buku, resensi

REVIEW Bastian & Jamur Ajaib

“Cinta enggak buta. Yang buta itu uang!” (hlm. 17)

Sebelumnya, saya sudah pernah membaca beberapa buku yang ditulis Mbak Ratih Kumala. Diantaranya Gadis Kretek yang pernah masuk Top Five Khatulistiwa Literary Award 2013 dan Tabula Rasa. Disela-sela kesibukannya bekerja sebagai penulis skenario di salah stasiun swasta, beliau masih aktif menulis cerpen di media massa, dan dikumpulkan melalui buku ini. Kalau ada yang belum tahu, Mbak Ratih Kumala ini adalah istri dari Mas Eka Kurniawan yang bukunya sangat dilirik. Duh, jadi keinget punya beberapa timbunan bukunya Mas Eka x)) #TimbunanOhTimbunan

Dari tiga belas cerpen yang disajikan, ada sembilan cerpen yang pernah di muat di media massa. Dari semua cerpen yang saya baca, saya hampir menyukai semuanya. Setiap cerpen memiliki keunikan tersendiri.

Ode Untuk Jangkrik. Bercerita tentang seorang anak desa yang hobi mengadu jangkrik. Mungkin bagi anak kota, sangat asing dengan permainan ini. Tapi bagi anak desa seperti saya, pernah mengetahui yang namanya main adu jangkrik. Meski tidak pernah memainkannya, tapi dulu sewaktu kecil baca teman laki-laki yang melakukan permainan ini. Khas anak 90-an. Tapi sama seperti halnya burung, ayam atau hewan aduan apa pun, sesungguhnya mereka tersiksa.

Perebut laki-laki orang atau istilahnya disebut pelakor sekarang ini, banyak termuat di beberapa cerpen. Seperti dalam cerpen Noniek, di mana tokoh utamanya merupakan istri keenam seorang kakek-kakek. Dia diduga dijual ibunya demi mendapatkan harta berlimpah. Kemudian ada di cerpen TELEPON, di mana sang suami yang puluhan belasan tahun menikahi istrinya, bahkan anak mereka sudah kuliah, justru kepincut dengan gadis yang usianya separuh lebih muda darinya. Hampir setiap malam pulang dini hari dengan alasan meeting. Dan ada juga di cerpen RUMAH DUKA di mana sang suami yang sudah tiga puluh empat tahun, ternyata memiliki simpanan selama tujuh belas tahun. Selama ini sang istri bukan berarti tidak tahu, tapi pura-pura tidak tahu. Bagi sang istri, perempuan-perempuan yang selama ini bergayut manja pada suaminya hanyalah sekedar jajan di luar, tapi suaminya ini tetap miliknya, karena selalu pulang ke rumah. Hingga sang suami meninggal, sang pelakor yang sudah tujuh belas tahun bersama suaminya itu pun muncul di rumah duka.

Ah Kauw. Bercerita tentang penggali kubur yang hidupnya naik drastis. Dia memang tetap menjadi penggali kubur, tapi kali ini lebih menantang. Jika dulu di kampung, jarang sekali ada yang meninggal artinya tidak mungkin setiap hari dia menggali kuburan, tawaran untuk bekerja di Jakarta sangat menggiurkan. Betapa tidak, jika dia kuat, dalam sehari bisa menggali beberapa kuburan. Apalagi jika kuburan yang digalinya adalah kuburan orang Cina atau orang Belanda kuno, biasanya banyak benda-benda berharga yang tertimbun di dalamnya, yang artinya bisa ia bawa pulang. Lewat cerpen ini ada pelajaran yang bisa kita petik. Bahwa pekerjaan apa pun yang kita lakukan jika menyakiti atau merugikan orang lain, tentu tidak berkah. Seperti yang dialami Ah Kauw ini.

Kemudian ada kisah Lelaki di Seberang Rumah tentang seorang nenek yang berusia 101 tahun tinggal di sebuah Panti Jompo. Merasa kesepian. Padahal dia memiliki beberapa anak dan banyak cucu. Sayangnya perlahan mereka mulai melupakannya. Dari yang awalnya masih rajin mengunjunginya di hari-hari special, seperti hari raya maupun hari ulang tahunnya, lama-lama mereka jarang sekali mengunjunginya. Kemudian dia merasa kembali bersemangat karena setiap hari melihat seorang lelaki tua meski umurnya jauh lebih muda darinya, di seberang panti jompo tempatnya tinggal. Meski dia lumpuh, dia menjadi pendengar yang baik saat mereka bersama. Menjadi semacam semangat hidup bagi sang nenek. Sayangnya, nenek ini pun menjadi saksi kematian si kakek dari rumah seberang.

Dan masih banyak cerpen lainnya. Cerpen yang menjadi penutup dalam kumpulan cerpen ini juga menarik. Meski awalnya saya kira bakal tentang fantasi, tapi memang tentang efek halusinasi.

Keterangan Buku:

Judul                                                     : Bastian & Jamur Ajaib

Penulis                                                 : Ratih Kumala

Penyelia naskah                                               : Mirna Yulistianti

Desain sampul                                   : Staven Andersen

Copy editor                                        : Rabiatul Adawiyah

Setter                                                   : Nu Wulan Dari

Penerbit                                              : PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit                                                    : 2014

Tebal                                                     : 124 hlm.

ISBN                                                      : 978-602-03-1410-5

2 thoughts on “REVIEW Bastian & Jamur Ajaib”

Leave a comment