buku, resensi

REVIEW Gerbang Trinil

 gerbang trinil

Menyerang bumi sama saja dengan tindakan bunuh diri. Maka mengurangi populasi manusia dengan bencana-bencana alam yang mereka picu adalah salah satu caranya. (hlm. 172-173)

ARETA PRAMESWARI. Dunianya hanya berputar-putar pada buku dengan perpustakaan menjadi orbitnya. Gadis itu buku hampir setiap hari. Ia menghabiskan jam istirahat dengan berkelana di dunia maya, namun herannya, Areta selalu tepat wakt saat mengembalikan buku, hingga Bu Eti si petugas perpustakaan sekolah sulit menebak berapa kecepatan gadis itu saat membaca. Bu Eti juga sudah hapal kebiasaan Areta. Gadis itu lebih tertarik pada buku-buku tentang fosil.

Selama ini, boleh dikatakan kehidupan Areta nyaris nggak pernah bersisian dengan teman-teman sebayanya. Di saat cewek-cewek pintar sepertinya rajin memberi contekan agar nggak dikucilkan dari pergaulan, Areta justru berbuat sebaliknya. Yang lain hobi nongkrong di kantin atau menonton cowok-cowok bermandi keringat di lapangan basket, Areta justru memilih mendekam di perpustakaan. Beberapa kali mencoba bergabung dengan teman-temannya, kejenuhan dengan cepat melandanya begitu mereka mulai mengobrol tentang cowok, boyband, drama Korea, majalah, mal, artis, sementara Areta, di saat yang sama justru kelayapan pada penemuan fosil terbaru di muka bumi.

Beyond the world, beyond the civilization, when no one has gone before. (hlm. 58)

Novel ini membius sejak BAB pertama. Novel ini beraroma sejarah. Jarang-jarang loh novel remaja dengan kategori science fiction kayak gini. Diceritakan Areta suka ama hal-hal yang berbau sejarah, bahkan niat mengunjungi museum sendiri. Jadi inget jaman kuliah, salah satu nazar ketika lulus kuliah adalah mengunjungi beberapa museum di Bandung, dan untungnya kesampaian semua. Ternyata di dunia ini bukan saya aja yang demen ama museum, Areta pun demikian. Yup, museum adalah tempat favorit kedua setelah perpustakaan. Toss dulu deh ama Areta! 😀

Areta ini termasuk kategori murid pintar. Dan seperti murid pintar lainnya, biasanya cenderung pelit yang mengakibatkannya tidak punya banyak teman. Kenapa ya, murid-murid pintar cenderung pelit? Dari jaman saya sekolah sampai saya bekerja di sekolah pasti menemukan tipe murid pintar tapi pelit. Memang sih maksudnya baik, biar teman yang lainnya berusaha belajar juga dengan nggak hanya mengandalkan contekan. Tapi bukan berarti pelit kan. Enggan memberi contekan sih boleh aja, tapi ya jangan juga pelit memberikan tips atau cara mengerjakan suatu soal. Nggak rugi kok, toh suatu saat kita juga pasti butuh bantuan orang lain. Dan fakta membuktikan. Orang pintar pelit belum tentu di kemudian hari lebih sukses dibandingkan teman-temannya yang lain. Percaya deh… 😀 #oot

Lumayan banyak tokoh yang bermunculan. Oya, salah satu pesan moral dari novel ini adalah berhati-hati terhadap orang yang baru dikenal. Baik wajahnya, belum tentu baik hatinya. Paling takut ama tokoh Nenek Maheswari, apalagi membaca deskripsi segala kegiatannya selama ini, hiyyyy… Dan paling favorit tentu saja Bu Eti si pustakawan yang cuma muncul di pembuka novel ini. Bu Eti di halaman 4 dideskripsikan bahwa petugas perpustakaan sekolah ini memang jarang sekali diam. Ia lebih suka berjalan dan bergerak ke sana kemari, memungut dan mengemas buku-buku yang berserakan di rak. Tulisan ‘sudah membaca buku harap dikembalikan seperti semula’ yang terpampang di dinding, sepertinya sama sekali tidak efektif. Buktinya hampir setiap hari Bu Eti harus mengembalikan buku-buku pada rak yang benar. Sudah tak terhitung pula, berapa kali Bu Eti menemukan buku sastra yang nangkring di tengah buku-buku tentang cara memelihara hewan, atau buku program komputer yang terselip manis pada rak psikologi. Uwoww….rasanya pengen toss ama Bu Eti ini, kerjaannya mirip saya banget. Jadi, siapa bilang bekerja di perpustakaan cuma ongkang-ongkang kaki sambil nungguin pemustaka datang meminjam atau mengembalikan buku?!? X) #halah #malahcurcol #abaikan

