resensi

REVIEW Gadis Kretek

Mumpung #HariTanpaTembakau dan sesuai #postingbareng yang merupakan ritual rutin#OrdoBuntelan di @BBI_2011, saya posting review novel Gadis Kretek. Siapa itu Gadis Kretek?!? Dia merupakan penjelmaan dari Roro Mendut yang ludahnya manis untuk menciptakan sebuah kretek yang gurih.

Gurih itu rasa puas yang membuat orang lain merasa cukup dengan yang itu saja, tak perlu mencoba yang lain, sehingga nantinya akan kembali lagi untuk mencicipi rasa gurih itu. (hlm. 34)

Kutipan tentang Roro Mendut dari WIKIPEDIA:

Di alun-alun Mataram Istana Karta, tepatnya di tengah pasar rakyat, Mendut membuka warung puntung rokoknya. Sambil diiringi tarian erotis penuh gerakan kebebasan ala budaya pantai utara, Mendut menghisap rokok dan bekasnya dijual pada setiap pengunjung yang mau membeli. Tentu saja harganya lebih mahal dari rokok biasa, karena rokok tersebut sudah tersentuh dan dihisap oleh Mendut, yang menurut anggapan rakyat banyak, Mendut adalah seorang Putri Selir Mataram dari Tumenggung Wiroguno.

Novel ini berisi tentang tiga generasi: zaman Belanda, zaman Jepang, dan zaman merdeka – Idroes Moeria, Soeraja dan anak-anaknya, Lebas, Karim dan Tegar. Hingga akhirnya pada titik inti: Jeng Yah si Gadis Kretek.

 

Waktu baca ini di sekolah, ada Pak Guru yang melirik buku ini dan penasaran dengan isi ceritanya. Trus, kami jadi bahas rokok, kretek dan klobot. Pak guru tersebut bercerita tentang masa kecilnya yang sering membuat klobot. Deskripsinya mirip ama pembuatan klobot di buku ini:

….ia meminjam setrika arang milik simboknya, lalu dengan penuh hati-hati disetrikanya daun jagung yang telah kering itu. Setelah itu, ia menggunting satu per satu lembaran daun jagung tadi, dan jadilah klobot. (hlm. 60)

..dia cipratkan sakarin  secara merata agar klobot menjadi manis. Ini pula yang membuat klobot anti air. (hlm. 61)

Pas ngelanjutin baca ini lagi, ada murid yang mau pinjem. Akhirnya saya ngalah. Padahal murid ini paling ogah kalo pinjem buku fiksi Indonesia, pasti nyarinya fiksi terjemahan. Kurang nendang kalo fiksi Indonesia, begitu alasannya. Dua hari kemudian di mengembalikan buku ini dan bilang: “Nah, buku tuh harsunya kayak gini. Gak cuma cinta melulu!

 

Membaca buku ini mengingatkan Tetralogi Buru-nya Pramoedya A. Toer dan Ronggeng Dukuh Paruk-nya Ahmad Tohari. Bercerita cinta dan diselingi konflik politik di zamannya yang tidak hanya sarat dengan sejarah kemerdekaan Indonesia tetapi juga menguak industri kretek di Indonesia. Sungguh perpaduan yang ciamik dan pasti membutuhkan riset yang mendalam.

Ada banyak pengetahuan yang kita dapatkan seputar kretek:

  1. Sebuah produk kretek akan dikenal pertama kali lewat selubung kemasan yang mentereng, atau setidaknya etiket yang ditempelkan ke bungkus kertas. (hlm. 62)
  2. Kretek  awalnya dikenal sebagai obat asma, dengan adanya cengkeh yang terkandung didalamnya. (hlm. 63)
  3. Kretek menjadi barang yang mewah ketika dipenjara. Bukan hanya masalah benda itu bisa menjadi alat pembayaran dadakan yang bisa dibarterkan dengan benda-benda lain yang mungkin dibutuhkan dan dimiliki oleh orang lain. Tetapi juga, menghisap kretek sejenak bisa membawa pikiran pulang ke rumah.. (hlm. 91)
  4. Teh atau kopi memang teman sejalan yang setia dipadukan dengan kretek. Tetapi untuk menentukan jodoh yang tepat, apakah the atau kopi yang harus disruput, maka harus melihat matahari. Jika matahari di Timur, maka kopi lebih tepat dipadukan dengan kretek. Tetapi jika matahari di Barat, teh lah yang berjodoh dengan kretek. (hlm. 128)
  5. Industri kretek di Kudus menyerap lebih dari 100.000 buruh. Itu berarti menjadi tumpuan penghasilan hampir 2/3 penduduk Kabupaten Kudus. (hlm. 166)
  6. Dulu, di Kudus ada Pak Haji Jamari. Dia hidup tahun 1980-an. Suatu hari lelaki itu sesak napas, dan mencari cara memasukkan woor (cengkeh) ke paru-parunya. Dia pun merajang cengkeh dan mencampurkannya dengan tembakau rajang yang lalu dilinting dengan klobot. Ketika api menyulut dan menghabiskan batang lintingan itu, terdengar suara kretek-kretek akibat terbakarnya cengkeh rajangan. Itulah asal mula kretek. (hlm. 179)

Dalam Buku Membunuh Indonesia, Konspirasi Global Penghancuran Kretek-nya terbitanKatakata hasil resensi yang ditulis Diana AV Sasa: “Kretek pernah dianggap sebagai penanda identitas, simbol pergerakan nasional bagi mahasiswa-mahasiswa Indonesia menimba ilmu di Belanda. Kretek juga menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Indonesia sejak jaman kerajaan. Bahkan kretek menjadi saksi sistem tanam kerja paksa.”

