Uncategorized

REVIEW Manusia Setengah Salmon

Awalnya, saya gak begitu antusias waktu MSS terbit. Kenapa?!? Karena pas baca buku sebelumnya, Marmut Merah Jambu, tingkat kelucuannya sudah menurun drastis dibandingkan buku-buku Raditya Dika sebelumnya. Menurut saya, MMJ terlalu dipaksakan keluar sebelum waktunya. Kecuali MMJ (yang saya pinjam dari Kiki, teman SMA), saya selalu beli terus loh buku-buku RD jaman kuliah, bahkan dua kali pernah ketemu langsung dan foto bareng RD, jaman Friendster, gyahaha.. 😀

Apa yang membuat saya membeli MSS?!? Karena diteror murid-murid; Palas, Tedy, dll setiaaaaap hari selalu ada yang menanyakan buku ini udah ada atau belum di perpus sekolah. Akhirnya kesampaian juga beli buku ini dari duit denda murid-murid, hehe.. :p

Sebelum dijamah murid, saya baca duluan donk… *salah satu manfaat jadi pustakawan
Ehhh…buku yang saya beli udah cetakan kelima ajaaa..buseett…baru juga dua bulan…Oya, ada adegan konyol pas beli buku ini di Gramedia:
Ibu-ibu : “Mbak, ada Raditya Jantan?”

Mbak Gramedia : “Ohhh…maksudnya Raditya David?!?”

–> Pengen mati ketawa dengernya. Ternyata selain harus belajar KLASIFIKASI, petugasnya memang harus hapal nama-nama PENULIS (apalagi yg terkenal). Masak nyebutin RADITYA DIKA nyerempetnya jauh beneeerr.. ✪‿✪

Saya baca sehari full selama di perpus sekolah, kadang gak nyadar ngikik sendiri, taraf kelucuan MMJ hampir setingkat dengan Kambing Jantan. Di buku ini, gak hanya sekedar cerita konyol, ada selipan pesan moral di dalamnya, seperti dalam Bab Kasih Ibu Sepanjang Belanda:
“Semakin bertambah umur kita, semakin kita dekat dengan orangtua. Kemungkinan yang paling besar adalah orangtua kita bakalan lebih dulu pergi dari kita. Orangtua kita bakalan meninggalkan kita, sendirian. Dan kalau hal itu terjadi, sangat tidak mungkin buat kita untuk mendengarkan suara menyebalkan mereka kembali.” (hlm. 133) à JLEBB banget ini!

Bab Tarian Musim Kawin adalah favorit saya: Your first date is her/his timeline. Semua informasi yang seseorang butuhkan atau gebetannya bisa dilihat melalui apa yang mereka twit, entah isinya ngeluh, galau, becanda. (hlm. 152) à buat Jomblo Perak, siap-siap kesentil bab ini! 😀

Bab Lebih Baik Sakit Hati, mengisahkan saat RD tumbuh gigi. Saya juga pernah ngalamin ini pas lulus kuliah. Kata temen yg orang Sunda, kalo belum tumbuh gigi ini tandanya belum dewasa, belum boleh kawin, gyahaha.. XD Biasanya gigi geraham bungsu yang tumbuh di keempat pojok belakang rahang atas dan bawah saat usia 17-30. Sakitnya gak ketulungan! 😥
The pain of growing up. Pindah menjadi dewasa berarti siap menghadapi rasa sakit dan melihat hal-hal yang menyakitkan itu sendiri.. (hlm. 203)

Bab Sepotong Hati Di Dalam Kardus Cokelat juga dalem banget:
Putus cinta seperti disengat lebah. Awalnya, tidak terlalu berasa, tetapi lama-kelamaan bengkaknya mulai terlihat. (hlm. 23)
Ketika sesuatu sudah mulai sempit dan tidak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ke tempat yang lebih luas dan (dirasa) cocok untuk dirinya. (hlm. 29) à JLEBB juga iniiii!! 😀

