buku, resensi

[BLOGTOUR] REVIEW The Girl on Paper

img_20161012_074517

Sebuah buku hanya akan hidup kalau dibaca. Para pembacalah yang menyusun potongan-potongan gambar dan menciptakan dunia imajiner tempat para tokohnya hidup. (hlm. 290)

Di penerbit Doubleday, tidak ada yang benar-benar percaya. Meski awalnya hanya dicetak sebanyak 10.000 eksemplar, novel pertama dari penulis tak dikenal berusia 33 tahun, Tom Boyd, telah menjadi salah satu novel dengan penjualan terbaik dalam beberapa bulan terakhir. La Compagnie de Anges, volume pertama dari kisah yang nantinya akan menjadi novel trilogi ini, telah berada di urutan teratas dalam penjualan terlaris selama 28 minggu. Setelah terjual lebih dari tiga juta kopi di Amerika Serikat, novel ini akan diterjemahkan dan didistribusikan ke lebih dari empat puluh negara.

La Compagnie de Anges cepat diterima oleh publik karena kaya akan mitologinya. Para pembacanya yang paling berkomitmen, membentuk sebuah komunitas nyata dengan aturan moralnya sendiri dan beberapa teori sendiri. Di internet, ratusan situs sengaja didedikasikan untuk para tokoh yang diciptakan Tom Boyd. Dikenal sebagai orang yang pendiam dan tidak banyak tingkah, sang penulis adalah seorang guru muda yang berasal dari lingkungan MacArthur Park yang populer di Los Angeles. Sebelum meraih kesuksesan, Tom mengajarkan sastra kepada para remaja bermasalah di sebuah SMA, tempat dirinya sendiri pernah menjadi siswa lima belas tahun yang lalu.

Menyusul keberhasilan novel pertamanya, Tom meninggalkan pekerjaan mengajar itu setelah menandatangani kontrak senilai 2 juta dolar dengan Dobleday untuk dua buku lainnya.

img_20161002_144957

“Karena Aurore tidak seperti kita! Karena dia meremehkan kita! Karena dia terlahir sebagai orang yang kaya raya. Karena baginya, hidup adalah sebuah permainan, sedangkan bagi kita, hidup adalah perjuangan…”

“Semuanya tidak sesederhana itu. Kau tidak mengenalnya!” (hlm. 30)

“Berhenti membelanya! Lihat apa yang dia lakukan kepadamu!”

“Tentu saja kau tidak pernah mengalami semua ini! Kecuali dengan gadis-gadismu yang seksi tapi bodoh, cinta tidak pernah punya tempat dalam hidupmu.”

“Tapi, yang kau alami ini tidak ada hubungannya dengan cinta! Ini sesuatu yang lain: campuran antara penderitaan dan obsesi destruktif.”

“Setidaknya, aku tidak takut mengambil risiko. Sementara kau…” (hlm. 30)

“Aurore adalah cinta dalam hidupku! Kau tidak bisa memahaminya? Kau tidak bisa menghormati rasa sakitku!”

“Kau benar-benar aku ingin mengatakannya? Kalau dia benar-benar cinta dalam hidupmu, dia seharusnya berada di sini, hari ini, bersamamu, berusaha mencegahmu agar tidak menghancurkan diri sendiri.” (hlm. 33)

Tom memang sudah menjadi penulis yang terkenal. Tapi Tom tetaplah manusia pada umumnya. Punya rasa punya hati. Punya perasaan patah hati yang mengakibatkannya terpuruk. Sejak aurore meninggalkannya, Tom merasa seolah ada kanker yang menggerogoti hatinya, bersemayam di sana untuk waktu yang lama, seperti tikus di lemari makanan. Selama minggu-minggu pertama setelah perpisahan itu, rasa takut akan depresi terus-menerus membuatnya terjaga, memaksanya untuk berjuang keras melawan keputusasaan dan kepahitan.

