : Happy Rose
twitter: @_happyrose
kota : Malang
Jawaban:
Nomor 4.
Sedikit aneh memang kenapa anak laki-laki itu berteriak memandang Joya sambil mengacungkan spidol merahnya. Bisa saja karena anak laki-laki itu justru bisa melihat wajah anak-anak dalam jendela di lukisan, dan baru tahu/sadar bahwa Joya termasuk di dalamnya. Mungkin saja seperti itu?
Nama : Arpah
Twitter : @arpah07
Kota : Palangkaraya, Kalimantan Tengah
Pilihan Lanjutan Cerita:
No. 2
Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Thank You… 🙂
Nama : Nikmatus Solikha
twitter : @nikmatusai
kota tinggal : Malang
jawaban:
2. Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh
Nama: Julie Septy
twitter: @Azkia_Th4sya
Kota: Sidoarjo
Jawaban:
1. Aku melihat sosok perempuan berambut panjang dan pucat duduk di dekat anak laki-laki itu.
Nama : Bimo Rafandha
Twitter : @bimorafandha
Kota tinggal : Palembang
Jawaban:
2. Aku melihat anak laki-laki itu
mencontoh gambar rumah di lukisan
itu lalu menulis nama Joya dengan
gaya tulisan mirip darah yang meleleh
Nama: Utami Panca Dewi
Twitter: @utamipancadewi
Kota tinggal: Semarang
Jawaban:
4. Aku melihat sosok perempuan berambut panjang dan pucat duduk di dekat anak laki-laki itu.
Dias Shinta Devi
@diasshinta
Bogor
2. Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Nama: Eni Lestari
Twitter: @dust_pain
Kota: Malang
Jawaban:
Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Nama: Andri Surya
Twitter: @Andr1Surya
Kota: Malang
2. Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Alasannya: pilihan nomor 2 terasa lebih horor.
Nama: Maya Mai
Twitter: @mayamai_29
Kota tinggal: Bogor
2. Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Hal yg aneh. Kenapa anak itu menuliskannya seperti darah. Apa ia bisa melihat kematian joya ? Hmm..
Nama: Ani Purditasari
Twitter: Anny_Tears
Kota: Jambi
2.Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Karna menurutku itu lanjutan paling pas sekaligus akan membuat ceritanya semakin menarik.
Nama : Veny Prasetyowati
Twitter : @yutakaNoYuki
Kota : Balikpapan
jawaban : nomor 2
Aku
melihat anak laki-
laki itu
mencontoh
gambar rumah di
lukisan itu lalu
menulis nama
Joya dengan gaya
tulisan mirip darah
yang meleleh.
Karena lebih bagus aja kalau kelanjutannya yang no 2 ini, lebih masuk akal dengan ketakutan yang dialami Joya
Nama : Birgitta Marry
Akun Twitter : @BirgittaMarry
Kota : Malang
Jawaban : NO.2 Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Alasan : Menurut saya ini cocok sekali untuk menjadi kelanjutan dari cerita di atas Mbak Ruwi karena seperti yang sebelumnya di ceritakan di cerita ini -> ” Sayangnya keinginan untuk melihat gambarnya justru membuatku menyesal. Aku begitu kaget hingga aku menjatuhkan buku-buku. Dadaku berdebar keras, lututku gemetar, sehingga aku tidak mampu memungut buku-buku itu kembali. ” dari kalimat di atas pastinya si Joya telah melihat sesuatu yang di gambar oleh anak laki – laki itu dan itu membuatnya sangat terkejut dan kagett sekalii..
Dan bagus untuk di jadikan kelanjutan ceritanya karena akan menjawab rasa penasaran semua para pembaca tentang mengapa anak laki” itu menggambarkan hal tersebut ?? Sebenarnya apa yang membuat gedung tua itu menjadi angker, pasti ada sebabnya ?? Dan kenapa anak laki” itu mencontoh gambar di lukisan dan menulis nama Joya dengan gaya tulisan yang mirip darah?? Padahal anak laki” itu pun tak pernah mngobrol ataupun bermain oleh Joya?? Itu bisa menjadi beberapa misteri yang membuat kita penasaran akan jalan ceritanyaa 😀
Termasuk sayaa yangg penasaran mengenai kelanjutan dan ide kreatif bercampur misteri yang di buat oleh Mbak Ruwi 😀
Nama: Naufal RM
Akun Twitter: @NaufalRM
Kota tinggal: Tangerang
Jawaban: 2. Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Nama: Ananda Nur Fitriani
Twitter: @anandanf07
Kota tinggal: Bogor
Jawaban: 2. Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Nama:Lois Ninawati
Twitter: @_loisninawati
Domisili : Panarukan, Situbondo,Jawa Timur
Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Rini Cipta Rahayu
@rinicipta
Malang, Jawa Timur
Lanjutannya no.2
“Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.”