Ada juga Bab Pesan Moral Dari Sepiring Makanan. Kejadian ini ada di twitpicnya @radityadika:

Waktu ke Frankfurt Jerman, ada makanan namanya Handkase mit Musik (penjabaran di buku ini bikin ngakak):

Dan aneka panganan durian dari twitpicnya @radityadika:

Hidup penuh dengan ketidakpastian, tetapi perpindahan adalah salah satu yang pasti. Kalau pindah diidentikkan dengan bepergian, maka kesedihan menjadi sesuatu yang mengikutinya. Kita sering berpikir ini adalah perpisahan sering merasa sedih melepas hal-hal yang diakrabi, hal-hal yang selama ini membuat kita senang dan nyaman. Akhirnya, melakukan pencapaian lebih, kita tak bisa hanya bertahan di tempat yang sama. Tidak ada kehidupan lebih baik yang bisa didapatkan tanpa perpindahan. (hlm. 256)

Aduh, kutipan di atas dari bab terakhir sungguh JLEBB banget. Hari ini, 17 Februar 2012, tepat setahun yang lalu saya dapat SK, ditempatkan di perpustakaan sekolah yang tidak pernah saya bayangkan. Dan hasilnya?!? Saya mendapatkan pengalaman-pengalaman tak terduga yang ruarrrr biasa… (y)ˆ⌣’)(y)

Yup, MSS memberikan kita banyak pesan moral: sebab hidup harus berubah!

Keterangan Buku:
Judul : Manusia Setengah Salmon
Penulis : Raditya Dika
Editor : Windy Ariestanty
Proofreader : Gita Romadhona
Penata Letak : Nopianto Ricaesar
Desain cover & ilustrasi isi : Adriano Rudiman
Penerbit : GagasMedia
Terbit : 2011 (Cet. 1), 2012 (Cet. 5)
ISBN : 979-780-531-X

NB:
Ah, sayang banyak typo:
Kepala (hlm. 640 : harusnya k huruf kecil karena ditengah kalimat
Car-anya (hlm. 124) : harusnya pemenggalan katanya ca-ranya atau cara-nya
Menger-ikan (hlm.129) : harusnya pemenggalan katanya menge-rikan atau me-ngerikan

// Lomba Estafet Review Buku //Buku ini dapat kamu peroleh di Toko Buku Online Bookoopedia.com | FB bookoopedia | Twitter @bookoopedia

http://www.bookoopedia.com/id/book/id-56581/manusia-setengah-salmon.html

So, selanjutnya aku menyerahkan tongkat estafet ini kepada temanku, di blognya:

http://thebookielooker.blogspot.com

Ayo tulis review di blogmu, siapa tau ntar kamu yang menang lho!

http://www.bookoopedia.com/id/berita/id-88/lomba-estafet-review-buku.html

10 thoughts on “REVIEW Manusia Setengah Salmon”

  1. Selain seneng buku romance, aku juga seneng sebagian buku bergenre comedy. Terutama buku Raditya Dika. Aku udah baca semua bukunya. Bahkan dia bikin film. Aku langsung aja kepengen nonton. Aku termasuk salah satu penggemar Raditya Dika. Dan sejak itu jadi suka nonton standup comedy, ya walaupun sering ada yg garing ceritanya, ini yg bikin kesel.

    Sesekali kita perlu tertawa 🙂

  2. Aduh, nggak terlalu suka sama bukunya Raditya Dika (maafkan saya bang Radit, hihihi) Soalnya kebanyakan garing sih ya. Tapi selera orang kan beda kan ya. Buktinya murid-muridnya Luckty banyak yang nyariin. Karena saya sudah emak-emak mungkin yah jadi beda selera, hehehe.

    Putus cinta seperti disengat lebah. Awalnya, tidak terlalu berasa, tetapi lama-kelamaan bengkaknya mulai terlihat. (hlm. 23) —>>> pasti seusia murid-murid Luckty nge-favorit-in quote ini deh 😀

Leave a comment