Pada setiap usahanya untuk mendapatkan kembali kendali atas hidupnya, parasit itu berubah menjadi ular berbisa, menusuknya dengan gigitan penuh racun yang merembes ke otaknya dalam bentuk kenangan yang menyakitkan; hangatnya kulit Aurore, aroma tubuhnya, kedipan bulu matanya, kilau keemasan dalam matanya ketika memantulkan cahaya.

Tom telah membiarkan dirinya terhanyut, melewatkan hari-harinya dengan berbaring di sofa, mengurung diri dalam kegelapan, terlindungi oleh perisai kimia.

“Tidak akan ada buku berikutnya, Milo. Setidaknya tidak selama bertahun-tahun. Aku tidak bisa melakukannya lagi, kau tahu itu. Pikiranku kosong, tidak mampu menulis satu baris pun, dan yang lebih penting lagi, aku tidak punya keinginan untuk melakukannya.”

“Tapi, setidaknya cobalah! Pekerjaan adalah obat terbaik. Lagipula, menulis adalah hidupmu. Itu adalah solusi terbaik untuk mengeluarkanmu dari kondisi mati suri!”

“Jangan berpikir aku belum mencoba. Sudah dua puluh kali aku bolak-balik di depan layar, tapi melihat komputerku saja aku sudah merasa muak.” (hlm. 46)

“Ada jutaan orang yang menunggu kelanjutan kisahmu. Kau berutang kepada para pembacamu!”

“Itu hanya sebuah buku, Milo, bukan vaksin AIDS!” (hlm. 47)

Dalam kabut yang membuatnya tak sadarkan diri ini, hari demi hari berlalu menjadi bulan demi bulan tanpa disadarinya, kosong dari makna dan realita. Namun, kenyataan masih ada di sana; kesedihan masih berat dirasakannya, dan Tom tidak bisa menulis satu baris pun selama setahun. Otakknya beku. Kata-kata melarikan diri darinya, keinginan untuk menulis tak bersisa lagi, dan imajinasinya telah mengering.

“Jadi kalau kau adalah seorang tokoh novel, kau tidak mungkin berada di sini.”

“Mungkin saja!”

“Jelaskan kepadaku bagaimana itu bisa terjadi. Tapi, jelaskan dengan cepat karena aku benar-benar mengantuk.”

“Aku terjatuh.”

“Terjatuh dari mana?”

“Terjatuh dari sebuah buku. Terjatuh dari bukumu, tepatnya!”

“Aku terjatuh dari sebuah baris, di tengah kalimat yang belum selesai.” (hlm 69)

img_20161015_185026

Dilihat dari judulnya, sangat terlihat bahwa buku ini beraroma buku banget. Sebenarnya sudah ada beberapa buku yang menuliskan tentang dunia dua variabel seperti ini. Diantaranya ada serial Inkworld yang terdiri dari Inkheart, Inkspell dan Inkdeath. Masih dari tulisan Cornelia Funke, ada Reckless yang masuk ke dunia dongeng seperti; Putri Tidur, Rapunzel, Orang Kerdil bahkan Rumah Kue. Ada juga buku The Book of Lost Things yang menceritakan seorang anak lelaki bernama David yang tersesat ke sebuah negeri di mana Snow White, Putri Tidur, dan si Tudung Merah bukanlah seperti yang kita kenal dalam buku-buku cerita. Atau ada juga The Thirteenth Tale yang menceritakan Vida Winter, novelis ternama yang penuh rahasia.

Di buku-buku yang saya sebutkan tadi, rata-rata manusia dari dunia nyata yang masuk ke dunia fiksi. Nah, di buku ini kebalikannya. Billie, tokoh ciptaan Tom ini masuk ke dunia nyata, dunia penulisnya dan bisa dikatakan menyusahkan Tom. Kenapa? Tom yan mengalami writer’s block harus melanjutkan cerita yang dibuatnya agar Billie bisa kembali ke dunia fiksi. Mampukah Tom melawan writer’s block ini?