Sependapat dengan sebagian besar teman-teman, gregetnya lebih dapet. Apalagi sebelumnya Joya mengatakan menyesal melihat gambar anak itu, hingga ia benar-benar sangat kaget.
Nama : Septy Anggita
Akun Twitter : @sseptyanggita
Kota tinggal : Tanjung Gading, Batu bara, Sumatera Utara
Jawaban : {2} Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Saya memilih no 2 bukan karna pilihan terbanyak di komentar ataupun ikut ikut, ini asli menurut kata hati saya. selain itu memang jawaban 1 sampai 4 mengandung unsur misteri tetapi saya memilih jawaban no 2 karena dia lebih nyambung dan kecocokan dari cerita sebelumnya dapet banget lagi pula jika mbak Ruwi ingin melanjutkan ceritanya lebih mudah dan dipahami oleh pembaca serta lebih bagus nantinya. saya kira cukup. thanks ^^ 😻
Nama : Rany Dwi Tanti
Twitter : @Rany_Dwi004
Kota : Tulungagung
Jawabannya : 2) Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
nama: wening purbawati
twitter: @dabelyuphi
kota: ambarawa, jawa tengah
jawaban: 2) Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Nama : Ratnani Latifah
Twitter : @ratnaShinju2chi
Kota : Jepara
Jawab : 2. Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
nama : Wulida Nadhila
akun twitter : @Jm_nim
kota tinggal : Bojonegoro (jatim)
jawaban : (2) Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Nama : Wahyu Triyani
Twitter : @witri_nduz
Kota Tinggal : Boyolali
Jawaban : Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Nama : Agatha Vonilia M.
Twitter : @Agatha_AVM
Kota tinggal : Jember
Jawaban : no 2. Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Nama: Ayu Putri Noviyanti
akun twitter: @ayuputrinvynt
domisili: Cirebon
Jawaban: no. 2. Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Alasan: karena lebih nyambung dari cerita sebelumnya. dan memiliki kesan yg membuat tegang dan debaran jantung lari kocar-kacir! oh serta lebih membuat penasaran ttg akhir kisah daripada jawaban no. 1, 3, dan 4
Nama : Anggi Budiman Ibrahim
Twitter : @anggimore
Kota : Kuningan
Jawaban : no . 1
“Aku melihat sosok perempuan berambut panjang dan pucat duduk di dekat anak laki-laki itu.”
kayaknya cuma hantu yang bisa bikin lutut gemetar..
nama : Eka
twitter: @heart0fhuman
domisili : jambi
jawaban no. : 4. Aku melihat anak laki-laki itu menoleh dan berteriak ke arahku sambil mengacungkan spidol merahnya ke wajahku.
boleh kasih alasan, ga? (smoga boleh)
alasanku memilih jwbn no 4, yaitu krn …. “Aku begitu kaget hingga aku menjatuhkan buku-buku. Dadaku berdebar keras, lututku gemetar, sehingga aku tidak mampu memungut buku-buku itu kembali. Aku hanya berdirikaku sebab… ” dari kalimat itu, bisa jadi merupakan reaksi dari keterkejutannya pada jawaban nomor 4, serta reaksi tambahan dari penyakit paru2nya.
Jawabannya : 2.Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
Alasannya : Ketika rasa penasaran Joya sudah tak tertahankan lagi, ia mencoba mencari tau apa yang digambar oleh anak laki-laki tersebut. Ia mencoba mencari tau dengan mendekat, saat mendekat ia sempat melirik lukisan anak tersebut. Saat ia mencoba mencari tau gambaran anak tersebut tanpa sengaja ia menjatuhkan beberapa buku lalu lekaki itu pun menoleh dan Joya memandang gambaran anak laki-laki tersebut, ia melihat gambar rumah di lukisan dan ada tulisan nama Joya dengan gaya meleleh seperti darah. Sehingga cerita itu akan berlanjut, ditunggu lanjutannya ya kak Ruwi Meita . *maaf kalo jawabannya salah**
Nama : Ibnu Wahyudinnur
Twitter : @wah_ibnu
Kota : Sampit, Kalimantan Tengah
Nama : Arfina
Twitter : @ipinkaramel
Domisili : Serang
no.2, karena di penjelasan cerpen di atas, Joya gemetar, kaget dan takut krena melihat tulisan Joya seperti darah meleleh di atas lukisan anak tersebut.
Nama : Annisa Nuramdhani
Twitter : @Niszari
Domisili : Cirebon
2. Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.
#DaysOfTerror
Aku senang membaca karena membuatku bisa bernapas pelan-pelan. Hal itu sangat penting untukku, paling tidak bernapas pelan, tidak (bukan) tergesa-gesa (yang) justru akan memperpanjang umurku.
mungkin di bagian itu (dalam tanda kurung) harus di edit ya mbak biar lebih enak bacanya.