Selain itu, kita bisa melihat berbagai macam kretek dalam novel ini:

Kretek Gadis: Sekali isep, gadis yang Tuan impikan muncul di hadepan Tuan. (hlm. 151)

Kretek Garwo Kulo: Kreteknya lelaki yang cinta istrinya (hlm. 152)

 

 

Sayang sekali ditemukan typo dalam letak penulisan kata dan tertukarnya penokohan. Semoga di cetakan berikutnya, novel ini sudah diedit hingga lebih enak saat membacanya. Oya, Jeng Yah si Gadis Kretek yang menjadi judul novel ini justru porsi ceritanya lebih sedikit dibandingkan Idroes Moeria dan Soeraja. Meskipun begitu, sesuai tagline novel ini: Kaya Wangi Tembakau, Sarat Aroma Cinta.

Penulisnya, Ratih Kumala awalnya saya kenal sebagai script editor di salah satu stasiun televisi. Ternyata dia sudah menulis beberapa buku; Tabularasa, Kronik Betawi, Larutan Senja, Genesis, Un Soir du Paris, Che: Sebuah Biografi Grafis. Kumpulan cerpennya, Larutan Senja terpilih dalam 10 besar Khatulistiwa Literary Award 2006. Saya baru baca karyanya yang Larutan Senja dan cerpennya di Un Soir du Paris. Nyidam Kronik Betawi gak nemu-nemu, apa udah gak cetak ulang ya? :’)

Ratih Kumala ini sungguh ramah, bisa ngobrol dengannya lewat:

Website: http://ratihkumala.com/

Twitter: http://www.twitter.com/ratihkumala

Facebook: http://www.facebook.com/ratihkumala

Launching Gadis Kretek di Gramedia Mall Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Jumat (9/3/2012)

Keterangan Buku:

Judul                : Gadis Kretek

Penulis             : Ratih Kumala

Desain cover & ilustrasi isi: Iksaka Banu

Editor              : Mirna Yulistianti

Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama

Terbit              : Maret 2012

Tebal               : 275 hlm.

ISBN               : 978-979-22-8141-5

Trailer Gadis Kretek: 

http://www.youtube.com/watch?v=SEZGr6KkfCo

Posting Gadis Kretek ini dalam rangka Posting Bareng Buku Gramedia bersama teman-teman Blogger Buku Indonesia  ξ\(´▽`)/ξ 

Ini yang membuat desain cover dan ilustrasi isi:

33 thoughts on “REVIEW Gadis Kretek”

  1. saya juga baca gadis kretek bulan ini,
    dan baru tahu beberapa waktu lalu kalau buku ini jadi posting buku bareng gramedia BBI untuk bulan Mei. *ketinggalan (,_,)
    emangnya mba, biasanya posting bareng kayak gini thread infonya dimana?
    *maklum, baru gabung BBI ^^v

    1. Kalo ga salah untuk gabung di grup FB BBI harus di invite dulu mba. Mungkin bisa add dulu FB salah satu dari anggota BBI.. misalnya mention @htanzil aja 😀

  2. salam kenal ya…. Gadis Kretek ini memang termasuk dalam wishlist saya, segera hunting buku ini di Gramedia 🙂 Btw Roro Mendut-nya Romo Mangu keren lho, bagus banget 🙂

    1. moga-moga cetakan berikutnya bisa lebih rapi. Soalnya sayang banget kan, isi menarik tapi jadi gak menarik karna banyak typo.. 😉

    1. ya cuma fiksi, hanya ada di novel ini. Tapi keren ya ampe diniatin ada sampul roknya masing-masing.. 🙂

    1. setara dengan Ronggeng Dukuh Paruk. Menurutku, mbak ratih kumala cocok disebut generasi baru Ahmad Tohari.. 🙂

    1. tapi typo-nya gak sebanyak ini…sayang banget..karna typo terkadang mempengaruhi seseorang untuk membaca.. :/

  3. nice info, saya mau memperluas bahan bacaan saya, tidak saja mentok dewi lestari, ayu utami, golagong. Thanks sudah menulis postingan ini

  4. Saya agak pemilih dalam membaca buku. Kalau ga bener-bener klik pas liat buku, engga bakal beli. beberapa ada yang langsung klik dan beli, eh.. jadi best seller kemudian. entahlah..
    cerita mengenai Haji Jamari menambah pengetahuan.
    terima kasih tulisannya.

    1. Penulisnya, Mbak Ratih Kumala, gaya bahasanya suka, genre sastra tapi masih bisa dicerna… Gadis Kretek ini salah satunya.. 😉

  5. Hmm… kayanya isinya buku sejarah ya?? Agak takut gak kebaca, kalo “berat”…. Btw, direview gk ditulis ni, gmn penilaian buat gaya kepenulisannya. Klo aku pribadi, belum sanggup kayaknya baca buku ini.. Cerita Cinta Enrico-nya Ayu Utami, hadiah di twitter sampe sekarang belum khatam, soalnya ada bumbu sejarah :)) *peace

    1. bahasanya gak seberat kayak Ayu Utami, kok. Aku aja malah belum pernah baca buku-bukunya Ayu Utami… 😀

  6. Menghayati banget nih baca review-nya…
    🙂
    Merhatiin satu-satu ilustrasi macam-macam bungkus rokok jaman dulu, sempet kaget liat yang isinya 100 batang… *busyet*

    Apalagi recommended banget…

    *antusias*

Leave a reply to Darjeeling Cancel reply