Perlu digarisbawahi, buku ini tidak termasuk buku fantasi. Semua yang dijabarkan dalam buku ini masuk akal, logika kita yang dimainkan. Pas menjelang ending, pengen toyor ide Milo. Meski begitu, seorang penulis seperti Tom harus memiliki teman seperti Milo x)) #PenasaranKan #JanganSampaiSpoiler

img_20161002_184421

Banyak selipan seputaran kehidupan penulis dalam buku ini lewat tokoh utamanya:

  1. Perkara buku cacat. Dalam kasus Tom, untuk memenuhi permintaan yang sangat banyak, penerbit mencoba proses pencetakan. Mereka membuat pencetak bekerja ekstra keras di bawah tekanan, dan seseorang mengacaukan sesuatu. Hasilnya, sekarang mereka punya seratus ribu buku yang cacat. Dan mereka akan menghancurkannya menjadi bubur kertas, padahal sebagian sudah terlanjur di kirim ke toko-toko buku. Dari lima ratus halaman yang ada di novel itu, hanya setengahnya saja yang tercetak. Ceritanya tiba-tiba terhenti di halaman 266, di halaman inilah Billie keluar dari dunia buku.
  2. Menulis buku yang baik tidak cukup bagi seorang penulis untuk menjual bukunya ke pembaca. Publisitas merupakan poin penting. Milo mempromosikan buku Tom dan ada banyak sekali pembicaraan di Facebook, Twitter dan forum-forum diskusi di mana para penggemarnya bersaing dengan orang-orang yang mencelanya.
  3. Kontrak terbit. Tom yang patah hati, ditambah lagi mengalami kebuntuan dalam melanjutkan novelnya, pasti memberikan efek tekanan batin bagi dirinya. Hal itu juga dialami banyak penulis. Tapi mereka harus menulis karena sudah terikat kontrak dengan penerbit yang harus dijalankan jika tidak mau terkena pinalti dari kontrak tersebut.
  4. Tidak hanya Tom, banyak penulis yang melampiaskan impian atau amarahnya melalui tokoh ciptaannya yang tertuang dalam sebuah buku. Tom menciptakan tokoh Billie dengan banyak hak buruk yang harus ditanggung oleh tokoh ciptaannya itu; kemarahan dalam dirinya sendiri, bagian hidupnya yang paling gelap, dan juga hal yang paling dibencinya. Tiati jika suatu saat tokoh yang diciptakan akan menuntut balas x)) #Mulai Delusi

img_20161002_144541

Banyak kalimat favorit dalam buku ini:

  1. Terkadang seorang wanita bertemu pria yang tak punya apa-apa dan memutuskan untuk memberi pria itu segalanya. Terkadang, wanita itu berhasil. Terkadang, seorang wanita bertemu pria yang punya segalanya dan memutuskan untuk meninggalkannya tanpa menjelaskan apa pun. Wanita itu selalu berhasil. (hlm. 23)
  2. Apakah kita benar-benar berhak melindungi teman kita dari diri mereka sendiri? (hlm. 25)
  3. Menulis itu penting untuk keseimbangan dan kesehatan mentalmu. (hlm. 50)
  4. Tak ada sulap, tak ada efek khusus. Kata-kata yang dituangkan di atas kertaslah yang menciptakannya, dan kata-kata di atas kertas adalah satu-satunya hal yang akan melepaskan kita darinya. (hlm. 127)
  5. Kebebasan kita dibangun atas apa yang tidak diketahui orang lain tentang diri kita. (hlm. 207)
  6. Makna semua cinta pada akhirnya; keinginan untuk mengalami semua hal bersama-sama, belajar dari perbedaan satu sama lain. (hlm. 239)
  7. Buku-buku yang paling berguna adalah buku-buku yang para pembacanya mengarang setengahnya. (hlm. 290)
  8. Membaca adalah sebuah perjanjian kemurahan hati antara penulis dan pembaca; mereka saling memercayai dan saling bergantung satu sama lain. (hlm. 291)
  9. Setiap orang punya harga. (hlm. 396)
  10. Setelah mencari sesuatu tanpa menemukan apa pun, kadang-kadang kau menemukannya tanpa mencari. (hlm. 401)
  11. Hanya teman-teman yang bisa kau bangunkan pukul empat pagi saja yang layak kau sebut teman. (hlm. 420)
  12. Nasiblah yang membagikan kartu, tapi kitalah yang memainkannya. (hlm. 427)