Hal yang disayangkan dari buku ini adalah kurang tebal. Masih banyak yang bisa dieksplorasi. Banyak tokoh yang berpotensi bisa digali lebih dalam. Kejadian selama Areta diculik dan dibawa ke suatu tempat yang  wow ini keren tapi singkat banget.

Kebayang ya kalo ini diangkat ke layar lebar, bakal jadi film science fiction yang keren apalagi mengangkat sejarah lokal; museum trinil 😉

Keterangan Buku:

Judul                                     : Gerbang Trinil

Penulis                                 :  Riawani Elyta & Syila Fatar

Penyunting                         : Dyah Utami

Penyelaras akhir               : Dedik Priyatno

Perancang sampul           : Fahmi Fauzi

Ilustrator                             : Fahmi Fauzi

Penata letak                       : Tri Indah Marty

Penerbit                              : Moka Media

Terbit                                    : 2014

Tebal                                     : 296 hlm.

ISBN                                      : 979-795-874-4

 

Googling Museum Trinil:

gerbang trinil 1 gerbang trinil 2 gerbang trinil 3

 

14 thoughts on “REVIEW Gerbang Trinil”

    1. semoga terwujud ya, Mbak. Di filmin berasa kayak film ‘night at the museum’, Indonesia belum ada nih film setting museum! 😉

  1. tertarik kak saya ingin membaca bukunya, apalagi itu science fiction genrenya. semoga bisa di film kan amin

  2. liat covernya sudah nampak akan menceritakan sejarah. baca reviewnya tentang sifat dan sikap areta makin tertarik baca buku ini ditambah lagi ada beberapa gambar museum yang pengen aku kunjungi.

  3. Bukunya bagus, mengambil tema sejarah. dulu waktu sma aku udah pernah study tour ke sangiran-solo, mungkin kalo udah pernah ke museum manusia purba terus baca buku ini, aku akan lebih ‘ngeh’ dan gampang mahamin isi ceritanya.

  4. Wih mengenai sejarah, selain bakalan terhibur sama kisahnya, kita juga bakal belajar sejarah melalui buku ini yg pastiny bakalan diselipin.
    Aku masih penasaran sama judul buku ini ‘Gerbang’, dan dari review kak Luckty aku nggak nemuin jawabannya. Apa mungkin karena si Areta yg diculik ke suatu tempat yg merupakan gerbang dari dimensi dunia lain? :v

  5. Wihh beraroma sejarah, selain bakalan terhibur sama ceritanya pasti kita juga bakal belajar sejarah yg diselipin di buku ini.
    Aku masih penasaran knp buku ini judulnya ‘Gerbang’, dan aku nggak nemuin jawabannya di review yg kak Luckty buat. Apa mungkin karena si Areta diculik ke suatu tempat yg merupakan gerbang dari dimensi dunia lain?

  6. Kebayang judulnya Trinil. Wah it must be Pithecanthropus or Meganthropus etc.
    Wkwk btw agak greget sama kata kata kak Luckty soal orang pintar. Sebenernya orang pintar itu pelit karena dia udah usaha keras tapi orang enak enakan nyantai dia ga suka makanya gitu kak. Wkwk. Banyak juga kok orang pintar yang ga pelit kaya di sekolahku hoho.

    Soal pustakawan. Aku curiga Bu Eti yg nyulik Areta deh kak ahaha bayangin kak Luckty nyulik murid unyu. Lucu juga haha.

  7. Yang terbayang pas baru baca beberapa paragraf review buku ini adalah film night at the museum, siap-siap berkelana.

    Seru juga baca review -an ka Luckty yang ini, dapet bonus bisa baca curhatan ka Luckty nih 😀

Leave a reply to luckty Cancel reply