Banyak juga selipan sindiran halusnya dalam buku ini:

  1. Menulis buku tidak sama seperti membuat mobil atau detergen bubuk. (hlm. 51)
  2. Terlalu bodoh untuk berpikir bahwa mungkin ada seseorang di luar sana yang bisa membuat kita bahagia, seseorang yang akan menemani kita saat kita menua? (hlm. 51)
  3. Kau yakin bahwa di Bumi ini hanya ada satu orang saja untuk semua orang. Seolah-olah setengah bagian yang hilang selalu mencari setengah bagian aslinya agar menjadi utuh kembali. (hlm. 51)
  4. Memang lebih mudah menghancurkan dirimi sedikit demi sedikit daripada mengumpulkan kepribadian untuk kembali berjuang kan? (hlm. 125)
  5. Rasanya sulit untuk memercayai sesuatu yang tidak biasa, kan? (hlm. 219)
  6. Kita harus berhenti membohongi diri sendiri. (hlm. 229)
  7. Betapa seringnya kita gagal mengetahui penderitaan orang-orang yang paling kita sayangi. (hlm. 261)
  8. Tidak ada yang lebih tragis daripada menemukan seseorang yang terengah-engah, hilang dalam labirin kehidupan. (hlm. 320)
  9. Jangan pernah meremehkan prestise pria berseragam. (hlm. 324)
  10. Jangan pikirkan hari esok. Jangan pikirkan apa yang terjadi saat dia tak ada di sini lagi. (hlm. 359)
  11. Kalau kau ingin putus dengannya, setidaknya katakan itu kepadanya. (hlm. 381)
  12. Manusia itu lemah dan bisa disuap. (hlm. 395)
  13. Sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang? Persahabatan, cinta dan martabat. (hlm. 395)

Keterangan Buku:

Judul                                     : The Girl on Paper

Penerjemah                       : Yudith Listiandri

Penyunting                         : Selsa Chintya

Proofreader                       : Titish A. K.

Design cover                      : Chyntia Yanetha

Penerbit                             : Spring

Terbit                                    : September 2016

Tebal                                     : 448 hlm.

ISBN                                      : 978-602-74322-4-6

img_20161002_144409

51 thoughts on “[BLOGTOUR] REVIEW The Girl on Paper”

  1. Review ini beda dari yang lain.. dan bikin aku bener-bener penasaraaaan…

    Aku suka penceritaan yang paling ataas itu.. paragrafnya nyata banget sehingga aku merasa ahh, harus bacaaa..

    Btw, ini ratingnya brpa bintang menurut kamu pribadi?

  2. Jadi tidak bisa disebut fantasi ya?
    Sejak pertama baca review udah nganggep ini novel fantasi soalnya…hehe
    Berarti drama W juga bukan fantasi dong? — #jadiingetBangJongSuk 😀

    1. Aku pertama juga nganggepnya gitu, tapi aku bisa jamin ini bukan fantasi, karena semua yang dijabarkan masuk akal 😀

      1. lha…bukan sejenis sama W tho ini? Padahal sama-sama keluar dari cerita rekaan ya….hhhmmm
        Haduuuhhh….semoga, semoga, semoga saja ada yang gol usahaku, jadi bisa paham maksud bukan fantasi-nya
        Aamiiin 😉

  3. Unik banget ide novel ini. Denger-denger perjuangan Penerbit Spring luar biasa banget buat dapat hak terbit dari Prancis. Wah…pasti kalo diperjuangkan seperti itu biasanya buku yang sangat luar biasa 😀

  4. Aak, buku cacatnya sayang banget harus dihancurkan jadi bubur kertas 😦 lha jadi baper hehehe. Apa itu tadi dinpoin keempat, hati-hati kalau menciptakan tokoh nanti bisa menuntut balas. Omaigat, jadi ngeri sendiri, gigit jari.
    Suka tambah ngiler pengen baca sendiri kalau liat review kak luckty 😀 apalagi ini novel terjemahan dari Prancis. Kutipan-kutipannya kece semua deh. Sukaa

  5. “Kau benar-benar aku ingin mengatakannya? Kalau dia benar-benar cinta dalam hidupmu, dia seharusnya berada di sini, hari ini, bersamamu, berusaha mencegahmu agar tidak menghancurkan diri sendiri.” (hlm. 33)

    Luar biasa:’)

  6. Ini review yg paling bagus yg saya baca,suer✌. Bukannya mentang2 nulis disini jadi ngebagusin kak luckty,tapi memang awal review di atas baru saya tau dengan jelas ceritanya seperti itu.
    Saya gregetan sih sama Tom ini,patah hati bisa sampai segitunya😤. Untung dia punya teman seperti Milo yg setia mendukungnya. Dan saya jadi lebih penasaran sama Milo nih😍

  7. Ka Luckty reviewnya lebih panjang, banyak tambahan dan bikin makin penasaran.

    Berarti Tom ini cerminan Musso sendiri ya sebagai seorang penulis. Kesulitan seorang penulis dibahas abis di buku ini.

    Kalo kata ka Luckty ini bukan fantasi, berarti Billie bukan jatuh dari buku dong, ooops 😀

    Sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang? Persahabatan, cinta dan martabat. (hlm. 395)
    Bener banget, uang bukan segalanya.

    Cover kece, idenya keren + langka, penulisnya cerdik, jalan ceritanya ga mudah ditebak, ending yang mengejutkan. Aku bisa apa selain makin penasaran dan mupeng sama
    buku ini, ditambah hampir semua reviewer ngasih ratingnya min 4 bintang.

  8. Jadi penasaran endingnya.. Apakah happy ending or sad ending? Penasaran jg akhirnya pasangan Si Tom siapa? *gak mungkin sama aku #plakk* 😂

    kadang bayangin kalo tokoh yg bisa keluar dari bukunya ky’ di film goosebumps itu malah mengerikan😂

    Btw, Nice review mbak luckty👍 review an nya komplit pake telor😃 suka deh bacanya😍

  9. Sangat disayangkan sama buku cacatnya :(( demi apapun sudah banyak pohon yang di tebang tapi berakhir sia-sia *eh.

    Ah gila, kenapa reviewnya ada potongan beberapa dialog yang nancep di hati banget sih? :’))

  10. Aaaahh! Keren banget! Pengen baca pengen baca pengen baca! Hahaha… Terutama karena aku juga suka nulis, mau banget karakter yang kutulis bisa keluar dan ngajak ngomong aku, maksa aku nulis biar nggak writer’s block mulu. Hehehe….

    Baca review ini kebayang ceritanya pasti familiar banget buat orang-orang yang berkecimpung di dunia perbukuan. Iih, pengen baca banget! ><

  11. Ada apa dengan Milo? Milo tak hanya sekedar merk susu, ternyata dia sahabat yang penuh nisteri di akhir cerita. Adakah sesuatu yang sudah dilakukan Milo untuk membangkitkan Tom dari dunia gelapnya? Apa kehadiran Billie itu bagian dari rencana Milo? Ya ampuuuunnnn dari awal ngikutin review(s) sampe sekarang di sini kepalaku masih berputar-putar nggak berhenti memperkirakan ada apa sebenarnya rahasia yang ada di buku ini. Reviewer kejam banget ish bikin penasaran semuanya! XD

  12. Waaah, belum pernah baca novel terjemahan dari Prancis. Baca dari blurb nya aku kira ini novel fantasi, tapi setelah baca review di atas ternyata bukan ya?
    Makin penasaran buat baca novelnya.
    Makasih nuat review nya….. ^^

  13. Tergelitik dengan kata-kata Mba Lukcty ini: Perlu digarisbawahi, buku ini tidak termasuk buku fantasi. Semua yang dijabarkan dalam buku ini masuk akal, logika kita yang dimainkan.

    Kok bisa mba, bukan termasuk buku fantasi? Sementara kemunculan Billie yg merupakan salah satu tokoh dari cerita yg ditulis Tom, bisa muncul di kehidupan Tom?
    Wuah…bener-bener harus baca langsung bukunya niy! Makin penasaran!! 🙂

  14. Wuih… dapat fakta baru soal selipan seputar kehidupan penulis dari review ini. Seorang penulis yang lagi bete, kalau tetep maksain nulis dalam mood yang jelek, pasti sering (entah sengaja atau tidak) menuangkan kekesalannya pada tokohnya. Seperti Tom ke Billie. Tapi ini namanya senjata makan tuan. Dia ciptain Billie kayak gitu, eh tahu2 Billie sendiri yang muncul dihadapannya dan hidup dengannya. Haha.

  15. Uwoww novel Perancis pertama yg diterjemahkan Haru bner2 kereennn 👍👍 reviewnya detail bnget nih kak, makin kerennn pengen bawa pulang ke rumah 😂😂

  16. Aduhh, penasaran sama cerita bukunya ❤
    Suka sama quote ini ka "Sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang? Persahabatan, cinta dan martabat" bener bangetttt

  17. Bisa di bilang aku udah berulang-ulang nonton inkheart dan selalu jatuh cinta sama film itu. Dan melihat riview di atas agaknya mirip dengan film itu yang mana tokoh dan penulis bisa ketemu secara langsung. Bedanya di novel ini malah tokohnya masuk ke dunia penulis. Tapi aku penasaran kenapa kak luckty bisa bilang ini bukan cerita fantasi? Aku juga penasaran gimana caranya Billie bisa masuk ke dunia nyata penulis? Apa mungkin seperti film inkheart yang hanya karena membaca dengan suara keras? Atau mungkin kisah Billie ini emang cerita nyata? Sumpah aku benar-benar penasaran.

  18. Bisa di bilang aku udah berulang-ulang nonton inkheart dan selalu jatuh cinta sama film itu. Dan melihat riview di atas agaknya mirip dengan film itu yang mana tokoh dan penulis bisa ketemu secara langsung. Bedanya di novel ini malah tokohnya masuk ke dunia penulis. Tapi aku penasaran kenapa kak luckty bisa bilang ini bukan cerita fantasi? Aku juga penasaran gimana caranya Billie bisa masuk ke dunia nyata penulis? Apa mungkin seperti film inkheart yang hanya karena membaca dengan suara keras? Atau mungkin kisah Billie ini emang cerita nyata? Sumpah aku benar-benar penasaran.

  19. Wooww resensi ini sangat sangat sangat menggugah selera buat baca The Girl on Paper >0< aku gak tahu harus bilang apa lagi, speechless, tapi resensi ini benar-benar mempengaruhi otakku untuk segera berkenalan dengan Tom dkk.. XD

  20. aku tu sebenarnya agak syok dengan kehadiran TGOP yang ternyata punya jumlah halaman setebal itu. Apalagi dia punya konflik yang lebih dari satu dengan tema yang berbeda-beda. Tapi aku nggak bisa sangkal kalau aku jadi makin tertarik sih. Ehehehe~

    Aku penasaran, sebetulnya pesan apa yang ingin disampaikan oleh penulis Musso dari karyanya ini melalui cerita dari Tom, Billie, Milo, Carole, dan Aurore 🙂

  21. Ceritanya benar-benar menarik dan menurutku unik Kak Luckty. Dan menurutku juga ceritanya tidak mudah ditebak. Pembaca pun mungkin akan dibuat penasaran dengan endingnya.

  22. Jadi buku ini bukan buku fantasi? Dari awal aku pikir buku ini buku fantasi, eh ternyata bukan. Aku jadi makin penasaran nih. Apalagi buku ini bercerita tentang penulis. Aku juga penasaran sama Milo, apa ya kira-kira idenya Milo, penasaran deh.

  23. Keren banget bukunya nih. Kayaknya iyaa, sampai sampai penerbitnya sangat berusaha untuk menerbitkannya. Alhamdulillah berhasill. Yeayyy. Jadi penasaran. Semoga aja berjodoh. Hihihihi

Leave a reply to Breldine Cancel reply